Dia Suamiku, Bukan Ayah Pengganti

Sudah 2 jam Rosella mondar mandir di depan ruang operasi. Wanita hamil itu bahkan tidak lagi memikirkan kondisi dirinya sendiri. Kram di perutnya kembali menjalar, tapi sebisa mungkin dia tahan.

"Anak-anak tolong kalian bertahan, Ayah masih belum ada kabar. Ibu bingung kalau kalian ikut sakit." Ucapnya sambil menangis terisak.

"Rosella..." Tuan Kendrick melangkah memberanikan diri mendekat ke arah Putrinya.

"Kamu sabar ya?" Ucapnya lirih. Sebenarnya dia ingin sekali memeluk, memberikan ketenangan pada sang Putri. Tapi bibirnya kelu ingin bersuara. Di samping Rosella sudah ada Raka Rahardian, yang mungkin akan mempertanyakan untuk apa kepeduliannya. Sedangkan mereka tidak kenal secara pribadi.

"Terima kasih Tuan Kendrick sudah bersedia membantu mengatasi masalah ini. Kalau tidak ada pengawal tambahan dari keluarga Adhitama kemungkinan Rania bisa lolos." Ucap Tuan Raka.

"Iya tidak masalah, mereka memang datang mengawal saya dan Kendra. Jadi semua ini hanya kebetulan." Jawab Tuan Kendrick, sedangkan Kendra dia pergi menyusul para pengawal.

"Rania... bukankah dia saudara tiri Rosella? Putri kandung Anda sendiri? Kenapa tega melakukan hal gila?" Tanya Tuan Kendrick berbasa-basi.

"Dia bukan anak kandung saya, dia anak bawaan mantan Istri." Ucap Tuan Raka dengan jujur.

"Iri dengki sudah menggerogoti hatinya, menganggap kehadiran Rosella sebagai kesialan karena dia tidak mendapatkan warisan."

"Padahal jika dia bersikap baik, saya tidak pernah membedakan anak. Tapi mungkin juga karena saya yang salah terlalu memanjakan Rania. Bahkan saya sering mengabaikan Rosella hanya demi memenuhi keinginan Rania. Ternyata air susu dibalas tuba. Saya harap Rania dihukum berat, dia sudah terlalu banyak dosa hidup di dunia." Ucapnya lagi.

Lorong Rumah Sakit itu kini dipenuhi oleh keluarga pengusaha kaya yang terbagi menjadi dua kubu.

Di ruang operasi ada Rizal dan di ruang persalinan Jasmin sedang berjuang melahirkan putri pertamanya.

Anye, wanita hamil itu terduduk dengan rasa bersalah karena melupakan acara Rosella yang mengakibatkan terjadinya tragedi yang menimpa adik iparnya.

Arrayan menunduk merasa telah kecolongan, padahal dia sudah memperketat penjagaan. Gavin duduk diam sambil berdoa, sedangkan Andrew? pria itu terpukul merasa bersalah karena sibuk sendiri dengan Lucas yang tidak terkontrol.

Irene, mantan sekretaris Andrew terdiam. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Yang jelas ada kilat cemburu setiap dia melihat keberadaan Anye.

Padahal Andrew sudah sepenuhnya melupakan Anye sejak 4 tahun lalu. Tapi, baginya Anye masih seolah bagaikan ancaman untuk rumah tangganya. Pikiran picik yang membuat dia sengaja menggunakan kenakalan Lucas untuk menjauhkan Andrew dari jangkauan Anye. Membuat seolah Lucas tidak suka dengan pesta makanya mereka pergi dari tempat acara waktu itu.

Tidak ada satu pun yang menyadarinya, dan Irene merasa aman. Dia bahkan ingin segera pulang ke Swedia setelah Jasmine melahirkan. Andai Andrew tahu isi hati istrinya yang dipenuhi dengan kecemburuan buta. Mungkin pria arogan itu akan mengamuk saat ini juga.

"Daddy ayo pulang ke Swedia." Rengek Lucas sesuai anjuran Mommynya.

Andrew sungguh tidak enak hati, dia masih berfikir jika anaknya terlalu manja dan sulit diatur.

"Sekali-kali kamu harus mengajarkan anak untuk mendengarkan orang tua. Membiasakan anak punya rasa empati, dan menghargai orang lain terutama anggota keluarga." Ucap Anye menyindir.

"Dia masih kecil, dan aku tahu cara mendidik anakku sendiri."

"Mendidik atau mengajarkan keburukan, Irene? Kenapa kaget karena aku tahu? Kamu terlalu dibutakan oleh cemburu, makanya menggunakan anakmu untuk menjauh dari tempat setiap ada aku. Kamu tidak percaya dengan suamimu? Kamu pikir Andrew masih mencintaiku? Pikiranmu terlalu picik dan negatif. Tidakkah kamu lihat aku sudah banyak anak? Aku mencintai keluargaku."

"Dan sejak dulu, aku tidak pernah menanggapi cinta dari Andrew. Jadi hentikan memberi racun pada anakmu, jika tidak ingin dia hidup menjadi manusia berotak toxic." Ucapan Anye membuka kedok Irene. Wanita itu menunduk malu, sedangkan Andrew sudah ingin melampiaskan amarahnya.

"Jika ingin berdebat, silahkan cari tempat lain. Jangan di sini."

"Aku juga tidak keberatan jika kalian langsung pulang ke Swedia. Akan lebih baik untuk semuanya. Dan jangan pernah datang lagi jika hanya ingin menyebar kebencian. Jasmine akan tetap menjadi bagian keluarga Galenka, tapi tidak dengan kalian jika pemikiran picik itu masih Irene pelihara." Tegas Anye.

"Aku minta maaf." Ucap Andrew.

Kemudian pria bule itu membawa pergi keluarga kecilnya dari sana. Dan mungkin langsung akan pulang ke negaranya karena tidak sanggup menanggung malu terhadap keluarga adiknya.

Sementara itu Dokter yang mengoperasi Rizal sudah keluar dan menyampaikan kabar baik tentang kondisi terbarunya.

"Operasi Tuan Rizal sudah berhasil,tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

"Suami saya selamat Dokter?" Tanya Rosella dengan tubuh bergetar hebat.

"Tusukan pisau tidak terlalu dalam dan tidak mengenai organ vitalnya, tunggu observasi pasca operasi selesai. Tuan Rizal akan segera dipindah ke ruang rawat." Ucap Dokter.

"Alhamdulillah..." Dan saat itu juga tubuh Rosella limbung tidak sadarkan diri karena kelelahan dan stres.

"Rosella..."

"Rose..."

Teriakan dua orang ayah bersamaan, membuat salah satunya menatap karena merasa tidak mengerti. Mengapa orang kaya nomer satu itu terlihat sangat mengkhawatirkan keponakannya.

Sementara di tempat lain, Kendra nampak berbicara lewat sambungan telepon.

"Cepat, bawa obatnya segera." Ucapnya. Kemudian menutup teleponnya dengan wajah yang telihat sekali memendam amarah.

"Aku sudah berbaik hati memberimu hidup, tapi kamu berniat ingin mengambil hidup adikku. Jadi mungkin lebib baik kamu lenyap, Rania." Gumam Kendra mengepalkan kedua tangan. Mata terpejam dengan rahang mengeras. Terlihat kesakitan yang tak terlihat. Penyesalan pernah menaruh hati dengan cara gila kepada wanita yang sama sekali tidak punya hati.

"Andai waktu bisa diputar ulang, aku tidak akan sudi mengenalmu. Wanita iblis yang tidak bisa menghargai cinta." Ucapnya penuh penyesalan.

Sedangkan Rania, tubuhnya diikat di kursi dengan rantai dan kawat. Mulutnya disumpal dengan kain kotor. Membuat Rania meronta ingin melepaskannya. Dia bahkan tidak tahu sekarang berada di Markas milik siapa.

Tap

Tap

Tap

Suara langkah sepatu terdengar mendekat ke arahnya. Seketika kedua bola matanya terbelalak begitu melihat sosok di hadapannya.

Rania pikir, Kendra masih mencintainya. Menyesal telah menceraikan dan membuangnya. Rania telalu percaya diri jika kedatangan Kendra pasti untuk menolongnya.

Kain penutup mulut itu ditarik, sehingga Rania bisa bernafas lega.

"Aku tahu kamu datang untuk membebaskanku. Ayo Ken lepaskan ikatan di tubuhku ini." Ucap Rania.

Tapi Kendra menatap dengan dingin, sambil berucap kalimat paling menakutkan.

"Seharusnya sejak lama aku membunuhmu, aku menyesal telah membuang waktu. Ucapkan selamat tinggal pada dunia."

Cusss...

Sebuah suntikan Kendra tancapkan pada leher Rania tanpa kompromi.