Jika sebelumnya kisah tentang orang miskin tiba-tiba berubah menjadi kaya raya hanyalah dongeng semata buat Anna, kali ini tidak. Anna hidup bersama nenek nya di sebuah desa di pinggir kota kecil. Hidupnya yang tenang berubah drastis saat sebuah mobil mewah tiba-tiba muncul di halaman rumahnya. Rahasia masa lalu terbuka, membawa Anna pada dunia kekuasaan, warisan, dan cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichi Gusti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Kembali
[Dimana?]
Anna pengirim pesan kepada Tony saat ia sudah berada di Loby apartemen.
[Bentar]
Jawaban Tony masuk.
[OK]
Anna menyimpan ponselnya.
Duh! Mulai cenut-cenut nih! Anna memeriksa luka lecet pada siku dan lututnya yang memerah.
Yang salah sih emang kang ojek, tapi yang punya mobil juga songong. Anna mengeluarkan kartu nama yang diberi oleh supir tadi.
DANIEL UTAMA WIJAYA.
direktur utama
WG Diamond Hotel
Anna meremang. Entah benar atau tidak dan Anna bahkan belum bertemu dengan Adi Wijaya yang mengakui Anna sebagai cucunya, melihat nama belakang di kartu itu, membuat Anna menyimpulkan lelaki itu adalah keluarga Adi Wijaya.
Jika keluarga Wijaya songong dan sombong gitu, gimana gue bisa bergabung bersama mereka?
"Kenapa dengan kaki lo!" seruan Tony mengejutkan Anna yang sedang berpikir.
"Ah. Cuma kecelakaan kecil," jawab Anna berdiri dari tempat duduk. "Ganteng juga, lo!" puji Anna melihat tampilan rapi Tony. Rambut ikal pria itu tampak tersisir rapi ke samping, sehingga menonjolkan wajahnya yang terpahat sempurna.
"Lha. Kan emang ganteng dari lahir!" Tony membusungkan dada lalu meraih koper Anna, ia pun sempat membuat kedipan mata.
"Apaan sih Lo, jijik ih!" Anna belum terbiasa dengan kelakuan Tony akhir-akhir ini. Tony tak lagi seperti Tony yang dulu. Lelaki kalem yang sudah seperti saudara sendiri.
Tony pun cengengesan. Tidak seperti wanita lain yang memandang nya dengan penuh minat, Anna malah selalu memperlakukan dirinya tidak seperti laki-laki yang bisa disukai atau dikagumi. Nasib... Nasib
Mereka pun memasuki hunian yang akan ditempati Anna. Sebuah unit apartemen ukuran 4 x 6 meter, tidak besar dan tidak kecil juga.
"Pintar lo nyari tempat!" Anna tersenyum puas.
Tonypun juga tersenyum lebar. "Ya iya dong! Gue, gitu lo!" Tony meletakkan koper Anna di sudut ruangan. "Mana kiriman nyokap gue?" tagih Tony.
"Iya, bentar!" jawab Anna yang masih melakukan 'room tour'. Anna pun mengeluarkan sebuah bingkisan dari salah satu barang bawaan nya. "Ini!"
Tony berbinar. Ini masakan ibu yang ditunggu-tunggu sejak kemarin. "Ntar. Gue ambil nasi dulu ya! Sekalian aja kita makan siang," ucap Tony setelah tampak berpikir sebentar.
Anna mengangguk. Gadis itu pun mulai melakukan aktivitas dengan menyusun pakaian di lemari yang memang sudah tersedia di sana.
Tak lama Tony datang dengan tentengan di tangan. "Bersihin dulu gih luka lo!" Tony memberikan kotak P3K.
"Ah iya, makasih!"
"Sama-sama."
"Gimana pekerjaan Lo?" tanya Anna setelah ia dan Tony menggelar makanan di lantai yang dialas dengan tikar yang dibawa Tony.
"Seru!" jawab Tony cerah sambil menyendok nasi ke piring nya.
Kerja kantoran seru?! Ada-ada aja Tony! Anna tersenyum dan menggeleng. "Syukurlah! Gue pikir bakalan sulit untuk memulai bekerja di perusahaan WG."
"Enggak. Rekan kantornya pada baik semua. Katanya sih karena direktur utama kantor pusat WG tidak suka ada pembulian di kantor. Karyawan pun sejahtera."
"Ohh. Begitu." Anna manggut-manggut. Boleh juga, Nih. Siapa ya CEO nya? batin Anna.
Hush Anna! Apa urusan lo? Lo itu cuma karyawan! KARYAWAN!!
"An... gue ga bisa nemanin lo belanja buat keperluan rumah, ya!" ucap Tony saat makanan di dalam piring nya mulai habis. "Jam istirahat udah mau kelar," lanjutnya. "Ntar Lo belanja dulu, habis itu gue susul ke sana. Sepulang kantor."
"Oke. Ga disusul pun ga papa kok! Gue bisa bawa sendiri. Lo bilang kan WG Mall cuma lima menit jalan kaki."
Tony manggut-manggut. "Iya bener. Tapi Liat entar, deh! Gue usahain bisa nyusul," ucap Tony. "Lagian, emak-emak biasanya belanja pilih barang juga lama. Pasti kesusul deh!"
"Emak-emak! Gue ini masih anak remaja tau!"
Tony mendengkus. "Uh! Remaja kadaluarsa!" balas Tony lagi. Lalu terjadilah tinju-tinjuan bahu sebelum akhirnya mereka keluar apartemen dan berpisah sesuai dengan tujuan masing-masing.
Tidak sampai lima menit Anna sampai di pusat perbelanjaan dengan secarik kertas catatan keperluan rumah. Memang sebagian perabot sudah tersedia di dalam unit apartemen nya, namun Anna masih perlu melengkapi seperti tempat duduk, meja kerja (kalau-kalau entar bawa tugas kantor pulang, hehe. Sok rajin), karpet bulu tempat malas-malasan di hari libur.
Maunya Anna membeli perabotan terlebih dahulu, namun karena toko pertama dan mencolok di mata Anna adalah toko pakaian yang berisi seragam kantor wanita, ia pun menuju ke sana. Dari bagian luar toko saja sudah eye catching menurut Anna.
Saat memasuki toko, Anna disambut dengan pandangan memindai penampilannya dari atas ke bawah oleh karyawan toko yang menyambutnya.
I-Ish. Ga sopan! Masa menilai orang dari tampilan luar! gerutu Anna karena sikap petugas itu. Saat ini Anna memang hanya memakai kaos dengan celana jeans belel yang belelnya bukan karena jeans mahal, namun emang karena terlalu sering dipakai.
"Selamat datang, kak!" dengan malas-malasan karyawan itu tetap menyambut Anna.
"Siang. Mau liat-liat dulu."
Anna tidak ambil pusing terhadap respon SPG yang seharusnya lebih terlihat sopan penuh senyum itu, ia pun meluncur ke bagian kemeja putih. Setelah melihat-lihat beberapa model, Anna tampak tertarik pada sebuah kemeja dengan kerah sabrina. Ia membalik merek yang tergantung dan tercekik melihat harganya. Anna menelan saliva lalu meletakkan kembali kemeja itu pada posisinya.
Model gini doang sampai satu juta lebih? di toko online juga banyak yang jauh lebih murah!
Anna meletakkan kembali kemeja itu ke gantungan, lalu tak sengaja tatapan nya bertemu dengan karyawan toko yang meremehkan Anna tadi. Saat ini tatapan karyawan itu seperti mengatakan 'apa gue bilang! ga bisa beli kan Lo?'
Merasa harga dirinya tertantang, Anna pun menarik kembali kemeja dengan gantungan nya itu. Ga papa deh! satu doang, bisa gue beli kok! Tinggal skip barang lain yang belum urgen aja, pikir Anna.
"Kak Sherly! Coba lihat, ini bagus deh! cocok buat sekretaris CEO seperti kakak!" seorang gadis merebut kemeja dari tangan Anna.
Anna kaget dan tidak bisa berkata apa-apa. Antara senang terselamatkan atau jengkel karena ketidak-sopanan orang itu.
"Iya sepertinya," jawab gadis manis dengan rambut panjang lurus sepunggung. Gadis itu nampak tersenyum Anggun, pura-pura tidak tahu kalau ia telah menyakiti seseorang.
"Mbak! Aku mau yang ini ya!"
"Tolong bungkus, Mbak! Kami ini mau balik ke kantor, habis makan siang di resto di atas." Gadis berambut ikal sebahu itu memajukan sebelah dadanya ke arah Anna agar cewek kumal seperti Anna melihat bros WG terpasang di dadanya itu.
Haruskah sampai bilang habis makan di resto gitu?! Pamer juga ga harus gitu kale! Anna menggerutu dalam hati. Anna juga melihat senyum puas di bibir pelayan yang tidak sopan padanya tadi, membuat perutnya menggulung. Eneg.
"Rupanya di sini!" Suara berat seorang pria terdengar dari belakang tubuh Anna. Anna pun berbalik dan terkejut mendapati pria tampan yang pernah satu lift bersama Adi Wijaya di Rumah Sakit dulu.