Juan memutuskan membeli rahim seorang wanita karena istrinya belum juga hamil. Tapi pada saat wanita itu hamil, ternyata Allah berkata lain dengan membuat istri Juan hamil juga.
Setelah mengetahui istrinya hamil, Juan pun lupa kepada benih yang saat ini sedang tumbuh di dalam perut Kamila. Dia mengacuhkan Kamila dan benih itu membuat Kamila marah dan berniat balas dendam kepada Juan dengan menukarkan anaknya dengan anak Raina pada saat dilahirkan nanti.
Akankah Juan dan Raina tahu, jika anak yang selama ini mereka besarkan bukan anak kandung mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10 PPYD
Alesha berjalan kaki menuju sekolah, karena Kamila tidak pernah mau mengantarkannya sampai depan sekolah seperti anak-anak yang lain. Dia takut bertemu dengan Juan, dan dia takut ketahuan jika dia menukar anak Juan dengan anaknya. Kalau dilihat dengan seksama, wajah Alesha itu mirip sekali dengan Juan jadi Kamila takut jika Juan nanti meminta untuk bertemu dengan Alesha.
"Pokoknya Mas Juan jangan sampai tahu jika Jovanka bukan anak dari Raina, aku gak rela Jovanka hidup susah biarlah aku yang menderita dan susah tapi anakku jangan sampai mengalaminya," batin Mama Kamila sembari memperhatikan Alesha berjalan menjauh.
Berbeda dengan Alesha, setiap hari dia harus berpura-pura ceria dan bahagia di hadapan teman-temannya. Dari kecil dia memang tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari Kamila, tapi sedikit pun dia tidak benci kepada Kamila karena Alesha mengira jika Kamila ibu kandungnya. Alesha selalu menahan rasa sakit itu di dalam hatinya dan kadang-kadang itu membuat dadanya sesak.
Sebuah mobil mewah melaju beriringan dan ternyata itu mobil milik Jovanka dan Edgar. Kedua mobil mewah itu berhenti secara bersamaan di depan sekolah. Jovanka bahagia, dia segera menghampiri Edgar dan melingkarkan tangannya ke lengan Edgar tapi dengan cepat Edgar menghempaskan tangan Jovanka.
"Jangan lancang kamu!" sentak Edgar.
"Loh, kenapa? aku 'kan hanya ingin masuk ke sekolah bareng, memangnya tidak boleh?" kesal Jovanka.
"Jangan pernah sentuh aku sembarangan karena aku tidak suka," ucap Edgar dingin.
Alesha berjalan melewati keduanya tanpa menoleh sedikit pun. Dia tidak mau membuat masalah dengan siapa pun, terutama dengan Jovanka. Edgar memperhatikan Alesha, bahkan dia melihat Alesha berjalan sampai dia menghilang di balik lorong.
"Kurang ajar, si Alesha memang harus dikasih pelajaran," batin Jovanka dengan kesalnya.
Proses belajar mengajar pun dimulai, Alesha memperhatikan guru yang sedang mengajar dengan serius. Berbeda dengan Edgar yang terlihat sering curi-curi pandang kepada Alesha. Sepertinya Edgar sudah mulai suka kepada Alesha hanya saja dia terlalu gengsi untuk mengungkapkannya.
Beberapa saat kemudian, bel istirahat pun tiba. Grace dan Alesha seperti biasa pergi ke kantin untuk makan. Edgar sengaja cari tempat duduk di belakang Alesha supaya bisa lebih dekat dengan Alesha.
"Le, besok 'kan sekolah libur, aku mau main ke kedai kamu ya," seru Grace.
"Boleh, kamu langsung ke sana saja ya," sahut Alesha.
"Ok."
Edgar ingat akan kedai yang kemarin dan melihat Alesha yang sedang menjadi pelayan di sana. "Apa Alesha kerja di kedai itu?" batin Edgar.
Waktu pulang pun tiba....
"Grace, aku duluan ya," seru Alesha sembari berlari.
"Tuh anak kenapa?" gumam Grace.
Alesha segera meninggalkan Grace karena dia tidak mau Grace mengantarkan dia pulang lagi bisa-bisa Mamanya marah. Dia sudah berjanji kepada Mamanya kalau dia tidak akan membuat masalah di sekolah. Dan dia juga tidak mau membuat Mamanya marah lagi.
"Aku harus ikutin dia, aku penasaran dengan rumah anak miskin itu," batin Jovanka.
Alesha pulang menggunakan ojeg online, dan tanpa Alesha sadari Jovanka mengikuti Alesha dari belakang. Hingga beberapa saat kemudian, Alesha pun sampai di depan kedai ramen milik kedua orang tuanya. Alesha pun segera membayar ongkos ojeg dan dengan cepat masuk ke dalam kedai itu.
"Ngapain dia masuk ke sana?" gumam Jovanka.
Jovanka belum mau pergi sebelum dia benar-benar tahu apa yang dilakukan oleh Alesha di dalam sana. Hingga lumayan lama menunggu, Jovanka melihat Alesha muncul dengan pakaian pelayan membuat Jovanka tersenyum. Dia dengan cepat mengeluarkan ponselnya dan mengambil foto Alesha.
"Idih, ternyata dia pelayan di kedai ini," ledek Jovanka.
Setelah mendapatkan foto Alesha, Jovanka pun pergi dari sana. Bersamaan dengan mobil Jovanka pergi, giliran mobil Edgar yang berhenti di depan kedai itu. Edgar ingin keluar dan masuk ke dalam tapi Edgar takut jika Alesha malu.
"Alesha, kamu cuci piring dulu!" teriak Mama Kamila.
"Iya, Ma."
Alesha segera membawa piring-piring kotor tapi tangan Alesha licin membuat Alesha menjatuhkan piring-piring kotor itu dengan tidak sengaja. Semua orang kaget, bahkan Kamila langsung keluar dari dalam ruangannya setelah mendengar bunyi benda jatuh. Betapa terkejutnya Kamila, saat melihat piring-piringnya pecah.
"Astaga, kenapa semuanya pecah!" bentak Mama Kamila.
"Maaf Ma, Alesha tidak sengaja soalnya tangan Alesha licin," sahut Alesha dengan wajah ketakutan.
"Mira, bersihkan pecahan piring ini dan kamu, ikut Mama," ucap Mama Kamila sembari menyeret Alesha keluar dari kedai dan membawanya ke belakang kedai.
"Pak, tunggu sebentar." Edgar merasa curiga dan diam-diam mengikuti Alesha dan Mamanya.
Kamila selalu membawa Alesha ke belakang kedai jika dia ingin memberi hukuman karena dia tidak mau pelanggan tahu akan perbuatannya. Di belakang kedai memang sepi dan merupakan tempat untuk membuang sampah. "Kenapa kamu selalu membuat Mama marah? tidak bisakah sehari saja kamu tidak membuat Mama emosi!" bentak Mama Kamila.
"Maaf Ma, Alesha tidak sengaja tadi tangan Alesha licin," sahut Alesha ketakutan.
Edgar mengintip dari balik tembok. "Jadi, dia Mamanya Alesha," batin Edgar.
"Kamu tahu, piring yang kamu pecahkan itu harganya mahal, kedai kita baru saja mulai naik sudah kamu hancurkan lagi. Keuntungan dari kedai ini harus dipakai untuk membeli piring yang barusan kamu pecahkan!" bentak Mama Kamila.
"Kalau begitu, ambil saja uang jajan Alesha, Ma. Mulai besok, Mama jangan memberi Alesha uang jajan sampai piring-piring itu bisa terbeli lagi," sahut Alesha.
"Memang Mama sudah putuskan untuk tidak memberimu uang jajan selama satu minggu. Tapi, jangan senang dulu karena hukuman kamu belum selesai. Ulurkan tangan kamu," ucap Mama Kamila.
Alesha sudah tahu apa yang akan dilakukan oleh Mamanya. Dengan ragu-ragu, dia pun menggulung tangan bajunya lalu mengulurkannya ke arah Kamila. Tanpa banyak basa-basi, Kamila memukul tangan Alesha dengan kayu kecil yang ada di sana.
Alesha memejamkan mata berusaha menahan rasa sakit, tapi air matanya tidak bisa dia tahan. Edgar sampai membelalakkan matanya melihat kekejaman Kamila. "Astaga, kejam sekali," batin Edgar.
Setelah tangan Alesha memar dan sedikit berdarah, Kamila pun menghentikan pukulannya. Edgar segera berlari pergi dari sana karena takut ketahuan dan masuk ke dalam mobilnya. Edgar melihat Kamila sudah masuk ke dalam kedai, selang beberapa menit Alesha pun menyusul masuk.
Sebelum masuk, Alesha membenarkan tangan bajunya supaya lukanya tidak kelihatan. Dia juga menghapus air matanya dan merapikan penampilannya. Setelah dirasa baik, dia pun masuk dan kembali melayani pembeli dengan wajah ceria dan senyum manisnya.
"Kuat sekali dia, terbuat dari apa hati dia? setelah barusan Mamanya menyiksanya, sekarang dia masih bisa tersenyum dan ramah seperti itu?" batin Edgar tidak percaya.