NovelToon NovelToon
Blind Girl And Cold Mafia

Blind Girl And Cold Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Pengantin Pengganti / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Roman-Angst Mafia
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: La-Rayya

Setelah kecelakaan yang merenggut nyawa ibunya dan membuatnya buta karena melindungi adiknya, pernikahan Intan dibatalkan, dan tunangannya memutuskan untuk menikahi Hilda, adik perempuannya. Putus asa dan tak tahu harus berbuat apa, dia mencoba bunuh diri, tapi diselamatkan oleh ayahnya.

Hilda yang ingin menyingkirkan Intan, bercerita kepada ayahnya tentang seorang lelaki misterius yang mencari calon istri dan lelaki itu akan memberi bayaran yang sangat tinggi kepada siapa saja yang bersedia. Ayah Hilda tentu saja mau agar bisa mendapat kekayaan yang akan membantu meningkatkan perusahaannya dan memaksa Intan untuk menikah tanpa mengetahui seperti apa rupa calon suaminya itu.

Sean sedang mencari seorang istri untuk menyembunyikan identitasnya sebagai seorang mafia. Saat dia tahu Intan buta, dia sangat marah dan ingin membatalkan pernikahan. Tapi Intan bersikeras dan mengatakan akan melakukan apapun asal Sean mau menikahinya dan membalaskan dendamnya pada orang yang sudah menyakiti

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kemarahan Sean

"Apa yang sudah kau katakan kepada suamimu?" Tanya Pak Purnomo.

"Apa yang Papa bicarakan?" Tanya Intan bingung.

"Pak? Saya rasa Anda sebaiknya kembali lagi saat Pak Sean pulang. Dia tidak suka tamu yang datang tanpa diundang." Ucap Bi Lila.

"Sekarang aku harus menjadwalkan janji untuk bertemu dan berbicara dengan putriku sendiri?" Ucap Pak Purnomo.

"Putriku?" Kata Intan.

"Ada apa? Kenapa? Kau menikah dengan pria kaya dan sekarang kau merendahkan keluargamu sendiri?" Ucap Pak Purnomo.

"Lucu juga mendengar pria yang bahkan tidak menjadi wali pernikahan putrinya, ternyata lebih mementingkan uang. Dan bagaimana Papa tahu di mana kami tinggal?" Tanya Intan.

"Apakah itu penting?" Tanya Pak Purnomo.

"Sebenarnya tidak. Ngomong-ngomong, untuk apa Papa datang ke sini? Langsung saja ke intinya." Jawab Intan.

"Suamimu datang ke rumahku dan menuntut agar aku mengembalikan uang yang diberikannya untuk pernikahan kalian. Apa yang sudah kau katakan padanya?" Tanya Pak Purnomo.

"Haha, aku tidak bilang apa-apa, Papa. Kurasa semua ini salah Papa, lagipula, Papa sangat marah ketika tahu aku buta." Ucap Intan.

"BERHENTI BERBOHONG! Apa belum cukup kau membunuh Mamamu, sekarang kau ingin menghancurkan sisa-sisa keluarga kita?" Ucap Pak Purnomo.

Mendengar hal itu, Bi Lila pergi untuk menelepon Sean.

"Halo?" Ucap Sean.

"Pak? Anda harus kembali sekarang juga, Pak Purnomo ada di sini dan sepertinya situasinya sedang tidak baik!" Ucap Bi Lila.

"Apa? Apa yang dilakukan bajingan itu di rumahku? Aku akan pulang sekarang juga." Balas Sean.

Sean meraih kunci mobil dan bergegas keluar dari kantornya. Dia sangat marah. Pak Purnomo telah mengembalikan satu setengah juta dollar dan meminta batas waktu untuk mengembalikan sisa uang yang dimintanya sebagai kompensasi. Sean memberikannya karena dia membutuhkan jejak yang ditinggalkan uang itu pada nama keluarga Purnomo.

Sementara itu di rumah....

"Aku tidak membunuh Mama, itu kecelakaan." Ucap Intan.

"Dan menurutmu itu semua akan terjadi kalau dia tidak menjemputmu? Kau menelepon dan terus-terusan memintanya pergi karena kau tidak mau naik taksi sialan itu." Teriak Pak Purnomo.

"Aku tidak pernah meminta Mama untuk menjemput ku." Balas Intan.

"Sekarang kau berpura-pura tidak bersalah, ya? Kau harus meyakinkan suami gila mu itu untuk melupakan kompensasi itu." Ucap Pak Purnomo.

"Aku tidak akan melakukan itu!" Balas Intan.

"Apa?" Pak Purnomo.

"Aku tidak ikut campur dalam urusan suamiku, jika kau ingin dia melupakan hal ini, bicaralah langsung padanya." Ucap Intan.

"Dasar gadis tak tahu terima kasih, seharusnya kau bersyukur. Seharusnya kau yang mati dalam kecelakaan itu, bukan Mamamu." Ucap Pak Purnomo.

"Aku rasa itu satu-satunya hal yang kita sepakati, Papa. Sekarang keluar dari rumahku." Ucap Intan.

"Seharusnya aku biarkan kau mati kehabisan darah di kamar itu. Aku telah menyelamatkan hidupmu yang tak berguna dan sekarang kau malah membuatku semakin dalam masalah." Ucap Pak Purnomo.

"Lihat, sepertinya kita sepakat dalam banyak hal hari ini." Balas Intan.

"Dasar gadis kurang ajar." Teriak Pak Purnomo.

Pak Purnomo mengangkat tangannya, yang sudah kesal, hendak menampar Intan ketika pintu terbuka paksa dan Sean melihat kejadian itu.

"Pak Sean?" Ucap Pak Purnomo terkejut.

Sean menghampirinya dengan mata penuh amarah dan mencengkeram kerah bajunya. Pak Purnomo memegang erat lengannya.

"Apa yang sedang Anda lakukan, Pak Sean?" Ucap Pak Purnomo ketakutan.

"Apa kau mau mati? Apa yang kau lakukan di sini?" Ucap Sean.

"Saya hanya datang untuk menjenguk putri saya." Jawab Pak Purnomo.

"Kau mengangkat tanganmu ke arah istriku." Ucap Sean.

"Tidak, Anda keliru." Balas Pak Purnomo.

"Sean?" Ucap Intan hendak menenangkan amarah Sean.

Bi Lila, yang sedang memperhatikan segalanya dan berharap bosnya tiba tepat waktu, muncul dan berkata,

"Dia datang untuk memaksa putrinya agar Anda melupakan kompensasi, dan dia menuduhnya membunuh Mamanya, belum lagi bahwa dia mengatakan putrinya seharusnya mati."

"Bi Lila!" Seru Intan.

Bi Lila melontarkan semua itu dengan marah, sambil bernapas berat seolah-olah dia tengah berusaha menahan amarahnya.

"Maaf, Non Intan. Tapi pria ini orang yang mengerikan." Ucap Bi Lila.

Intan mendekat dan membelai lengan Bi Lila, seolah ingin menenangkannya.

Sean kemudian menjadi semakin marah dan mendorong Pak Purnomo ke dinding dengan kekuatan besar yang membuat Pak Purnomo berteriak kesakitan.

"Aku akan membunuhmu!" Teriak Sean.

"Sean? Jangan!" Ucap Intan.

Sean menoleh ke Intan, yang kini ditahan oleh Bi Lila, matanya berkaca-kaca. Sean mengatupkan rahangnya, tangannya mengepal. Dia mengerahkan seluruh tenaganya untuk menahan amarahnya saat itu.

"Keluar dari rumah kami, sekarang juga!" Teriak Sean.

Pak Purnomo berdiri dan membetulkan setelannya, memandang ke arah Bi Lila dan Intan, lalu menghadap Sean yang sedang sangat marah dan berusaha mengendalikan diri.

"KELUAR, SEKARANG!" Teriak Sean.

Sean berteriak, dan itu membuat semua orang ketakutan. Begitu Pak Purnomo berlari keluar pintu, Sean hampir menggeram. Intan lalu menghampirinya dan memeluknya dari belakang. Dia menarik napas dalam-dalam lalu berbalik, memeluk dan mengecup puncak kepala Intan.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Sean.

"Iya, terima kasih." Balas Intan.

Intan bisa saja mengatakan itu, tapi Sean merasakan tubuhnya gemetar, dan dia terisak-isak, meskipun dia berusaha menahan air matanya.

"Saya akan mengambilkan segelas air gula untuk Anda, Non." Ucap Bi Lila.

Sean mengangguk setuju pada Bi Lila dan membawa Intan, membimbingnya ke sofa.

"Duduklah di sini, Ratuku. Aku janji dia tidak akan pernah mendekatimu lagi." Ucap Sean.

Bi Lila datang membawa air gula, dan Sean berdiri.

"Bisakah kau tetap bersamanya sebentar?" Ucap Sean.

"Tentu saja, Pak." Jawab Bi Lila.

Intan lalu meraih tangan Sean.

"Kau mau pergi kemana?" Tanya Intan.

Sean berlutut di depannya, menyentuh wajahnya, dan berbicara dengan nada tenang.

"Aku perlu menelepon seseorang. Sebentar saja. Tadi aku bergegas meninggalkan perusahaan." Ucap Sean.

Intan mengangguk, lalu Sean berdiri dan menuju balkon. Dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor sekretarisnya, Julian.

"Pak? Di mana Anda? Waktu saya kembali, Anda sudah pergi." Ucap Julian.

"Aku sudah di rumah. Aku harus kembali lebih cepat tadi." Ucap Sean.

"Tapi Pak, Anda tahu kita punya masalah penting yang harus diselesaikan hari ini." Ucap Julian.

"Ini lebih penting. Dengarkan baik-baik, aku ingin kau menyewa dua penjaga keamanan untuk menjaga rumah dan memastikan tidak ada yang bisa mendekat ke dalam rumah." Ucap Sean.

"Apa yang terjadi, Pak?" Tanya Julian terkejut.

"Itu bukan urusanmu. Berhenti bertanya dan lakukan seperti yang kukatakan. Aku butuh mereka di sini dalam 20 menit." Titah Sean.

"Tentu saja, Pak. Maaf. Saya akan mengaturnya." Balas Julian.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!