30 Tahun belum menikah!
Apakah itu merupakan dosa dan aib besar, siapa juga yang tidak menginginkan untuk menikah.
Nafisha gadis berusia 30 tahun yang sangat beruntung dalam karir, tetapi percintaannya tidak seberuntung karirnya. Usianya yang sudah matang membuat keluarganya khawatir dan kerap kali menjodohkannya. Seperti dikejar usia dan tidak peduli bagaimana perasaan Nafisha yang terkadang orang-orang yang dikenalkan keluarganya kepadanya tidak sesuai dengan apa yang dia mau.
Nafisha harus menjalani hari-harinya dalam tekanan keluarga yang membuatnya tidak nyaman di rumah yang seharusnya menjadi tempat pulangnya setelah kesibukannya di kantor. Belum lagi Nafisha juga mendapat guntingan dari saudara-saudara sepupunya.
Bagaimana Nafisha menjalani semua ini? apakah dia harus menyerah dan menerima perjodohan dari orang tuanya walau laki-laki itu tidak sesuai dengan kriterianya?"
Atau tetap percaya pada sang pencipta bahwa dia akan menemukan jodohnya secepatnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9 Mencoba Menjalani.
Nafisha dan Nadien terlihat begitu sangat serius di meja kerja Nafisha yang mana Nafisha fokus pada layar komputer.
"Serius ini orangnya Nafisha?" tanya Nadien melihat foto Agam terlihat begitu tampan.
"Benar, dia juga sudah mengirim cv-nya kepadaku dan dia laki-laki yang sempurna baik dari fisik maupun karir, kepribadian juga baik," jawab Nafisha.
"Kalau kamu dijodohkan dan dapat yang seperti ini aku setuju. Lihatlah wajahnya tampan dan begitu teduh seperti wajah whudu," ucap Nadien yang ternyata tidak masalah sama sekali.
"Tetapi usianya baru 26 tahun, usianya lebih mudah dibandingkan aku," ucap Nafisha.
"Astaga Nafisha untuk sekarang-sekarang ini, tidak ada masalah tetap pria lebih mudah dan wanitanya lebih tua. Memang sudah jawabannya kita itu menikah dengan brondong. Aku dan suamiku juga beda 2 tahun, aku lebih tua. Jadi usia bukan menjadi patokan," ucap Nadien memberi saran kepada rekannya itu.
"Benar, sih! lalu menurut kamu bagaimana? Aku tetap melanjutkan proses taaruf bersamanya atau dibatalkan?" tanya Nafisha.
"Sudah cowok sepeak malaikat seperti ini dan kamu masih punya pikiran untuk membatalkannya. Nafisha ini laki-laki yang sudah keren baik dari wajah dan lihatlah kerja juga sangat baik, dia juga berasal dari keluarga baik-baik. Tidak ada alasan untuk kamu menghentikannya, harus di lanjutkan," ucap Nadien memberi saran kepada temannya itu.
"Baiklah kalau begitu, aku akan melanjutkan proses ta'aruf bersamanya, kamu doain aku ya semoga semuanya diberi kelancaran," ucap Nafisha.
"Itu pasti Nafisha," sahut Nadien dengan tersenyum.
"Jangan lihatin terus, ingat punya suami nanti naksir lagi," goda Nafisha.
"Isss, cemburuan amat," sahut Nadien menggoda temannya itu.
Ditengah keduanya sibuk melihat foto-foto Agam yang memang sangat menarik dan tiba-tiba saja Nadien melihat ke arah bos mereka yang tiba-tiba lewat. Nadien dengan cepat pindah ke tempat duduknya sebelum mendapat teguran.
Nafisha juga dengan cepat mematikan layar komputernya. Dia juga tidak ingin mendapatkan masalah dari Arthur.
"Antar perbaikan dari dokumen yang kamu berikan kepada saya tadi malam!" ucap Arthur memberi perintah kepada Nafisha.
"Ba-baik pak," jawab Nafisha langsung buru-buru mengambil dokumen tersebut.
"Aku pergi dulu," ucap Nafisha langsung berdiri dari tempat duduknya sebelum mendapat masalah dari Arthur.
"Semangat!" ucap Nadien tidak henti-hentinya memberikan support kepada temannya.
****
Nafisha berada di dalam mobil bersama dengan Agam.
"Kamu tidak seharusnya menjemputku, aku benar-benar tidak enak," ucap Nafisha cukup kaget.
"Kamu tidak perlu merasa tidak enak seperti itu. Kita juga sebentar lagi akan menikah dan harus membiasakan diri mengantar dan menjemput istri dan mengantar bekerja," ucap Agam sembari menyetir yang membuat Nafisha mengganggukan kepala dengan tersenyum.
"Kamu sendiri bekerja di bagian apa?" tanya Nafisha.
"Jadi kamu tidak membaca cvku dengan baik?" Agam menimpali pertanyaan itu membuat Nafisha tersenyum dengan terlihat malu.
"Tidak apa-apa. Aku hanya mengurus perusahaan Papa. Awalnya aku juga punya perusahaan sendiri tetapi, Papa membutuhkan orang untuk membantu menangani Perusahaan yang sedang dalam masalah. Jadi aku sekarang bergabung dengan perusahaan mereka, karena sebagai anak harus berbakti kepada orang tuanya," jawab Agam.
"Begitu. Kamu hebat yang berbakti kepada orang tua kamu dan pasti orang tua kamu bangga dengan kamu," ucap Nafisha.
"Memang ada orang tua yang tidak bangga dengan anaknya. Kamu juga memiliki karir yang baik di perusahaan dan pasti orang tua kamu juga tidak kalah bangga dengan kamu," ucap Agam.
"Iya, bisa katakan seperti itu," jawab Nafisha dengan tersenyum.
"Nafisha ketika kita sudah menikah nanti dan sebaiknya kamu tidak perlu bekerja lagi dan aku akan memenuhi semua kebutuhan kamu," ucap Agam secara tiba-tiba.
"Tetapi aku sangat mencintai pekerjaanku. Aku merasa tidak enak jika hanya bersantai saja," sahut Nafisha.
"Benarkah begitu, kalau begitu nanti saja kita bicarakan hal itu," sahut Agam
"Di sana kantorku!" tunjuk Nafisha sudah mendekati gedung pencakar langit itu.
"Baiklah!" sahut Agam meminggirkan mobilnya.
"Agam sekali lagi aku mengucapkan terima kasih kepada kamu, kamu sudah baik sekali menjemputku, aku masuk dulu," ucap Nafisha membuat Agam menganggukkan kepala.
"Kamu kerja baik-baik dan nanti sore aku akan menjemputmu. Kamu kabari saja kalau sudah pulang bekerja," ucap Agam.
"Tidak usah, lebih banyak lagi merepotkan kamu," ucap Nafisha yang merasa tidak enak.
"Tidak apa-apa Nafisha. Aku justru senang dengan meluangkan waktu untuk mengantar dan menjemput kamu," ucap Agam.
"Ya sudah kalau begitu aku masuk dulu. Asalamualaikum!" ucap Nafisha dengan tersenyum yang membuka sabuk pengamannya dan keluar dari mobil tersebut.
Nafisha juga melambaikan tangannya menunggu mobil itu pergi.
"Wau, diantar calon suami, Nih!" Nafisha membalikkan tubuhnya ketika mendengar suara yang tidak asing itu dan sesuai dugaannya itu adalah Denny.
"Ngejek aja," sahut Nafisha terlihat begitu kesal dengan menaikkan satu ujung bibirnya.
"Dari mobilnya kelihatan mewah dan benar-benar sesuai dengan kriteria kamu, semoga saja laki-laki yang ini benar-benar cocok untuk kamu," ucap Denny tidak lupa memberi doa kepada temannya itu.
"Amin," sahut Nafisha yang tidak ragu untuk mengaminkan membuat Denny hanya tersenyum saja.
Senyum itu memang tampak lebar tetapi terlihat jelas ada rasa tidak ikhlas, mungkin pada akhirnya dia harus melihat temannya mengakhiri masalah ajangnya dengan pilihan sendiri.
"Ya sudah kalau begitu aku mau masak dulu," ucap Nafisha berpamitan dan memasuki Perusahaan.
"Ya, semoga hubungan kalian diberi kelancaran dan aku yakin kamu cocok mendapatkan laki-laki seperti dia," gumam Denny menarik nafas panjang dan memohon perlahan kedepan.
****
Proses ta'aruf Nafisha dan Agam berjalan dengan lancar sesuai prosedurnya, Nafisha juga terkadang sering bertemu dengan Agam dengan mengantar dan menjemput Nafisha. Keluarganya sudah tahu bahwa Nafisha memiliki calon suami dan itu menjadi keuntungan untuk Nafisha yang tidak akan mendengar celotehan keluarganya yang menyuruhnya untuk menikah dan menjodoh-jodohkannya.
Nafisha hanya berharap laki-laki yang mencoba serius kepadanya benar-benar diberi kelancaran sampai pernikahan mereka.
Nafisha juga tidak lupa melanjutkan pekerjaannya atas tanggung jawab yang diberikan Arthur, karena bagaimanapun banyak sekali pekerjaan yang harus juga dituntaskan. Nafisha sampai saat ini masih bisa membagi waktu.
Nafisha kembali lembur di kantor terlihat begitu serius pada laptopnya.
Dratt-drattt-drattt.
Nafisha melihat ponselnya berdering dan melihat panggilan masuk tersebut ternyata dari Agam yang membuat Nafisha langsung mengangkatnya.
"Assalamualaikum. Mas Agam," sapa Nafisha.
"Nafisha kenapa baru mengangkat telepon sekarang, kamu kau tidak dari tadi WO mencari kamu," ucap Agam.
"Astagfirullah, Nafisha lupa kalau ada janji dengan Wo," ucapnya yang menepuk jidatnya.
"Kamu bagaimana sih, Nafisha. Mereka sudah meluangkan waktu untuk bertemu dengan kamu dan kamu malah tidak menemui mereka. Ini juga masalah tentang pernikahan kita yang sudah diberi tanggung jawab kepada mereka," ucap Agam.
"Iya-iya. Mas, nanti Nafisha akan kembali bicara dengan mereka dan semoga saja ada waktu hari berikutnya untuk bertemu. Nafisha lagi sibuk dengan pekerjaan," jawabnya memberi alasan dengan tangannya tetap mengetik pada komputer.
"Ya sudah kalau begitu nanti aku saja mengatakan kepada mereka. Kamu masih di kantor?" tanya Agam.
"Benar! sebentar lagi Nafisha akan pulang," jawabnya.
"Ya sudah hati-hati pulangnya," ucap Agam.
Nafisha menjawab dan menutup telepon tersebut dengan mengucapkan salam.
"Ya ampun Nafisha, kamu benar-benar melupakan untuk bertemu denganmu wedding organizer dan lihatlah ada saja masalah," ucap Nafisha menepuk jidatnya dengan pekerjaan
Bersambung.....
tapi aku kok agak takut Agam bakalan balas dendam yaa...dia kan aslinya laki2 begajulan
wanita sholekhah jodohnya pria yg sholeh.nafish gadis yg baik kasihan banget dapet laki2 keong racun hia huaa