NovelToon NovelToon
Legend Of The Sky Devourer-Kunpeng Terakhir

Legend Of The Sky Devourer-Kunpeng Terakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Epik Petualangan / Fantasi
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Alvarizi

Di Desa Fuyun yang terkubur salju, Ling Tian dikenal sebagai dua hal yakni badut desa yang tak pernah berhenti tertawa, dan "Anak Pembawa Sial" yang dibenci semua orang.

Tidak ada yang tahu bahwa di balik senyum konyol dan sikap acuh tak acuh itu, tersimpan jiwa yang lelah karena kesepian dan... garis darah monster purba yang paling ditakuti langit yakni Kunpeng.

Enam puluh ribu tahun lalu, Ras Kunpeng musnah demi menyegel Void Sovereign, entitas kelaparan yang memangsa realitas. Kini, segel itu retak. Langit mulai berdarah kembali, dan monster-monster dimensi merangkak keluar dari bayang-bayang sejarah.

Sebagai pewaris terakhir, Ling Tian dipaksa memilih. Terus bersembunyi di balik topeng humornya sementara dunia hancur, atau melepaskan "monster" di dalam dirinya untuk menelan segala ancaman.

Di jalan di mana menjadi pahlawan berarti harus menjadi pemangsa, Ling Tian akan menyadari satu hal yakni untuk menyelamatkan surga, dia mungkin harus memakan langit itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvarizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 13: Warisan yang Dikutuk

Paviliun Kitab Sekte Pedang Langit menjulang setinggi lima lantai di sisi timur puncak utama. Bangunan itu tampak tua, terbuat dari kayu ulin hitam yang menyerap cahaya matahari, memberinya kesan angker seolah-olah gedung itu sendiri sedang merengut pada siapa pun yang mendekat.

Bau kertas tua dan tinta kering langsung menyergap hidung Ling Tian begitu dia melangkah melewati ambang pintu raksasa.

Di dalam, suasananya hening. Sebuah keheningan yang sengaja dipaksakan dan terdapat ratusan murid yang kebanyakan terdiri dari Murid Luar dan beberapa Murid Dalam sedang berjalan berjinjit di antara rak-rak buku yang menjulang tinggi sampai ke langit-langit. Wajah mereka serius, penuh sebuah ambisi yang ditahan.

Ling Tian berjalan menuju meja resepsionis. Di sana, seorang tetua berjanggut putih panjang sedang tertidur dengan posisi duduk, kepalanya terkulai dan mendengkur halus.

'Tetua Penjaga. Klise klasik di setiap novel,' pikir Ling Tian sambil tersenyum tipis. Orang tua yang terlihat tidak berguna tapi biasanya bisa membunuhmu hanya dengan satu kedipan mata.

Ling Tian tidak membanting meja. Dia meletakkan Koin Giok Hijaunya (bernilai 100 Poin) dengan sangat pelan di atas meja kayu, nyaris tanpa suara.

Tak.

Mata tetua itu terbuka seketika. Tidak ada lagi rasa kantuk di sana. Matanya jernih, setajam mata elang yang melihat kelinci.

"Murid Pelayan?" suara Tetua itu serak. Dia melirik pakaian Ling Tian yang compang-camping, lalu melirik koin 100 poin di meja. "Kau habis merampok siapa, Nak?"

"Hadiah tugas membersihkan Gua Angin Ratapan, Tetua," jawab Ling Tian sopan, membungkuk sedikit. "Namaku Ling Tian."

Tetua itu menaikkan satu alisnya yang tebal. "Oh? Kau yang selamat dari gua itu? Dan mematahkan tangan murid Wang Gang di kantin tadi pagi?"

Berita menyebar dengan cepat.

Tetua itu mendengus, lalu menggeser sebuah lencana kayu ke arah Ling Tian. "Lantai satu untuk Murid Luar. Lantai dua untuk Murid Dalam. Kau cuma punya akses ke Lantai Satu. Waktumu dua jam. Jangan merusak apa pun, atau aku akan menjadikanmu sampul buku."

"Mengerti, Tetua." Ling Tian mengambil lencana itu dan masuk ke labirin rak buku.

Lantai satu penuh sesak. Rak-rak di sini berisi teknik Tingkat Mortal (Manusia) dan Spirit (Roh) kelas rendah.

Ling Tian menarik sebuah gulungan secara acak. [Teknik Pedang Angin Berhembus].

Dia membukanya sedikit. Isinya tentang cara menyelaraskan napas dengan aliran udara untuk mempercepat sebuah tebasan.

"Sampah," komentar Tuan Kun di dalam kepalanya. "Itu cuma tarian kipas. Tidak ada niat membunuh didalamnya."

Ling Tian mengembalikannya. Dia mengambil yang lain. [Tinju Pemecah Batu].

"Terlalu kaku. Kau akan mati ditembak panah sebelum sempat mengepalkan tangan."

Ling Tian berjalan menyusuri lorong demi lorong. Dia memeriksa puluhan teknik. Langkah Awan, Pedang Air Mengalir, Perisai Tanah Liat. Semuanya teknik standar sekte ortodoks. Bagus untuk latihan dasar, tapi terlalu "bersih" baginya.

"Tuan Kun," bisik Ling Tian sambil pura-pura membaca sebuah gulungan agar tidak terlihat bicara sendiri. "Kita tidak cari teknik untuk jadi pahlawan. Tubuhku ini 'Tulang Besi'. Aku butuh sesuatu yang berat. Sesuatu yang bisa menghancurkan, bukan sekadar teknik untuk menggores luka."

"Ke pojok belakang," instruksi Tuan Kun tiba-tiba. "Di rak paling ujung yang berdebu itu. Aku mencium bau amis."

Ling Tian menuruti insting roh itu. Dia berjalan menjauhi kerumunan murid yang berebut teknik populer, menuju sudut gelap di bagian belakang paviliun.

Di sini, rak bukunya terlihat lebih tua. Kayunya lapuk dimakan rayap. Debu tebal menutupi gulungan-gulungan yang tersusun berantakan.

Tidak ada murid lain di sini. Sepertinya ini adalah bagian "Barang Cacat" atau teknik yang terlalu sulit dipelajari sehingga ditinggalkan.

Jari Ling Tian menelusuri punggung-punggung buku yang kasar itu.

Teknik Tombak Bunuh Diri (Mengorbankan darah untuk tenaga).

Seni Napas Racun (Merusak paru-paru sendiri).

"Koleksi orang gila," gumam Ling Tian.

"Berhenti. Itu."

Tangan Ling Tian berhenti di sebuah gulungan bambu yang warnanya sudah menghitam. Tali pengikatnya terbuat dari kulit ular kering dan tiidak ada judul di luar sampulnya.

Ling Tian mengambilnya dan terasa berat. Gulungan ini terasa jauh lebih berat dari ukuran aslinya. Kemudian dia segera membukanya.

Aroma darah kering yang samar langsung tercium.

Di bilah bambu pertama, tertulis dengan tinta merah yang pudar:

[HEAVY SWORD ART: CRUSHING MOUNTAIN]

Kelas: Tidak Diketahui (Ditemukan di reruntuhan sekte iblis kuno).

Ling Tian membaca deskripsinya:

"Pedang adalah raja senjata, tajam dan elegan. Tapi teknik ini menolak keanggunan. Pedang bukan sekadar untuk memotong. Pedang adalah palu yang memiliki sebilah mata pisau. Teknik ini memadatkan seluruh Qi ke dalam berat senjata, mengabaikan ketajaman, fokus pada kehancuran total struktur musuh."

Peringatan: Membutuhkan kekuatan fisik setara monster. Jika tulang pengguna tidak cukup kuat, lengan akan hancur saat ayunan pertama.

Ling Tian menyeringai lebar. Matanya berbinar.

"Ini dia," bisiknya. "Ini jodohku."

Batang besi hitam yang dia pungut di danau bukanlah pedang tajam. Itu adalah besi tumpul yang berat. Teknik ini sempurna. Dia tidak perlu memotong leher musuh dengan ayunan indah, dia hanya perlu meremukkan leher itu sampai jadi bubur.

"Pilihan bagus," puji Tuan Kun. "Teknik ini kasar, brutal, dan tidak efisien dalam penggunaan Qi. Tapi karena tubuhmu sekarang adalah 'Kunpeng Iron Bone', kau bisa menanggung beban balik yang akan menghancurkan lengan manusia biasa. Dan yang lebih penting..."

"...gerakan menghantam di teknik tersebut sangat cocok dikombinasikan dengan gaya gravitasi 'Devour'-mu nanti."

Ling Tian menggulung kembali bambu itu. Dia melihat label harganya.

50 Poin.

Murah. Sangat murah untuk teknik sekuat ini. Alasannya jelas, tidak ada orang waras yang mau mengambil risiko tangannya patah demi teknik yang tidak elegan.

"Masih sisa 50 poin," gumam Ling Tian. "Cukup untuk satu teknik pergerakan."

Dia kembali mencari. Kali ini, dia tidak butuh waktu lama. Di rak sebelah bawah, terselip sebuah buku tipis yang sampulnya telah robek.

[GHOST FLICKER STEP (LANGKAH KEDIPAN HANTU)]

Status: Tidak Lengkap (Hanya 3 langkah pertama).

Teknik ini mengajarkan cara meledakkan Qi di telapak kaki untuk menciptakan perpindahan instan jarak pendek (2-3 meter), meninggalkan afterimage (bayangan sisa) untuk membingungkan musuh.

Kekurangannya: Sangat boros energi dan merusak meridian kaki jika dipakai berlebihan.

Harganya: 40 Poin.

"Sempurna," kata Ling Tian. "Aku punya pasokan energi tak terbatas dari memakan musuh, dan regenerasi tubuhku bisa mengatasi kerusakan meridian."

Dengan dua gulungan di tangan, Ling Tian berjalan kembali ke meja resepsionis.

Tetua Penjaga membuka matanya saat Ling Tian meletakkan kedua gulungan itu. Dia melihat judulnya, lalu menatap Ling Tian dengan pandangan aneh.

"Penghancur Gunung dan Langkah Hantu?" Tetua itu mendengus kasar. "Satu akan mematahkan tanganmu, satu lagi akan meledakkan kakimu. Kau mau bunuh diri, Nak?"

"Saya suka hidup yang berbahaya, Tetua," jawab Ling Tian tenang, menyerahkan koin gioknya.

Tetua itu menatap mata Ling Tian dalam-dalam selama beberapa detik. Dia mencari tatapan keraguan, tapi tidak menemukannya. Hanya ada ketenangan yang dingin, ketenangan seseorang yang sudah menghitung risiko dan keuntungan.

"Terserah kau," Tetua itu memproses transaksinya. "Total 90 poin. Sisa 10 poin."

Ling Tian mengambil gulungan itu. "Terima kasih."

Dia baru saja berbalik hendak pergi, ketika suara Tetua itu menahannya.

"Tunggu."

Ling Tian berhenti.

Tetua itu melempar sebuah benda kecil ke arahnya.

Ling Tian menangkapnya. Itu adalah botol porselen kecil berwarna putih.

"Itu Salep Tulang Harimau. Kalau tanganmu retak nanti malam, oleskan itu. Jangan mati konyol di minggu pertamamu jadi orang kaya."

Ling Tian tertegun sejenak. Dia menatap tetua yang sudah kembali memejamkan matanya, pura-pura tidur lagi.

Ada kehangatan aneh yang menjalar di dada Ling Tian. Di dunia yang isinya serigala berbulu domba ini, kebaikan kecil dari orang asing terasa sangat mahal.

"Terima kasih, Tetua Su," kata Ling Tian tulus, dia membaca nama di lencana meja itu.

Tetua Su hanya melambaikan tangan malas, mengusirnya.

Ling Tian berjalan keluar dari Paviliun Kitab. Matahari sudah tinggi.

Dia memiliki teknik serangan brutal.

Dia memiliki teknik pergerakan hantu.

Dia memiliki tubuh monster.

Dan dia memiliki sisa 10 poin dan sebotol obat.

"Sekarang," Ling Tian meregangkan otot lehernya, krek. "Waktunya mencari tempat sepi untuk menyiksa diri sendiri."

Namun, saat dia menuruni tangga paviliun, dia merasakan sebuah tatapan.

Bukan tatapan kagum atau jijik seperti di kantin tadi.

Ini tatapan layaknya ada yang mengawasi.

Ling Tian tidak menoleh. Dia terus berjalan dengan tempo tetap, tapi indra pendengarannya yang tajam menangkap suara napas halus dari balik pohon besar di sisi kiri jalan setapak.

Baunya... bau parfum melati yang mahal.

Xueya?

Bukan. Ini bau melati yang dicampur dengan... feromon?

"Bukan si Putri Es," bisik Tuan Kun waspada. "Itu wanita lain. Auranya gelap dan lengket. Hati-hati, Ling Tian. Sepertinya kau menarik perhatian faksi lain selain si Gendut Li Wei."

Ling Tian tersenyum tipis, tetap melihat ke depan. "Semakin banyak penonton, semakin seru pertunjukannya," gumamnya.

Dia mempercepat langkahnya, menghilang ke dalam hutan menuju Lembah Belakang. Dia harus menguasai teknik barunya sebelum "tamu" baru ini memutuskan untuk menyapanya.

Karena Ling Tian tahu, di sekte ini, sapaan biasanya datang dalam bentuk belati di punggung.

1
Sutono jijien 1976 Sugeng
👍👍👍👍
Sutono jijien 1976 Sugeng
siapa predator puncak 😁😁😁
Sutono jijien 1976 Sugeng
si fang yu hanya jadi badut ,yg Tak tahu apa apa 🤣🤭
Anonymous
Ga kerasa cepet banget udh abis aja 😭
Anonymous
Whooa, apakah sekte matahari hitam itu keroco yang ditinggalkan seberkas kehadiran void Sovereign pada bab prolog?
Renaldi Alvarizi: Hehe mohon dinantikan kelanjutan ceritanya ya
total 1 replies
Anonymous
Alur ceritanya makin kesini makin meningkat, tetap pertahankan
Renaldi Alvarizi: Terimakasih kawan Kunpeng 😁
total 1 replies
Anonymous
up thor
Anonymous
Hahaha Ling Tian punya budak pertamanya
Anonymous
Haha akhirnya badut yang sebenarnya 'Li Wei' mokad juga
Anonymous
Ceritanya bagus, besan dengan yang lain seperti titisan naga, phoenix dsb. Semoga tetap konsisten updatenya.
Joe Maggot Curvanord
kenapa xinxin penyimpanan ataw barang berharga musuh tidak di ambil
Renaldi Alvarizi: Hehe sudah kok kak yang akan digunakan untuk keperluan di bab mendatang namun saya memang lupa memasukkan atau menjelaskannya didalam cerita. Terimakasih atas sarannya.
total 1 replies
Sutono jijien 1976 Sugeng
semoga semakin berkembang ,dan bukan di alam fana ,naik ke alam atas
Renaldi Alvarizi: Hehe tunggu saja kelanjutannya bersama dengan Ling Tian dan Tuan Kun ya kak hehe
total 1 replies
Sutono jijien 1976 Sugeng
belagu si fang yu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!