Axel sedang menata hidupnya usai patah hati karena wanita yang selama ini diam-diam ia cintai menikah dengan orang lain. Ia bahkan menolak dijodohkan oleh orang tuanya dan memilih hidup sendiri di apartemen.
Namun, semuanya berubah saat ia secara tidak sengaja bertemu dengan Elsa, seorang gadis SMA yang salah paham dan menganggap dirinya hendak bunuh diri karena hutang.
Axel mulai tertarik dan menikmati kesalahpahaman itu agar bisa dekat dengan Elsa. Tapi, ia tahu perbedaan usia dan status mereka cukup jauh, belum lagi Elsa sudah memiliki kekasih. Tapi ada sesuatu dalam diri Elsa yang membuat Axel tidak bisa berpaling. Untuk pertama kalinya sejak patah hati, Axel merasakan debaran cinta lagi. Dan ia bertekad, selama janur belum melengkung, ia akan tetap mengejar cinta gadis SMA itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Irfan melangkah keluar dari ruang kepala sekolah dengan tubuh lemas. Langkahnya gontai seakan kehilangan kekuatan. Bahkan, ia nyaris terjatuh andai saja tangannya tidak sigap meraih dinding sebagai penyangga.
"39 juta? Dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu?" desisnya penuh frustrasi. Wajahnya muram, mata kosong menatap lantai. Meskipun berasal dari keluarga kaya, ponsel yang ia miliki bahkan tidak ada setengah dari harga ponsel milik Axel.
Fakta itu membuat pikirannya kalut, dan timbul kecurigaan dalam benaknya. Siapa sebenarnya Axel? Bagaimana mungkin seorang tukang kebun bisa memiliki ponsel semahal itu?
"Bodoh! Sudah pasti semua hasil dari mencuri. Jika tidak, dia tidak mungkin mempunyai barang semewah itu," gumam Irfan, geram. Matanya menyipit, penuh prasangka. "Ya, pasti begitu. Aku harus menyelidikinya. Tapi sebelum itu, aku harus memikirkan cara untuk mendapatkan uang itu dulu."
Saat Irfan tengah diliputi kebingungan, matanya tiba-tiba menangkap sosok yang sangat dikenalnya, tengah berjalan cepat ke arahnya dengan raut penuh khawatir.
Siapa lagi kalau bukan Elsa, kekasihnya.
"Irfan, kamu baik-baik saja? Ada apa sebenarnya? Kenapa kepala sekolah memanggilmu?" tanya Elsa khawatir, kedua matanya menatap Irfan dalam-dalam.
Irfan tersenyum tipis. Ia mengusap lembut kepala Elsa lalu menggeleng pelan. "Tenang, tidak ada apa-apa kok."
"Benarkah? Tapi, jika memang tidak ada masalah, kenapa kepala sekolah sampai memanggilmu?"
Belum sempat Irfan menjawab, Axel keluar dari ruang Pak Beni. Langkahnya terhenti seketika saat melihat Elsa bersama Irfan. Wajahnya berubah, terkejut. Ia spontan mundur perlahan, mencari tempat untuk bersembunyi, lalu menguping pembicaraan mereka.
"Kenapa Elsa bisa ada di sini?" gumamnya, penuh tanda tanya.
Elsa masih menatap Irfan. "Fan, jangan membohongiku. Katakan saja, siapa tahu aku bisa membantu. Apa ini soal nilaimu lagi?"
Irfan menarik napas panjang, menundukkan kepala sejenak sebelum menjawab. "Bukan. Bukan soal nilai. Tapi ... aku tidak sengaja merusak peralatan sekolah, dan sekarang aku harus menggantinya."
Elsa menatapnya tidak percaya. "Peralatan sekolah?" ulangnya pelan, memastikan.
Irfan mengangguk dengan wajah terlihat putus asa. "Dan ... harganya tidak murah. Itu sebabnya aku bingung harus bagaimana sekarang."
Axel yang mengintip dari balik tembok mengepalkan tangan kuat-kuat. Amarah mulai membara di dadanya.
"Dasar pembohong," gumamnya geram.
"Memangnya ... berapa harganya?" tanya Elsa.
"Rp39 juta."
"Apa? Tiga puluh sembilan juta? Peralatan apa yang semahal itu?" Elsa nyaris berteriak, karena terkejut.
"Itu peralatan baru, jadi wajar kalau mahal." Irfan lalu menggenggam tangan Elsa erat. "Sayang ... kau bisa membantuku, kan? Aku benar-benar tidak punya uang sebanyak itu. Jika, ayahku sampai tahu, aku pasti dapat hukuman berat. Jadi, aku mohon ..."
Axel, yang mendengar itu, meninju dinding pelan dengan amarah yang memuncak.
"Brengsek kau, Fan," desisnya tajam. "Tolong, El. Jangan tertipu. Jangan mau membantunya ..."
Elsa masih terdiam. Kepalanya dipenuhi pikiran yang saling bertabrakan. Dari mana ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu?
"Sayang, kau mau membantu ku, kan?" bujuk Irfan, suaranya lembut, nyaris seperti rayuan.
Elsa mengembuskan napas panjang. Melihat sorot mata Irfan yang penuh harap membuat hatinya goyah. Ia yang awalnya ragu, akhirnya mengangguk pelan. "Baiklah, akan aku usahakan."
Seketika wajah Irfan berubah cerah, sampai-sampai ia langsung menarik Elsa ke dalam pelukannya. "Terima kasih, El. Aku tahu aku bisa mengandalkan mu," ucapnya penuh semangat. Namun, sedetik kemudian, senyum licik perlahan muncul di sudut bibir Irfan.
Dari balik tembok, Axel semakin tidak bisa menahan emosinya. Tangannya kembali menghantam dinding, kali ini lebih keras.
"Dasar bodoh. Kenapa kau mau membantunya, hah?" umpat Axel penuh amarah. Dadanya naik-turun menahan gejolak yang meledak-ledak.
"Tidak! Aku harus mencegahnya. Aku tidak akan biarkan Elsa membantu bajingan itu," desisnya.
...****************...
Jam pelajaran telah usai. Biasanya, Elsa akan langsung menuju tempat kerjanya di cafe. Namun hari ini berbeda. Ia mengambil jatah liburnya untuk beristirahat dan menenangkan diri. Namun, yang terjadi justru membuat dirinya gelisah.
Dia memang bisa membantu Irfan dengan uang tabungannya, hasil kerja kerasnya bekerja selama ini. Tapi, ada satu hal yang membuatnya ragu. Dia tidak ingin kakaknya kecewa padanya.
Selama ini, Roy yang memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sedangkan uang yang Elsa dapatkan dari bekerja, ia gunakan untuk keperluan pribadinya, dan sebagian ditabung. Dan, untuk keperluan sekolah, ia mengunakan uang beasiswa.
Jika Roy sampai tahu, dia meminjamkan tabungannya kepada Irfan, ia yakin kakaknya akan sangat marah.
"Aku harus bagaimana?" gumam Elsa frustasi.
"El!!"
Merasa namanya di panggil, Elsa menoleh kebelakang, dan melihat Axel berlari ke arahnya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Elsa heran.
"Kenapa memangnya? Ini kan jam pulang kerja," sahut Axel ringan.
"Tapi, tukang kebun sebelumnya selalu pulang paling terakhir karena banyak yang harus dibersihkan."
"O-oh, itu ... Ka-karena ini hari pertamaku, kepala sekolah menyuruhku pulang lebih awal," jawab Axel, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, berharap Elsa tidak curiga.
Elsa hanya mengangguk. "Oh, begitu."
Ia kembali melangkah, diikuti Axel yang kini berjalan di sampingnya.
"Apa kita akan jalan kaki sampai rumah?" tanya Axel, mencoba mencairkan suasana.
"Tidak, aku hanya ingin menenangkan diri sebentar." Walau mencoba tersenyum, tapi sorot mata Elsa tak bisa menyembunyikan kegelisahannya.
Tanpa banyak kata, Axel meraih tangan Elsa dan menuntunnya ke taman dekat sekolah. Mereka duduk di bangku panjang, membiarkan angin sore menerpa mereka.
"Kau bisa cerita padaku, jika kau mempunyai masalah. Siapa tahu aku bisa membantu," ujar Axel.
Elsa menarik napas panjang, lalu menghembuskan nya dengan kasar. "Irfan ... dia harus mengganti peralatan sekolah yang ia rusak."
"Irfan? Siapa dia?" tanya Axel berpura-pura tidak mengenal.
"Dia kekasihku. Kami belum lama menjalin hubungan." Elsa tersipu saat mengenang masa-masa manis itu. Tapi, Axel hanya diam. Mendengarnya saja sudah membuat nya geram.
"Tapi, jangan bilang Kak Roy, ya! Aku tidak ingin dia kecewa."
Axel mendengus pelan. "Jika tidak ingin kakakmu kecewa, kenapa kau berhubungan dengannya? Dan lagi, dia yang harus mengganti peralatan sekolah, lalu kenapa kau yang terlihat susah?"
"Ck, bukan begitu ... Tadi, Irfan minta bantuanku. Dan sekarang aku benar-benar tidak tahu harus gimana."
Axel menggenggam tangan Elsa dan menatapnya serius. "Aku bukan ingin meremehkan mu, El, tapi, kau sendiri masih berjuang buat hidup. Kenapa harus menanggung beban orang lain? Apalagi dia baru saja jadi pacarmu. Kau pasti belum benar-benar mengenalnya, kan?"
"I-itu ... " Elsa tercekat. Apa yang Axel katakan benar. Semua terjadi begitu cepat. Ia menerima cinta Irfan tanpa banyak berpikir.
"Kenapa kau diam? Kau mulai ragu padanya?" desak Axel.
"Ti-tidak ... aku ..."
"Jika kau ragu, kau bisa mengujinya."
Elsa mengerutkan kening. "Menguji?"
Axel mengangguk pelan. "Ya. Uji dia. Lihat seberapa tulus dia padamu," ucap Axel. "Kebetulan, aku tahu caranya. Mau coba?"
🤔
🙏👍🌹❤
axel martin panik bgt tkut kebongkar
hayolah ngumpet duluu sana 🤭🤣👍🙏❤🌹