lili ada gadis lugu yang Bahkan tidak pernah punya pacar. tapi bagaimana Ketika tiba di hari kiamat dia mendapatkan sebuah sistem yang membuatnya gila.
bukan sistem untuk mengumpulkan bahan atau sebuah ruang angkasa tapi sistem untuk mengumpulkan para pria.
ajaibnya setiap kali ke pria yang bergabung, apa yang di makan atau menghancurkan sesuatu, barang itu akan langsung dilipatgandakan di dalam ruangan khusus.
Lily sang gadis lugu tiba-tiba menjadi sosok yang penting disebut tempat perlindungan.
tapi pertanyaannya Apakah lili sanggup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10
Menurut informasi dari prajurit, mereka akan tiba di pangkalan yang sebenarnya di panggil dengan posko bantuan bencana pada awal kiamat.
Mau tak mau lili berdamai dengan diri sendiri.
Dia pasti akan melakukannya.
Deru mesin kendaraan yang semula stabil mulai melambat. Iring-iringan mobil militer berhenti secara tiba-tiba di tengah jalan berbatu. Debu mengepul, dan suara teriakan serta benturan mulai terdengar dari arah depan.
Bom.. bom ..bom...
"Ada apa?" orang orang di dalam mobil, tiba tiba saja menjadi gelisah.Mereka tidak bisa melihat pelakunya tapi suara jeritan di mobil depan, membuat semua orang panik.
"Zombie... ada zombie!"
"Ya amy...ahhkkk..
Beberapa orang yang baru-baru ini membangkitkan kemampuan mereka langsung turun, bersemangat ingin mencoba kekuatan masing-masing. Aura petir, api, dan bahkan kabut mulai menyebar di medan terbuka. Para prajurit menahan diri untuk tidak menembak. Peluru mulai dihitung seperti harga emas sekarang.
Untungnya pertarungan di menangkan Tim ini karena tindak balas nya yang cepat
Lili masih duduk di kursinya dalam mobil delapan roda, menyembul sedikit dari jendela. Matanya menatap para pengguna kemampuan itu dengan rasa ingin tahu... sampai satu sosok muncul dari kendaraan terdepan.
Deg.
Dia turun perlahan.
Seorang pria bertubuh tinggi, atletis, mengenakan pakaian militer yang sudah tampak agak lusuh tapi malah membuatnya terlihat seperti keluar dari pemotretan majalah. Rambutnya agak acak-acakan, kulitnya coklat keemasan seperti matahari sore hari yang sempurna. Saat dia berdiri tegak dan menatap medan, Lili nyaris menahan napas.
"Kalau saja dia pakai kacamata hitam… Sumpah, aku bakal meleleh."
Dia turun dari mobil seperti dalam adegan film, dan waktu seakan melambat bagi Lili. Sejenak dia merasa seperti fangirl yang sedang melihat idola K-Pop turun dari panggung.
"Astaga, siapa dia?! Kenapa kayak... kayak malaikat yang nyasar ke zona wabah?!"
"sistem berapa nilai kecocokannya?" tanya Lili dengan semangat dan matanya tidak pernah lepas dari pria itu.
[Kecocokan terdeteksi. 100%.]
DUG DUG DUG
"Seratus?! SERATUS PERSEN?! Sistem, kamu beneran baik! Aku maafin semua saran-saran ngawur kamu sebelumnya!"
Wajah Lili memerah.
Tangannya menutup mulut sendiri, seolah tidak percaya pada penampakan langka itu. Matanya berbinar, dan tanpa sadar tubuhnya condong ke depan.
Deteksi air liur meningkat. Waspadalah.]
"Eh?!" Dia buru-buru menyeka sudut bibirnya. Benar saja, dia mengiler sedikit. Sedikit! Tapi tetap saja…
Ini memalukan sekali.
Lili menggigit bibir bawahnya . Wajahnya polos, tapi matanya sudah seperti radar.
"Tinggi? Dapat. Atletis? Dapat. Tampan? Gak usah ditanya. Potensi suami? PENUH. Karakteristik ayah dari anak-anakku di masa depan? VALID."
Dia mulai menyusun strategi. Ini bukan hanya tentang kecocokan sistem. Ini... ini nasib bangsa. "Eh, enggak. Nasib uterusku."
Sementara pria itu mulai bergerak dan dengan mudah menendang zombie hingga terpental, aura percaya diri dan ketenangan terpancar dari setiap gerakannya. Beberapa pengguna kemampuan lain bahkan tak sengaja memperhatikannya dengan kagum. Lili? Lili tidak hanya kagum,dia nyaris terkapar.
"Itu… suamiku. Dia belum tahu aja."
"suamiku ummh"
Pipinya merah.
Senyum bodoh mulai muncul di wajahnya. Dan entah bagaimana, seseorang di dekatnya memandang dengan alis terangkat.
"Eh... Kamu nggak apa-apa? Kenapa senyum-senyum sendiri?"
Lili tersadar, langsung batuk pura-pura.
"Ah, enggak, enggak... Cuma... udara segar aja... segar banget."
Dalam hati dia berkata "Udara mana segar. Yang segar cuma otot dada dia waktu angkat senjata barusan…"
Mobil berhenti total.
Suara erangan dan teriakan menggema dari depan iring-iringan. Beberapa penyintas di dalam kendaraan mulai menunduk, ketakutan, memeluk lutut atau meremas jemari, berharap ini bukan akhir dari perjalanan mereka.
Tapi tidak dengan Lili.
Dia menempelkan wajah ke jendela mobil, matanya membulat seperti kucing yang melihat ikan segar. Di tengah hiruk-pikuk itu, matanya hanya tertuju pada satu orang dia.
Pria yang sebelumnya turun dengan aura selebriti itu, kini berdiri di depan, menjadi benteng pertama melawan barisan zombie. Pria tinggi dengan bahu lebar itu mencabut senjata tajam di punggungnya, dan ketika segerombolan zombie berlari mendekat dengan air liur menetes dan suara geraman yang mengerikan, Lili justru memiringkan kepalanya sedikit dan tersenyum kecil.
"Dia keren banget... bahkan zombie-nya jadi latar yang bagus. Kayak... ya Tuhan, dia kayak aktor utama dalam MV dramatis berdarah…
Lili bertindak seolah-olah Mereka tidak sedang dalam hari kiamat tapi dunia romantis yang penuh gula dan coklat.
Berbanding terbalik dengan orang lain di sisinya yang menjadi ketakutan dengan wajah pucat pasi sementara udara berbau darah.
Matanya hanya menangkap sosok itu.
Tiba-tiba, lengan pria itu menyala.
Petir!
Wah, Lili semakin bersemangat dan sekarang membayangkan seperti apa rupa anak mereka di masa depan.
Percikan biru melingkupi tubuh pria ini , diikuti oleh nyala api dari tangan satunya. Dia berlari maju dengan kecepatan gila. Sekali hentak, zombie yang paling dekat langsung terhempas, tubuhnya meledak dalam kilatan menyilaukan. Petir menari-nari di udara seperti ular buas yang mematuk setiap kepala zombie yang mencoba mendekat.
Satu hentakan tanah ledakan api membakar zombie dari bawah. Sisa-sisa tubuh yang gosong berjatuhan, tapi pria itu tetap bergerak maju. Gesit. Tegas. Mematikan.
Dan Lili?
Dia memegang dadanya, merasa seperti jantungnya baru saja jatuh ke perut.
( Detak jantung meningkat. Harap waspada terhadap dehidrasi akibat air liur.)
"Ssst, diam kamu! Jangan ganggu momen sakral ini!"
Matanya menyorot pria itu seperti kamera sinematik. Para prajurit lain juga bertarung hebat,ada yang menyulap tombak dari tanah, ada yang menciptakan perisai es, dan yang lainnya melemparkan pisau dengan presisi mematikan. Tapi tidak satu pun dari mereka menyilaukan mata Lili.
Yang lain kayak figuran.
Hanya pria ini yang... yang... seperti pusat tata surya. Pusat dari seluruh eksistensi Lili saat ini.
"apakah ini ya namanya cinta pandang pertama, uh ahh"
Dia melamun, bahkan tak sadar mulutnya sedikit terbuka, ekspresinya seperti gadis remaja melihat boyband favorit yang sedang menyanyi di konser.
Seorang wanita paruh baya di sebelahnya mencolek bahunya pelan.
"Nak... kamu baik-baik aja?"
Lili tak menjawab. Dia hanya menghela napas pelan sambil menempelkan pipi ke jendela mobil yang dingin.
"Tuhan... jangan ambil dia dari dunia ini. Ambillah aku saja duluan, kalau bisa dalam pelukannya..."
Sementara zombie-zombie mulai rontok satu per satu, dan sang pria dengan kombinasi api dan petir berdiri gagah dengan napas berat dan tubuh berkeringat, Lili hanya bisa berbisik lirih dalam hati.
"Aku... harus tahu namamu"
sementara itu,suara letupan peluru mulai mereda. Para zombie biasa sudah hampir habis, hanya tinggal beberapa yang berjalan pincang atau merangkak tanpa arah. Beberapa prajurit mulai mengatur napas, mengelap keringat dari pelipis, dan menarik tubuh rekan-rekan mereka yang terluka.
Lili masih menatap pria itu, yang kini berdiri gagah dengan percikan api menyala samar di tangan kirinya, dan sisa petir yang masih berdesis di lengan kanan. Cahaya matahari senja memantul di kulitnya yang berkeringat, membuatnya tampak seperti pahlawan dalam dongeng.
Jantung lili tidak berhenti berdetak, tapi dia merasa hampir mati melihat pesona ini.
Dengan kemampuan ini dengan ketampanan ini dunia akan menjadi damai.
Namun, kedamaian itu tak bertahan lama.
"GRAAAHHHH!!!”
Suara raungan berat memecah udara bukan suara manusia, bukan juga zombie biasa. Tanah bergetar.
Hanya pada saat itulah Lili sadar dengan kondisi di sekitar. Beberapa orang spontan menoleh ke arah semak belukar di sisi jalan, dan saat itulah tiga ekor anjing mutan melompat keluar.
3 ekor anjing mutan yang ukurannya sangat besar. Dengan bulu tebal yang rontok. Taring mereka panjang seperti pisau bergerigi. Salah satu dari mereka memiliki tubuh hampir sebesar mobil kecil, dengan tulang-tulang mencuat keluar dari kulitnya yang robek. Mata mereka menyala merah, dan air liur hitam menetes dari mulut mereka.
"ANJING MUTAN!! SEMUA, BERSIAP!!”teriak salah satu prajurit senior.
Prajurit-prajurit yang tadinya hanya berjaga langsung mengangkat senjata, suara peluru kembali meledak di udara. Tapi tak seperti zombie biasa, anjing-anjing ini melompat cepat,, bergerak seperti bayangan dan menghantam para prajurit satu demi satu.
Salah seorang prajurit yang mencoba menembak dari jarak dekat dihantam oleh kaki depan anjing mutan,tubuhnya terpental hingga menghantam kendaraan berat dengan suara "kraak!" yang mengerikan. Darah memercik ke tanah. Beberapa penyintas menjerit histeris dari dalam kendaraan.
“JANGAN DEKATI MEREKA TANPA PENUTUP!! JANGAN!!”Suara komando memecah kekacauan.
Salah satu anjing mutan menerjang barisan prajurit, dan dalam satu gigitan mengoyak tubuh seorang prajurit muda menjadi dua. darahnya muncrat tinggi, menciprat ke wajah rekan-rekannya. Teriakan histeris meledak. Seorang wanita jatuh terduduk di lantai mobil dan mulai menangis.
"Mati.. Kita akan mati huhuhu"
Lili membeku.
Tangannya gemetar. Wajah yang tadi bersinar-sinar kini pucat pasi. Dadanya naik turun dengan napas tercekat. Dia tidak bisa berpaling dari pemandangan itu, meskipun seluruh tubuhnya ingin kabur sejauh mungkin.
T-Tuhan… lindungi mereka… lindungi kami…,"ucapnya lirih, nyaris tanpa suara, tapi bibirnya terus bergerak seolah membaca doa tanpa henti.
Dia memeluk dirinya sendiri. Wajahnya mulai basah bukan karena air mata, tapi keringat dingin yang mengalir deras dari pelipis ke dagu. Tangannya mencengkeram pinggiran kursi mobil begitu kuat hingga buku jarinya memutih.
"Aku gak mau mati… aku gak mau mati di sini… tolong, siapa pun… jangan biarkan dia mati…”
Lili melirik ke arah pria yang tadi ia kagumi. Kini, dia tak lagi tampak seperti pahlawan dari mimpi. Dia adalah seorang pejuang sejati berlari menantang maut, melompat ke atas badan anjing mutan, melepaskan ledakan petir dari telapak tangan dan menyulutkan api ke leher makhluk itu.
Anjing mutan meraung. Tubuhnya terbakar sebagian, tapi tidak langsung roboh. Pria itu dilempar jauh ke tanah, menggelinding beberapa meter sebelum bangkit lagi dengan darah menetes dari dahi. Tapi dia tidak mundur. Dia menyerang lagi,sekarang lebih serius, lebih mematikan.
"Tolong menanglah… tolong jangan kalah…" pikir Lili sambil menggigil. Kini dia tidak tahu lagi apa yang lebih ia takut kematian atau kehilangan sosok pria itu di medan perang.
Teriakan, suara letupan, geraman binatang dan ratapan menyatu menjadi simfoni kekacauan yang menyesakkan. Iring-iringan kendaraan kini benar-benar terhenti.
Pertarungan belum usai. Neraka baru saja dimulai.
“TINGGALKAN TEMPAT INI!! SEMUA, PERGI SEKARANG JUGA!!” teriak nya.
Suara pria itu membelah hiruk-pikuk, menggelegar dengan penuh kekuatan dan ketegasan.
"Kapten..!!'
"Ini perintah, pergi dulu aku akan menyusul "
Meski beberapa prajurit tampak ragu, mereka tahu perintah itu bukan untuk didiskusikan.
Dengan gigi terkatup dan wajah penuh luka, mereka mulai mundur, mengevakuasi kendaraan satu per satu.Ledakan peluru terus terdengar, sebagian hanya untuk menahan laju makhluk-makhluk buas itu agar kendaraan sipil bisa melaju pergi.
Lili menoleh ke jendela dengan panik. Mobil-mobil di depannya mulai bergerak, menjauh perlahan dari arena pembantaian. Suara mesin yang meraung tak mampu menyamarkan suara jeritan dan rintihan para korban yang tertinggal.
Mobil yang ia tumpangi akhirnya mulai melaju.
Tapi hanya sebentar.
Sebuah bayangan besar melesat dari sisi jalan, lalu ...
“BRAAAKKKK!!!
Seekor anjing mutan menghantam atap mobil dengan keras. Suaranya seperti guntur menghancurkan langit. Atap mobil remuk, dan dalam satu gerakan liar, makhluk itu mencakar dan merobek logam seperti kertas tipis.Jendela pecah, serpihan kaca beterbangan dan menggores wajah para penumpang
Ahhhhhhh....
Lili menjerit. Kepalanya tiba-tiba terhantam dinding mobil saat benturan itu terjadi, dunia berputar sesaat. Saat kesadarannya kembali, ia mencium bau darah yang menyengat dan suara erangan yang tak manusiawi.
Di sampingnya, wanita tua yang tadi duduk tenang kini sudah tak bernyawa. Kepalanya terkulai dengan wajah yang hancur separuh, darah mengalir deras dari lubang matanya yang kosong. Dadanya terbuka, dan organ-organ dalam terlihat sekilas sebelum tubuhnya terhimpit reruntuhan mobil. Darah wanita tua itu menetes ke lantai seperti hujan neraka.
"AAHHHH!!" Lili menjerit, tubuhnya bergetar hebat, dan perutnya mual. Dia ingin muntah, ingin pingsan, ingin lenyap dari tempat ini.
Tiba-tiba suara dari belakang membuyarkan semuanya.
"Pegang tanganku!” Seseorang seorang pria muda dengan wajah penuh luka dan satu mata berdarah,Tapi masih hidup. Dia terjepit di antara bangku, tapi dengan satu tangan bebas, ia mengulurkan tangannya ke arah Lili.
"Cepat! Sebelum dia kembali!"
Tanpa pikir panjang, Lili merangkak di antara mayat dan puing, meraba-raba lantai mobil yang kini penuh serpihan logam dan darah kental.Tangannya bersimbah darah, entah milik siapa. Dia hampir tergelincir karena organ tubuh yang hancur di bawah lututnya.
"Aku gak mau mati di sini... Aku gak mau mati!" Ia mengerang dalam hati, bibirnya terus komat-kamit seperti memohon pada siapa pun yang mendengar.
Akhirnya, dia meraih tangan pria itu.Ditarik kuat-kuat, Lili berhasil keluar dari sisi mobil yang sudah terbelah. Angin malam yang dingin menyapu wajahnya yang penuh darah dan debu. Tapi dia belum sempat berdiri, ketika suara GROWLLL kembali terdengar dari atas mobil.
Anjing mutan itu masih di sana. Matanya menatap langsung ke arahnya. Nafasnya berat dan panas, uap menguar dari moncongnya.
“Lari…” ucap pria yang menariknya, suaranya nyaris tak terdengar. “Lari sekarang!”
ahhhhhhh hhhh...
Lili berlari tapi dia tidak melepaskan tangan pria itu.Dia berlari dengan cepat tanpa tau jika ini hanya tangan saja.Semetara di belakang nya,anjing mutan sedang mengunyah kepala pria yang tangannya di tarik Lili.
thor Doble up ya /Grin/