Dihina dan direndahkan oleh keluarga kekasihnya sendiri, Candra Wijaya benar-benar putus asa. Kekasihnya itu bahkan berselingkuh di depan matanya dan hanya memanfaatkannya saja selama ini.
Siapa sangka, orang yang direndahkan sedemikian rupa itu ternyata adalah pewaris tunggal dari salah satu orang terkaya di negara Indonesia. Sempat diasingkan ke tempat terpencil, Candra akhirnya kembali ke tempat di mana seharusnya ia berada.
Fakta mengejutkan pun akhirnya terkuak, masa lalu kedua orang tuanya dan mengapa dirinya harus diasingkan membuat Candra Wijaya terpukul. Kembalinya sang pewaris ternyata bukan akhir dari segalanya. Ia harus mencari keberadaan ibu kandungnya dan melindungi wanita yang ia cintai dari manusia serakah yang ingin menguasai warisan yang ditinggalkan oleh orang tuanya.
Harta, Tahta dan Wanita "Kembalinya sang Pewaris. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Erlin seketika memundurkan langkahnya, memandang wajah Candra dengan tatapan tidak percaya, terkejut dengan pernyataan cinta pria itu yang terkesan sangat tiba-tiba. Pertemuan mereka terbilang cukup singkat. Meskipun begitu, setiap detik yang Candra habiskan dengan Erlin benar-benar bermakna baginya. Meski Erlin merasakan hal yang sama, tapi dirinya masih terikat pekerjaan dengan Rosalinda, apalagi harus menjadi mata-matanya. Rosalinda bahkan menegaskan bahwa Erlin tidak boleh memakai perasaanya ketika wanita itu sedang bersama Candra.
"Ma-maksud kamu apa, Candra? Kamu pasti bercanda, 'kan? Mana mungkin kamu suka sama aku?" tanya Erlin terbata-bata dan gugup tentu saja.
Candra kembali meraih telapak tangan Erlin dan menggenggamnya. "Saya nggak bercanda, Erlin. Saya benar-benar suka sama kamu. Awalnya saya juga bingung sama perasaan saya, tapi akhirnya saya yakin bahwa perasaan saya tulus. Kamu ini wanita spesial," jawabnya dengan wajah serius.
"Ta-tapi ini terlalu cepat, Candra. Kamu baru putus beberapa hari yang lalu, segampang itu kamu move on dari Viona dan semudah itu kamu menyukai wanita lain yang baru kamu kenal beberapa hari?" ujar Erlin dengan wajah datar.
"Saya juga bingung, Er. Saya gak tau kenapa saya bisa semudah itu move on dari Viona dan segampang itu menyukai kamu," jawab Candra seraya menarik napas dalam-dalam. "Saya gak bisa mengendalikan perasaan saya dan saya gak bisa menahan perasaan saya lagi. Maukah kamu menerima cinta saya, Er?"
Erlin melepaskan genggaman tangan Candra, mengusap wajahnya kasar dengan mata terpejam. Bingung dan tidak tahu harus menjawab apa. Ia sama sekali tidak menyangka Candra akan menyatakan cinta dan sempat berpikir bahwa pria itu masih menyimpan rasa kepada mantan kekasihnya. Bukan hanya itu saja yang membuat perasaan Erlin terombang-ambing, dirinya pun takut dengan reaksi Rosalinda jika majikannya itu tahu bahwa dirinya menjalin hubungan dengan Candra.
"Kenapa kamu diem aja, Er?" tanya Candra dengan lembut. "Kalau kamu masih bingung dengan perasaan kamu, saya akan kasih kamu waktu untuk berpikir. Tak perlu dijawab sekarang. Saya tau, pernyataan cinta saya terlalu tiba-tiba dan membuat kamu terkejut. Saya akan kasih kamu waktu sebanyak yang kamu butuhkan. Jadi, jangan terlalu terburu-buru menjawab, oke?"
"Maaf, aku masih bingung, Cand. Kasih waktu aku buat berpikir," jawab Erlin, pikirannya masih tidak karuan, memikirkan banyak hal.
"Saya 'kan sudah bilang tadi, saya akan memberi kamu waktu sebanyak yang kamu butuhkan, Erlin," jawab Candra dengan senyum tulus, memandang lekat wajah wanita bernama Erlin.
Erlin melakukan hal yang sama. Menatap bola mata berwarna hitam pekat milik Candra seolah ingin menyelami ketulusan yang terpancar dari sorot matanya. Ya, Erlin memang mampu merasakan ketulusan itu. Tatapan mata Candra begitu teduh, lengkap dengan senyuman yang mengembang di kedua sisi bibirnya yang membuat perasaanya nyaman dan tenang, pun membuat hatinya bergetar.
"Aku bingung, Candra. Sebenarnya, aku pun merasakan perasaan yang seperti kamu, tapi gimana sama Nyonya Rosalinda? Rasanya aku gak tega mengkhianati dia," batin Erlin, seraya memalingkan wajah ke arah samping.
Suara ponsel berdering seketika membuyarkan lamunan seorang Erlin. Wanita itu melepaskan genggaman tangan Candra lalu merogoh tas bermerek Hermes yang melingkar di bahunya dan meraih ponsel canggih di dalam sana. Menatap layarnya sejenak seraya menarik napas dalam-dalam.
"Aku angkat telpon dulu, ya," ucapnya seraya menggenggam ponsel, di mana suara deringnya masih terdengar nyaring, lalu melangkah keluar dari dalam ruangan.
Erlin segera menutup pintu ruangan sebelum akhirnya mengangkat sambungan telepon seraya berjalan menjauhi pintu ruangan Direktur.
"Halo, Nyonya," sapanya, meletakan ponsel di telinga.
"Kamu di mana, Erlin?" tanya Rosalinda, suaranya terdengar samar-samar di dalam sambungan telepon.
"Saya di pabrik, Nyonya."
Erlin menghentikan langkah tepat di depan jendela kaca, menatap keluar di mana pemandangan mengarah ke area parkir, mobil-mobil nampak berjejer rapi di bawah sana karena bangunan tempat di mana ia berdiri berada di lantai dua.
"Kamu lagi sama Candra?"
"Tidak, Nyonya. Candra ada di ruangannya."
"Baiklah, dengerin saya, Erlin. Besok kita akan pulang ke kota, kamu ajak Candra sekalian. Bilang aja sama dia kalau saya akan membawa dia ke kantor pusat."
"Baik, akan saya sampaikan sama Candra, Nyonya."
"Apa ada gerak-gerik Candra yang mencurigakan?"
Erlin terdiam sejenak, kembali mengingat berita penting yang baru saja ia terima dari Candra. Prihal ayah Bram yang merupakan teman dekat Askara Wijaya, haruskah ia melaporkan hal tersebut kepada Rosalinda? Erlin kembali dilanda keraguan.
"Erlin, kenapa kamu diam saja?" tanya Rosalinda, seketika membuyarkan lamunan panjang seorang Erlin.
"Hah? Eu ... maaf, Nyonya. Gak ada gerak-gerik Candra yang mencurigakan menurut saya. Saat ini, dia lagi mempelajari pekerjaan apa saja yang harus dia lakukan sebagai Direktur," jawab Erlin, gugup dan takut, bagaimana jika Rosalinda mengetahui kebohongannya?
"Maafin saya, Nyonya. Saya gak konsisten, saya udah janji akan setia kepada Anda, tapi saya malah berbohong sama Anda," batinnya seraya mengusap wajahnya kasar.
"Hmm ... baiklah, terus awasi dia. Jangan sampai luput dari pandangan kamu dan segera kabari saya kalau ada gerak-gerik dia yang mencurigakan."
"Baik, Nyonya."
Sambungan telepon pun terputus. Erlin menurunkan telapak tangannya, menggenggam ponsel miliknya erat-erat lalu berbalik kemudian menyandarkan punggung berikut kepala di jendela kaca dengan perasaan dilema. Matanya terpejam, hatinya gelisah tidak karuan, terombang-ambing dan merasa terjebak di tengah situasi yang membuatnya tertekan. Antara cinta dan kesetiaan, jalan manakah yang akan ia ambil?
"Aku harus bagaimana, Tuhan? Sejujurnya, aku suka sama Candra, tapi gimana sama Nyonya Rosalinda?" batinnya lagi dengan mata terpejam.
Erlin kembali membuka kedua mata, moodnya semakin berantakan saat melihat Viona berjalan dari kejauhan. Wanita itu nampak tersenyum lebar seraya menggenggam sesuatu di telapak tangannya. Senyuman yang mengembang di kedua sisi bibir Viona seketika sirna saat melihat sosok Erlin, wanita itu memperlambat langkah seraya menatap sinis wajahnya dengan.
"Sial, lagi ngapain tuh cewek di sini?" batin Viona, merasa kesal, lalu berhenti tepat di depan Erlin, kembali menyunggingkan senyuman.
"Selamat siang, Mbak Erlin. Sedang apa Anda di sini?" tanya Viona.
Erlin mendengus kesal. "Bukan urusan kamu, permisi," jawabnya dingin lalu hendak melangkah.
"Apa kamu ke sini buat menemui Candra?"
Erlin sontak menahan langkahnya lalu kembali memutar badan, menatap wajah Viona dengan tajam. "Candra? Apa pantas seorang bawahan memanggil atasannya seperti itu? Seharusnya kamu manggil dia Pak Candra! Di mana sopan santun kamu, Viona?"
Viona tersenyum sinis. "Suka-suka aku mau manggil dia apa, toh kami akan segera balikan lagi seperti dulu."
"Yakin Candra mau balikan sama kamu?"
Viona mengepalkan kedua tangan, menatap wajah Erlin dengan tajam penuh rasa dendam.
"Asal kamu tau aja, ya. Dia baru aja nembak aku, Viona. Jadi, buang jauh-jauh harapan kamu buat bisa balikan sama dia. Dasar cewek gak tau diri!"
Bersambung ....
lh
sekarang ohhh ada yang sengaja niat
jahat menculik Candra jadi tukang sapu jadi viral bertemu orang tua nya yang
tajir melintir setelah hilang 29 th lalu
👍👍
jangan mendekati viona itu wanita
ga benar tapi kejam uang melayang
empat jt ga taunya menipumu Chan..😭