Pernikahan sudah di depan mata. Gaun, cincin, dan undangan sudah dipersiapkan. Namun, Carla Aurora malah membatalkan pernikahan secara sepihak. Tanpa alasan yang jelas, dia meninggalkan tunangannya—Esson Barnard.
Setelah lima tahun kehilangan jejak Carla, Esson pun menikah dengan wanita lain. Akan tetapi, tak lama setelah itu dia kembali bertemu Carla dan dihadapkan dengan fakta yang mencengangkan. Fakta yang berhubungan dengan adik kesayangannya—Alvero Barnard.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maukah Bekerja Sama Denganku?
Siang dan malam silih berganti, detik berdetak mengukir hari yang serasa cepat. Dua minggu sudah waktu bergulir begitu saja sejak Carla mengenal Gilang.
Tiga hari pertama, mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Carla dengan pekerjaannya, sedangkan Gilang dengan influencer yang telah menyewanya. Barulah di hari keempat mereka kembali bertemu.
Awalnya Carla sedikit berat hati, membantu sekadar untuk kemanusiaan saja, mengingat Gilang hanya sendirian dan belum banyak paham tentang Jepang.
Namun, ternyata lelaki itu cukup asyik diajak berbincang. Setiap obrolan yang tercipta mengalir begitu saja, ringan dan tidak sedikit pun menyinggung tentang perasaan. Tampaknya Gilang sangat mengerti bahwa Carla menghindari satu hal itu, yakni kebersamaan yang mengarah pada hubungan lebih.
Itu pula yang menjadi alasan Carla selama ini, mengapa tak banyak berteman dengan laki-laki. Karena kebanyakan dari mereka mendekat bukan untuk berteman, melainkan mengharapkan hubungan yang lebih dari itu.
Untungnya Gilang tidak seperti lelaki kebanyakan. Dia hanya fokus dengan tujuan awal, dia juga tahu bagaimana cara menghargai dan menghormati Carla sebagai wanita yang lebih dewasa darinya. Gilang juga sangat tahu bagaimana cara berterima kasih. Itulah mengapa Carla masih oke-oke saja membantu Gilang sampai beberapa hari ini.
Sama seperti malam sebelumnya, malam ini pun Gilang mengajak Carla untuk singgah di restoran sebelum melangkah pulang. Sedikit bentuk rasa terima kasih karena sudah dibantu tanpa imbalan. Namun, Carla sendiri cukup tahu diri. Sudah berkali-kali ditraktir Gilang, malam ini Carla yang berniat mentraktirnya.
"Nggak usah, Mbak, aku aja. Aku udah makasih banget loh dari minggu lalu dibantuin. Mana nggak kukasih apa-apa lagi, masa makan aja malah aku yang minta dibayarin, Mbak," tolak Gilang. Dia bersikeras membayari makanan mereka, tak mengizinkan Carla untuk mengeluarkan uang sedikit pun.
"Aku hanya mengantarmu saja. Tidak banyak membantu karena yang bekerja kan kamu sendiri," sahut Carla.
"Tapi, tetap saja, Mbak Carla udah meluangkan waktu untuk mengantarku ke tempat-tempat itu. Tanpa Mbak Carla, aku nggak akan mendapatkan hasil karya sekeren ini." Gilang menjawab dengan girang. Tampak jelas kepuasan di wajah tampannya.
Menanggapi jawaban itu, Carla hanya tersenyum tipis. Lantas, mulai menyantap yakitori yang baru saja dihidangkan di meja mereka.
Gilang pun turut melakukan hal yang sama. Namun, sesekali dia masih membanggakan hasil jepretan beberapa hari ini, yang menurutnya luar biasa keren.
"Oh ya, Mbak, influencer yang kemarin, semalam hubungin aku lagi, Mbak. Katanya, teman dia ada yang tertarik pakai jasaku. Tapi, sampai sekarang temannya belum ada hubungin aku. Nggak tahu karena masih sibuk, atau memang dianya nggak jadi tertarik," ucap Gilang di tengah ekspresi bahagianya terkait pemotretan di kota tersebut.
"Semoga saja karena masih sibuk, jadi belum sempat hubungi kamu."
Gilang mangut-mangut. Lantas menatap Carla dan berkata, "Kalau nanti dia jadi pakai jasaku, aku harus secepatnya pulang, Mbak. Karena katanya pakai latar lokal."
"Oh gitu."
"Iya. Mmm, kalau Mbak Carla sendiri, udah ada rencana kapan pulang belum?" tanya Gilang dengan tenang. Tak tampak antusiasnya dalam ekspresi yang ia tunjukkan.
"Belum." Carla menggeleng. "Aku sudah tidak punya keluarga di Indonesia. Rumah pun sudah kujual. Jadi, sama saja dengan di sini. Tidak ada yang istimewa. Makanya belum tahu kapan lagi akan kembali ke sana," lanjutnya tanpa curiga.
Menanggapi itu, Gilang mengangguk kecil. Lantas kembali meneguk minuman miliknya. Setelah itu, ia menatap Carla sambil menyunggingkan senyum tipis.
"Apalagi Mbak Carla punya kenangan yang pasti nggak mengenakkan di sana. Jadi tambah malas mau balik ya, Mbak?"
Carla tidak menjawab dan sekadar mengulas senyum samar, yang kemudian oleh Gilang diartikan sebagai bentuk persetujuan atas ucapannya barusan.
"Aku dulu pernah dikhianati teman, itu aja rasanya udah kesal dan kecewa banget. Apalagi Mbak Carla yang dikhianati teman dan tunangan, pasti rasanya jauh lebih kecewa," ucap Gilang lagi.
Sampai di sini, Carla terdiam sesaat. Bahkan, makanan di mulutnya pun berhenti dikunyah. Tampaknya Gilang telah salah paham dengan masalah asmaranya.
Namun, Carla juga tidak ada niat untuk meluruskan. Mau bagaimana memangnya, tak mungkin dia menjelaskan bahwa sebenarnya justru keterlibatan Vero yang membuatnya berpisah dengan Esson. Alhasil, Carla hanya bisa mengulas senyum ketika Gilang memberikan asumsi panjang terkait masalah itu.
"Mbak, mau nggak kerja sama denganku?" tanya Gilang dengan tiba-tiba.
Carla mengernyitkan kening. "Kerja sama?"
"Iya."
"Kerja sama dalam hal apa?" Carla bertanya dengan rasa penasaran yang tinggi. Barusan mereka memperbincangkan hal di luar pekerjaan, jadi pasti kerja sama yang dimaksud juga di luar pekerjaan. Namun, apa gerangan?
Sementara itu, Gilang menatap Carla sambil menyunggingkan seringai licik. Sekaranglah saatnya dia menggunakan Carla untuk membalas dendam.
"Menjatuhkan Esson Barnard," ucap Gilang dengan tegas.
Ludah Carla langsung tersangkut di tenggorokan, mendadak tak bisa ditelan. Seorang lelaki yang akhir-akhir ini sudah dianggap teman, seseorang yang mendapat banyak nilai plus karena berbeda dengan lelaki kebanyakan, ternyata ... punya niat buruk terhadap Esson Barnard.
Bersambung...