NovelToon NovelToon
Benih Pria Beristri (Terpaksa Menjadi Yang Kedua)

Benih Pria Beristri (Terpaksa Menjadi Yang Kedua)

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pernikahan rahasia
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Velza

Ketika sedang dihadapkan pada situasi yang sangat sulit, Farida Agustin harus rela terikat pernikahan kontrak dengan seorang pria beristri bernama Rama Arsalan.

Bagaimanakah kehidupan keduanya kelak? Akankah menumbuhkan buih-buih cinta di antara keduanya atau justru berakhir sesuai kontrak yang ada?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7. Coba lagi

Tak terasa sebulan sudah pernikahan Farida dengan Rama, meskipun hanya sebatas pernikahan kontrak, tetapi seiring berjalannya waktu telah mengubah hidup keduanya. Mereka yang tadinya hanyalah dua orang asing yang saling membutuhkan, kini seolah bagaikan pasangan suami istri yang sesungguhnya. Terlebih lagi saat Rama yang lebih sering menginap di apartemen ketimbang di rumahnya sendiri, dikarenakan Nadia yang kembali mengejar karir dan melupakan niatnya untuk program hamil. Kekecewaan Rama pun kian bertambah dan menganggap tak ada yang bisa dipertahankan serta diharapkan dari istrinya.

Pagi ini, Farida berniat pergi ke apotek untuk membeli tespek sebab jadwal haidnya sudah telat seminggu. Dengan mengenakan jaket dan juga masker, dia pun berjalan menuju apotek yang tak jauh dari apartemen.

Di depan apotek, Farida nampak celingukan takut ada orang yang tahu dia membeli tespek.

"Mbak, mau beli tespek ada?" tanya Farida dengan berbisik di depan apoteker.

"Ada, mau yang seperti apa?" Apoteker mengambil beberapa jenis tespek dan meletakkannya di atas etalase, tepat di hadapan Farida.

"Apa aja, deh, Mbak. Yang penting hasilnya akurat." Farida tak memilih tespek mana yang dia inginkan karena saking banyaknya jenis.

"Baiklah, mau beli berapa?"

"Em, dua aja."

Apoteker pun langsung mengambilkan dua tespek untuk Farida, kemudian memasukkannya ke kantong plastik.

Setelah membayar dan menerima tespeknya, Farida lantas bergegas pulang sebelum ada orang yang tahu.

Sesampainya di apartemen, Farida segera menuju kamar mandi untuk mengecek secara langsung agar dia tak penasaran.

"Semoga aja positif, biar kontraknya cepat kelar," harap Farida setelah menyelupkan tespek di wadah yang berisi air seninya.

Usai menunggu beberapa saat, Farida memberanikan diri melihat hasil tesnya. Dengan dada yang berdebar, dia melihat hasil tes tersebut.

"Yah, kok, masih negatif, padahal udah telat seminggu," keluh Farida.

"Kamu ngapain di kamar mandi?"

Farida terlonjak kaget hingga menjatuhkan tespek yang dipegangnya, saat suara Rama masuk gendang telinganya.

"A-anu, s-saya nggak ngapa-ngapain, kok, Tuan," jawab Farida dengan terbata dan keringat yang membasahi pelipisnya.

Rama mengangkat sebelah alisnya sambil menatap Farida, tetapi pandangannya seketika beralih menatap benda yang berada di dekat kaki Farida.

Farida yang mengikuti arah pandangan Rama langsung tersadar dan segera memungut tespek yang terjatuh tadi lalu menyembunyikannya di balik badan.

"Itu apa?"

"B-Bukan apa-apa, Tuan."

"Benarkah? Apa yang kamu sembunyikan dari saya?" cecar Rama seraya berjalan mendekati Farida yang terpojok di dinding dekat wastafel.

"Berikan benda yang kamu pegang itu!" Tatapan Rama yang mengintimidasi membuat Farida bergetar, dia pun akhirnya memberikan tespek yang disembunyikannya kepada Rama.

Rama menerima tespek itu kemudian melihatnya dengan seksama. "Apa maksudnya ini?"

"I-Itu alat tes kehamilan, Tuan. Tadi saya iseng tes karena sudah telat seminggu, ternyata hasilnya negatif," jelas Farida.

"Jadi, kamu belum hamil?"

"I-Iya, Tuan." Farida menjawab tanpa berani menatap Rama.

Rama menyentuh dagu Farida dan membuatnya saling bertatapan.

"Tidak masalah, kita masih bisa coba lagi."

"Hah? Coba lagi? Maksudnya, kita ...." Farida memeragakan gerakan yang mengisyaratkan hubungan antara suami istri dengan kedua tangannya.

"Yap, pintar sekali." Rama menyentil pelan hidung Farida, kemudian meninggalkannya di kamar mandi.

Sementara Farida masih terbengong di kamar mandi sambil memegangi dadanya yang berdebar kencang.

"Matilah aku."

......................

Di bawah temaram lampu taman yang berada di belakang rumah. Rama menatap layar ponselnya tanpa ekspresi sama sekali. Ya, saat ini dia tengah melakukan panggilan video dengan Nadia.

"Mas, kamu kenapa jadi aneh banget gini, sih? Nggak biasanya kamu begini," protes Nadia.

"Menurutmu?"

Nadia tampak menghela napas panjang mendengar jawaban sang suami.

"Aku 'kan udah minta maaf, Mas. Aku janji, setelah kontrakku ini selesai kita program hamil dan aku akan berhenti kerja biar secepatnya kita punya anak."

"Berhenti membual jika ucapanmu tidak bisa dipercaya, Nadia. Bukan hanya sekali dua kali kamu bicara seperti ini. Jangan membuatku semakin muak dengan omong kosongmu."

"Mas, kamu ngomongnya, kok, gitu. Kali ini aku beneran bakal tepatin janji. Aku akan lakukan apa pun yang kamu mau."

"Cukup, Nadia! Selama ini aku diam karena masih memaklumi kamu, tapi tidak sekarang. Aku bebaskan kamu, lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Toh, dari dulu kamu juga tidak pernah menganggapku ini seorang kepala keluarga. Kita hanya tinggal bersama, bukan hidup bersama."

Usai mengatakan itu, Rama langsung mematikan panggilan videonya. Dia sudah sangat muak dengan kelakuan Nadia yang semaunya. Memang salahnya sendiri karena dulu tak pernah bisa tegas dan selalu mengabulkan apa pun yang diinginkan istrinya itu.

"Kamu sangat berbeda dengan Farida, Nad. Bahkan, dia yang hanya berstatus istri kontrak pun tahu cara memperlakukan seorang suami dan melayani dengan setulus hati," gumam Rama yang tanpa sadar mulai membandingkan sifat kedua istrinya.

Hidupnya terasa sunyi, sepi, dan tak berwarna saat bersama dengan Nadia. Sementara saat bersama dengan Farida, dia seperti menemukan hidupnya yang jauh lebih berwarna dan merasakan nyaman ketika berbicara dengan istri keduanya.

"Seandainya pernikahan kita bukan karena kontrak dan aku belum menikah sebelumnya, mungkin hidupku akan lebih bahagia lagi, Farida. Karena hanya denganmu, aku bisa menemukan hidupku," ujar Rama.

Angin malam yang terasa kian menusuk tulang, membuat Rama segera masuk rumah dan menuju kamarnya untuk beristirahat.

Namun, baru saja merebahkan tubuh, ponselnya kembali berdering. Kali ini maminya yang menghubungi.

"Halo, Mi. Ada apa malam-malam telepon?"

"Mau sampai kapan kamu hidup seperti ini, Ram? Istrimu sama sekali tak menghargaimu sebagai kepala keluarga. Dia selalu bertindak semaunya tanpa memikirkan perasaanmu."

"Udahlah, Mi. Mami nggak perlu memikirkan apa pun. Rama bisa mengatasinya dan tahu apa yang harus Rama lakukan."

"Kamu anak mami satu-satunya, Ram. Dan mami nggak rela kamu hidup seperti sekarang. Andai waktu bisa diulang lagi, mami tidak akan merestui pernikahanmu dengan Nadia jika akhirnya begini."

"Mi, udah, Rama paham apa yang Mami rasakan. Rama tahu apa yang harus Rama lakukan sekarang. Yang pasti hubungan ini memang sudah tidak bisa diselamatkan lagi karena sifat Nadia yang nggak akan bisa berubah."

Mami Rama terdiam sesaat sebelum akhirnya kembali berucap, "Ya sudah, mami hanya ingin kamu bahagia. Mami akan dukung apa pun keputusanmu, asal itu demi kebaikanmu."

"Iya, Mi. Makasih udah support Rama sampai detik ini."

Usai panggilan terputus, Rama langsung menonaktifkan ponselnya dan bergegas tidur.

1
Blu Lovfres
lepaskan, farida dgn .kasih bayaran yg lebih mahal.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!