NovelToon NovelToon
SERIAL SILAT PENDEKAR

SERIAL SILAT PENDEKAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Ilmu Kanuragan
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ikko Suwais

PENDEKAR Mabuk memiliki nama asli Suto Wijaya Kusuma dan dia adalah seorang pendekar pembela kebenaran dan menumpas kejahatan. Perjalanan nya dalam petualangannya itu banyak menghadapi tantangan dan rintangan yang sering kali membuat nyawa nya terancam. Namun pendekar gagah dan tampan itu selalu punya solusi dalam menghadapi permasalahan tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikko Suwais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PART 33

LEDAKAN Dahsyat terjadi saat bambu tuak sakti beradu dengan ujung kepala tongkat si Jahanam Tua. Jahanam Tua terlempar mundur, demiklan pula Suto Sinting. Namun dengan sentakan kaki pelan, tubuh Suto segera terlempar ke depan sambil bumbung tuaknya disodokkan. Bumbung tuak itu meluncur bagaikan terbang dan membawa tubuh Suto Sinting melayang lurus. Jahanam Tua sedang kebingungan menjaga keseimbangan akibat teriempar oleh gelombang ledakan tadi. Namun begitu ia baru saja berhasil menjaga keseimbangan tubuhnya, tiba-tiba bumbung tuak Suto datang menyodok dadanya dengan telak.

Blaamm...!

Jurus 'Mabuk Lebur Gunung' yang digunakan Suto telah membuat si Jahanam Tua tak bisa terpekik sedikit pun. Dari dada sampai wajah menjadi biru legam. Darah hitam keluar dari mulutnya yang ternganga kaku itu. Mata sangarnya mendelik tak bisa berkedip. Rambutnya mulai rontok tertiup angin menjelang petang.

Kejap berikut, si Jahanam Tua tumbang ke belakang, berdebam tanpa gerakan lagi. Warna biru legam semakin menghitam. Akhirnya si Jahanam Tua diam tak bergerak tanpa napas dalam keadaan sekujur tubuhnya menjadi biru legam. Rambutnya rontok habis dan tubuh nya tetap kaku bagaikan patung.

Pendekar Mabuk segera memberinya minum. Tuak sakti tersebut. Dengan menenggak tuak itu, Rasa sakit yang di derita Pandawi mulai reda. Kekuatan nya pulih kembali, dan makin lama tubuh Pandawi semakin segar, Seakan tak pernah terluka sedikit pun. Darah yang membekas di sekitar bibir nya pun lenyap bagai di serap angin.

"Kau telah membunuhnya!"

"Terpaksa," Ujar Suto Sinting.

"Ia benar-benar ingin membunuhku. Dan aku sedang malas dibunuh. Maka aku harus hentikan niat nya dengan cara seperti itu,"

Pandaei memandangi mayat Jahanam Tua, Demikian pula Suto Sinting. Tapi suara Pendekar Mabuk segera terdengar mebisik di telinga Pandawi.

"Sayang dia tak sempat sebutkan siapa titisan Eyang Tapak Lintang. Kematian nya masih membuat ku penasaran, Karena aku di tugaskan melindungi sang titisan itu."

Pandawi melangkah sedikit jauhi Suto Sinting, matanya memandang langit berwarna merah tembaga. Dari tempatnya berdiri, Suto mendengar suara Pandawi bagai bicara pada diri sendiri.

"Sebaiknya segeralah mencari Karina!"

"Siapa?! Karina...?! Mengapa kau menyuruhku mencari Karina?!" sambil Suto Sinting maju dekati Pandawi.

"Dialah titisan Eyang Tapak Lintang, pewaris Pedang Jagal Keramat?!"

"Hahh..?!" Pendekar Mabuk sengaja bergeser hingga berhadapan muka dengan Pandawi. Wajah gadis itu dipandangnya tajam-tajam. Wajah cantik berkesan penuh keberanian Itu menatap Suto juga dengan bola matanya yang berwarna biru di bagian tengahnya.

"Karina adalah orang yang harus kau lindungi sampai Pedang Jagal Keramat menjadi miliknya."

"Dari mana kau tahu?!"

"Nyai Dupa Mayat, guru si Dewi Ranjang, adalah orang yang mencuri Pedang Jagal Keramat Itu. Selama empat puluh hari pedang itu tak bisa diangkat olehnya, maupun oleh Dewi Ranjang. Selama empat puluh hari itu pula, Nyai Dupa Mayat

selalu bermimpi didatangi Eyang Tapak Lintang yang nenyuruhnya menyerahkan pedang itu kepada Karina, sebab Eyang Tapak Lintang menitis dalam hidup Karina. Pandawi bicara dengan serius. Suto Sinting melihat jelas kesungquhan sikap si gadis itu dari pancaran bola matanya.

"Kau... kau mengetahui semua itu? Dari mana kau mengetahuinya?"

Pandawi menyingkir dari depan Suto Sinting, pandangan matanya diarahkan ke tempat lain. Tapi suaranya segera terdengar dengan jelas.

"Aku bermaksud bergabung dengan Nyai Dupa Mayat untuk berguru padanya. Aku ingin kalahkan dirimu, sebagai balas dendamku terhadap Istana Kematian yang kau hancurkan itu. Tapi... bayangan wajahmu tak blsa hilang dari ingatanku. Hati kecilku menentang rencana-rencana busukku itu," Pandawi diam sesaat. Kini ia berpaling, sengaja menatap Pendekar Mabuk dalam jarak empat langkah.

"Akhirnya kuputuskan untuk menghapus seluruh dendamku, karena kusadari bahwa hati kecilku mulai bosan menjadi orang sesat. Aku merindukan kedamaian dan ketenteraman yang manusiawi. Hal itu bisa kuperoleh jika aku masuk ke aliran putih,"

"Penilaianmu memang benar, Pandawi."

"Tapi aku sudah telanjur mengatakan kepada Nyai Dupa Mayat bahwa orang yang membunuh Dewi Ranjang dan merampas Pedang Jagal Keramat adalah Pendekar Mabuk." Ucapan itu bernada penuh sesal. Gadis itu sedikit tundukkan kepala, tapi segera tegak memandang langit yang makin kelam itu dengan tarikan napas dalam-dalam.

"Pandawi, lupakan tentang apa yang sudah telanjur kau perbuat. Walaupun sebenarnya bibirmu itu telah menyebarkan maut bagiku. Aku tak menaruh dendam dan kemarahan padamu, sekalipun kau sudah jelaskan kepada Nyai Dupa Mayat bahwa akulah si perampas pedang pusaka itu. Lupakaniah, Pandawi!"

"Tak bisa, Suto! Aku merasa dibayang-bayangi dosaku sendirl. Karena sekarang kau menjadi buronan Nyai Dupa Mayat."

"Jlka memang terpaksa keadaan sudah begitu, aku akan menghadapi Nyai Dupa Mayat!"

"Berbahaya, Suto!" ujar Pandawi sambil menatap Pendekar Mabuk. Kini gadis Itu sendiri yang mendekat.

"Nyai Dupa Mayat tulah orang yang memiliki ilmu 'Gerhana Senyawa'!"

"Ooh...?!" Pendekar Mabuk terkejut dan terbungkam seketika.

"Kau bisa melawan orangnya, tapi tak bisa melawan bayangannya!" Setelah diam beberapa saat, Suto pun berkata,

"Akan kucoba melawan bayangannya."

"Kau bisa mati, Suto!"

"Jika memang itu sudah menjadi kodratku, aku tak akan menyesal!"

"Tapi aku menyesal sekali jika kau sampai mati di tangannya."

"Mengapa harus merasa begitu?!"

"Karena untuk apa aku ingin pindah ke aliran putih jika kau tiada!" Suto berkerut dahi.

"Apa maksudmu?"

"Aku ingin tetap bersamamu," ucap Pandawi dengan lirih sekali. Suto Sinting hanya tertegun bagai patung bernyawa. Pandawi maju lebih dekat lagi. Bola matanya yang biru pandangi Suto tak berkedip.

"Aku ingin bersamamu, walau harus berada dalam satu liang kubur, Suto!"

"Pandawl..?!" Gadis itu meredupkan mata, lalu bibirnya menyentuh bibir Suto Sinting dengan lembut sekali.

Ceess...! Hati Suto Sinting bagai disiram air surgawi. Teduh dan damai demikian pula yang dirasakan Pandawi.

"Ternyata dia punya kelembutan yang menggetarkan jwaku. Ooh... sayang sekali aku harus berhadapan dengan Nyai Dupa Mayat. Apakah Pandawi tahu rahasia kelemahan bayangan hitam yang mematikan itu?" Ujar Suto Sinting dalam hatinya, Sambil membiarkan bibirnya dilumat dengan lembut sekali oleh Pandawi. Kelembutan itu melebihi kelembutan putri keraton yang mampu melayangkan jiwa Suto Sinting bagai di langit-langit tertinggi.

1
saniscara patriawuha.
gasssd polllll manggg sinnnn....
saniscara patriawuha.
gasssss pollll manggg minnnn...
saniscara patriawuha.
mantapppp manggg
saniscara patriawuha.
Buruk
saniscara patriawuha.
gassssss..
saniscara patriawuha.
nahhh lohhhh....
saniscara patriawuha.
itu kaya mbokkk suzanaaa...
saniscara patriawuha.
haduhhhh nama pendekarnya koq nggqk adoo serem seremnya....
saniscara patriawuha.
gassssss...
saniscara patriawuha.
kesan pertama menggoda....
arumazam
lucu
arumazam
seru jg
arumazam
mantapppp
arumazam: siap bos
Ikko_Suwais: baca terus kelanjutan kisah nya y kang
total 2 replies
Mukmini Salasiyanti
kpn nih up nya, Thor???
☺🙏💪
Mukmini Salasiyanti
Salken, Mas Thor...
mampir yaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!