Sugar Baby Om Sagara
"Awwhsss.." tubuh mungil seorang gadis terjerembab saat tak sengaja seorang pria bertubuh tinggi dan gagah itu menabraknya.
"Sorry.."
"Aisshh, lain kali jalan pake mata dong. Sakit ini.." Gerutunya sambil mengusap-usap sikunya yang terluka karena terjatuh mencium trotoar jalan.
"Aku benar-benar tidak sengaja, Nona."
"Ya, baiklah." Jawabnya sambil menepuk-nepuk rok span hitamnya.
"Kau terluka?"
"No problem, hanya luka kecil." Gadis itu tersenyum kecil.
"Baiklah, aku buru-buru. Sekali lagi, maaf."
"Ya." Balasnya singkat. Setelahnya, pria itu pergi meninggalkan sosok gadis yang baru saja ditabraknya secara tak sengaja. Dari arah berlawanan, ada beberapa orang berseragam hitam yang terlihat mencari seseorang.
"Apa dia buronan yaa?" Gumam Laura sambil mengernyitkan keningnya. Tapi, dia heran sendiri, kalau memang dia buronan kenapa pakaiannya terlihat sangat rapi? Lengkap dengan setelan jas, bahkan dasi terlihat menggantung tapi di lehernya.
"Aisshh, ayo kita pergi Laura. Jangan sia-siakan waktumu!" Gadis itu beranjak pergi dengan langkah cepat menuju sebuah butik yang tak jauh dari posisinya berdiri. Laura memang bekerja di salah satu butik ternama di kota ini.
Laura Alynt Prameswari, gadis cantik berusia 23 tahun yang memiliki kepribadian yang ramah dan baik hati. Laura adalah seorang gadis yang cerdas, namun meskipun begitu, dia tak bisa mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih layak dibanding menjadi seorang karyawan di butik.
Kehidupan Laura bisa dibilang jauh dari kata enak dan nyaman, sejak kepergian sang ibu beberapa tahun silam karena sebuah penyakit yang diidapnya, sang ayah pun memutuskan untuk membina keluarga baru. Awalnya, Laura enggan untuk ikut bersama keluarga baru sang ayah dan memilih untuk menetap di rumah lama mereka.
Tapi, sang ayah malah menjual satu-satunya tempat perlindungan dan tempat pulang bagi Laura, tempat yang memiliki banyak cerita dan kenangan semasa hidupnya itu. Akhirnya, mau tak mau Laura pun mengikuti sang ayah.
Namun, Laura malah diperlakukan secara tak layak oleh keluarga baru sang ayah. Dia diperlakukan layaknya pembantu, membuatnya merasa begitu menderita karena hidup disana. Pria yang dipanggil Laura ayah pun tak bisa memberikan perlindungan untuknya karena terlalu takut dengan istri barunya.
Seringkali, Laura merasa tertekan tapi mau bagaimana lagi? Bukan tidak terpikirkan olehnya untuk pergi dan keluar dari rumah yang bagai penjara itu, tapi Laura harus kemana? Sedangkan dia hanya sendirian, tak memiliki siapapun kecuali sang ayah. Sangat disayangkan sekali, Laura terpaksa untuk tetap tinggal di rumah itu.
"Hey, kenapa bengong?" Tanya seseorang sambil menepuk bahu Laura.
"Aaaaa, bikin kaget aja."
"Sorry, tapi gue perhatiin dari tadi lu bengong terus. Kenapa coba?" Lily, dia merupakan teman satu profesi Laura di butik ini.
"Gapapa, lagi banyak pikiran aja." Jawab Laura sambil tersenyum. Senyuman palsu yang selalu ditunjukkan Laura untuk membuktikan bahwa dia baik-baik saja, padahal aslinya dia sangat butuh bantuan. Bantuan untuk bisa keluar dari rumah itu dan membalaskan dendamnya terhadap ibu tiri dan kakak tirinya.
Sebagai informasi, ibu tirinya itu memiliki satu anak perempuan yang usianya lebih tua dua tahun dari Laura. Kelakuannya benar-benar menyebalkan, selain suka berfoya-foya, dia juga bertingkah seenaknya pada Laura.
"Daripada banyak pikiran, mending nanti sore otw cari gadun yuk?" Ajak Lily sambil tersenyum nakal.
"Bukannya lu dah punya daddy-daddy an?" Tanya Laura sambil merapikan etalase pakaian.
"Bukan buat gue, buat elu."
"Gak aahh, gak minat."
"Heleh, biar lu gak banyak pikiran terus. Yang ada dipikiran elu gak jauh-jauh pasti duit sama keluarga lu itu kan?"
"Ketebak banget yaa?" Tanya Laura sambil menghela nafasnya.
"Kita temenan bukan sehari dua hari, Lau." Jawab Lily sambil tersenyum.
"Udah, gak usah dipikirin. Bawa happy aja, jadi simpanan om-om juga gak buruk-buruk amat kok. Seenggaknya, kehidupan Lo terjamin."
"Kalo om-om nya kaya, kalo dia miskin gimana?" Tanya Laura yang membuat Lily tertawa.
"Otak Lo berfungsi kagak sih? Gini yaa, lu bisa nyari Daddy yang sesuai sama tipe yang lu mau, Laura. Kalo miskin, ya jangan di lanjutin kali."
"Gue jadi penasaran, Daddy gula Lo kek mana mukanya? Kayak om-om pedo yang perutnya buncit gak?" Tanya Laura yang membuat Lily tertawa.
"Nggak dong, begini-begini gue juga punya tipe idaman dan Daddy gula gue itu udah idaman banget. Ganteng, kaya, mainnya juga full power."
"Parah. Punya bini tapi?"
"Gak kok, single katanya. Kalo pun punya bini, ini kan konsepnya simpenan, Lau." Jawab Lily yang membuat Laura menghembuskan nafasnya. Dia tidak berniat untuk menjadi simpanan pria beristri, ribet kalau harus jambak-jambakan dengan istri sah.
"Gue gak siap secara mental sih kalo Daddy gulanya ternyata pria beristri."
"Ya gue udah bilang tadi, Lo bisa pilih Daddy gula yang sesuai sama tipe Lo."
"Hmm, gue pikir-pikir lagi deh."
"Elah, ayo. Gue temenin.."
"Kok Lo yang ngebet sih? Sesat banget Lo jadi temen."
"Hehe, justru karena kita temenan jadi harus ada yang nemenin."
"Dih, parah banget."
"Nanti balik kerja yuk? Kita otw cari Daddy gula. Oke?" Bujuk Lily yang membuat Laura akhirnya mengiyakan. Jujur saja, melihat kehidupan Lily yang nyaman, dia tak pernah kebingungan mencari uang karena semua kebutuhannya sudah dipenuhi oleh daddy-nya.
Setahu Laura, sugar Daddy Lily ini seorang pengusaha, tapi entahlah pengusaha apa yang jelas dia kaya karena mampu memberikan uang bulanan puluhan juta pada Lily. Selain itu, dia juga royal dan sering memberi hadiah pada Lily. Bohong saja kalau Laura tidak tergiur, tapi masalahnya dia tidak ingin salah memilih Daddy gula.
"Yaudah, gue ikut."
"Nah gitu dong, sekalian cuci mata liat barang-barang di mall."
"Elu enak punya duit, lah gue gimana kalo kepengen jajan?"
"Gue traktir, tenang aja."
"Wih, oke deh."
"Jangan banyak pikiran, apalagi mikirin hal gak penting. Ayo kerja, biar cepet gajian." Lily tersenyum kecil, begitu juga dengan Laura.
Otak Lily memang terlalu liar jika dibandingkan dengan Laura yang jauh lebih kalem dari Lily, tapi anehnya mereka bisa berteman baik, bahkan sangat baik. Lily dan Laura sama-sama bekerja dua tahunan di butik ini dan selama itu, keduanya berteman dekat dan akrab sampai saat ini.
Laura bertekad, jika misal dia mendapatkan sugar Daddy yang kaya dan berkuasa, dia ingin membalaskan dendamnya pada keluarga baru sang ayah, dia juga ingin membeli kembali rumah peninggalan sang ibu dan keluar dari rumah yang telah membuatnya menderita itu.
"Baiklah. Jika tidak bisa menggunakan cara yang baik, maka lakukan dengan cara yang kotor agar semuanya adil." Laura tersenyum, tekadnya sudah bulat hanya saja terhalang gengsi. Namun kali ini, dia sudah yakin dengan semuanya. Jalan yang akan dia tempuh mungkin berkerikil, tapi setidaknya dia akan sampai pada tujuan tepat waktu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
beybi T.Halim
awal yg baik .,mudah2an Laura ini Spec gadis yg asik lah..,jangan Spec teraniaya aja.,dan gak bs mandiri?l
2025-03-20
1
asihh..💖
ayok kak up LG seru Kya nya...
2025-03-20
2
Indrawati
bagus ceritanya Thor, lanjut
2025-03-20
1