langsung baca aja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kerasukan
Kebetulan tak jauh dari tempat rizky berdiri, terdapat sebuah sarang lebah madu yang menggantung tinggi di salah satu dahan pohon. Rizky segera melempar batu ke arah sarang lebah madu itu, yang membuat lebah lebah itu berterbangan kesana kemari.
Pandangan beruang itu langsung beralih ke arah sana, beruang itu langsung mendekati sarang yang menang kebtulan berada di dahan pohon paling bawah.
Perlahan lahan rizky mencona meninggalkan beruang itu. Dengan hati yang sangat sangat ketakutan.
Setelah merasa jauh dari beruang itu, rizky langsung berlari naik ke atas tebing. Dan kembali ke dalam pondoknya.
Nampak lengan sebelah kiri rizky, terlihat darah segar mengalir dari sana. Akibat cakaran beruang yang keluar secara mendadak dari balik semak belukar.
Rizky merintih kesakitan, sembari sesekali melihat kebarah bawah. Kalau kalau beruang itu kembali mengejarnya.
"Mas rizky ndak apa apa?!" Tanya dyah yang panik melihat suaminya terluka.
"Ndak yah. Tapi kayanya beruang itu akan datang lagi ke sini, sebaiknya kita waspada, di sekitar sini masih sangat banyak lebah madu. Dia pasti akan terus berkeliaran..." jawab rizky.
Dyah segera menuntut suaminya itu masuk ke dalam pondok. Kemudian suaminya itu ia tinggal di dalam, guna mengambil pohon yodium untuk mengobati luka suaminya.
Di sekitar sini masih tersebar luas dedaunan dan tumbuhan yang bisa di gunakan untuk mengobati luka secara alami. Ada juga beberapa tumbuhan, yang bisa di gunakan untuk perisai alami.
Dyah segera kembali ke pondok, setelah mengambil daun daun yodium.
"Sini, mas. Lukanya di kasih getah daun ini, insya Allah nanti lukanya cepat kering, dan darahnya cepat berhenti." Ucap dyah sembari menarik tangan rizky.
Rizky hanya menurut saja, membiarkan dyah melakukan apa yang harusnya ia lakukan.
Saat dyah sibuk meneteskan getah dan membalut lukanya, manik mata rizky tak lepas menatap ke arah wajah tenang dyah. Kulit kuning langsat, yang tampak bersih tanpa guratan sedikitpun.
Wajah polos yang tampak begitu khawatir, mampu membuat hati rizky meluluh.
"Terimakasih banyak yah. Sudah mau mengobati mas.." tanpa sadar tangan rizky, mengelus pucuk kepala dyah, yang membuat wanita itu menatap ke arahnya.
"Mas rizky kok bicara seperti itu? Seharusnya dyah yang berterimakasih, karena mas rizky sudah mau mendukung dyah sampai sejauh ini..." jawab dyah dengan senyum tulus.
Rizky menarik pucuk kepala dyah, memeluknya erat dengan limpahan kasih sayang. Dyah pun tampaknya sudah terbiasa dengan rizky, dan merasa nyaman dengan pelukannya.
***
Waktu berjalan cepat, tak terasa malam sudah kembali datang.
Di temani dengan api unggun, serta suara hewan hutan yang saling menyahut di kejauhan sana, dyah dan rizky duduk di depan pondok mereka.
Merencanakan wilayah dan tempat mana saja yang akan mereka jadikan lahan pertanian.
"Mas rizky buat apa?!" Tanya dyah setelah membuat teh untuk sang suami.
"Ini daun dan. Bisa buat garam alami, orang jaman dulu jarang pakai garam laut, biasanya menggunakan ini.." jawab rizky.
"Um, kalau untuk pengganti gula bagaimana? Soalnya ibu tidak membawakan kita banyak bumbu. Beras saja sepertinya hanya cukup untuk beberapa hari kedepan saja."
"Ndak apa. Nanti kalau masalah makan kamu ndak perlu khawatir, nanti sembari menanam sayuran mas akan mencoba berburu..."
Dyah tersenyum senang, dia memang ingat bahwa rizky sangat pandai dalam berburu.
"Oke, kalau begitu dyah masuk ke dalam rumah dulu. Jangan lupa nanti tutup pintunya, udara di sekitar sini sangat dingin." Ucap dyah, kemudian dyah mengusuk paha rizky, sebelum akhirnya bangkit dan meninggalkan rizky sendirian di luar.
Rizky tersenyum menatap kegelapan di depan sana. Membayangkan kehidupannya yang akan bersama dengan dyah hanya berdua di sini.
Hutan yang sangat jauh dengan keramaian. Kalau pun akan di buka, itu akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Waktu selama itu sudah cukup untuk bersama.
"Terimaksih ya Allah, karena aku sudah di beri waktu untuk bersama dengan dyah." Batinya sembari menengadahkan wajahnya ke atas.
Rizky menarik nafas dalam, kemudian kembali menunduk.
"Astagfirullah!" Serunya yang refleks membuang tempurung kelapa yang dia gunakan untuk minum.
Terlihat tepat di sebrang api unggun yang dia buat, terlihat seorang nenek nenek tua dengan rambut putih awut awutan dan wajah yang mengerikan.
"Ne-- nenek saroh!" Ucap rizky gugup. Susah payah ia menelan saliva, melihat tatapan mata nenek saroh yang sangat tajam menatap dirinya.
"Jangan keburu bahagia, masih ada yang akan kamu lakukan setelah ini." Ucapnya kemudian ia tertawa. Tawa nenek saroh begitu melengking, khas wanita tua yang terdengar sangat mengerikan.
Rizky terperangah sampai sosok nenek saroh itu akhirnya menghilang.
"Aaarrrrgghhhh!!!" Dia tersentak, kala mendengar teriakan suara dyah dari dalam pondok. Lekas rizky bangkit dan masuk ke dalam.
Terlihat dyah menggelinjang, menahan leher dan matanya yang mulai berubah.
Rizky yang panik segera memeluk sang istri. Tetapi bukannya tenang, dyah justru semakin menjadi jadi.
Dyah mendorong tubuh rizky sampai rizky tersungkur ke tanah. Mata dyah melotot putih polos, gigi giginya menggelatuk saling bergesekan. Membuat nyali rizky sedikit menciut.
"Yah, sadar yah! Ini aku!" Ucap rizky mencoba mengingatkan dyah. Tetapi dyah benar benar telah kehilangan kendali, ia berjalan mendekati rizky dengan wajah yang begitu mengerikan.
Terlihat ada sedikit perubahan pada diri dyah, otot otot di pipinya terlihat menonjol, dengan bibir yang menghitam.
"Darah! Darahnya orang yang menginjak hati! Orang yang suka merendahkan darahnya manis!" Ucap dyah, yang entah arti ucapannya apa.
"Astagfirullah halazim, dyah. Istighfar dyah." Ucap rizky sembari mendekati dyah.
"Kalau kamu berani menghalangiku, akan aku bunuh kamu!"
Rizky mencoba untuk tenang, berdoa sekuat mungkin di dalam hatinya. Tetapi itu justru membuat dyah semakin murka, dia menerkam rizky dan mencekik lehernya begitu kuat.
"Arrrrgghhhh!!! Darah! Darah yang kuharapkan sangat jauh!" Dyah meronta, sembari terus menekan leher rizky yang membuat pria itu semakin kesesakan.
Tangan rizky berusaha untuk naik ke atas, memegangi kepala dyah dan membacakan ayat kursi.
"Aaarrrgghhh!!! Bedebah kamu!" Teriak dyah. Dyah meraih kayu yang ujungnya sedikit tajam, dan mencoba menusukannya ke wajah rizky.
pasti uwak yanto pelakunya