 
                            Feylindita adalah seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai seorang agen rahasia yang bekerja di bawah pusat keamanan negara. Keahlian menembak dan bela diri yang luar biasa, membuatnya menjadi salah satu agen rahasia yang sangat di andalkan. Tak ada yang mengetahui tentang pekerjaannya, termasuk keluarga bahkan suaminya sendiri.
Ia menikah dengan Giantara Aditama seorang CEO sebuah Mall ternama melalui perjodohan. Tepatnya Feylin 'Dijual' pada keluarga Aditama oleh sang paman yang merawatnya sejak kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan.
Namun ia beruntung karena memiliki mertua dan ipar yang baik. Cobaannya hanyalah suami yang selalu bersikap dingin dan cuek padanya.
Apakah hubungan pernikahan mereka akan membaik?
Apakah keluarganya akan mengetahui pekerjaannya yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Tiba - Tiba Posesif
Sepanjang perjalanan, Fey, Mama Mila dan Papa Abraham mengobrol dengan santai. Ketiganya tampak begitu dekat seperti orang tua dan anak kandung.
"Kamu gak mau ngelatih bela diri lagi, Fey?" Tanya Mama Mila.
"Mmm, belum kepikiran sih, Ma. Lagi pula Fey juga masih sibuk sama LBH di tambah lagi sekarang Kak Gian jadiin Fey mitra penasehat hukum di Perusahaannya." Jawab Fey sambil mengeluh.
"Lagian Gian itu aneh, sudah istrinya sibuk tapi malah di tambah lagi pekerjaannya." Sahut Papa Abraham.
"Kalian berdua ini sama - sama gila kerja, ya. Dari awal nikah sampe sekarang juga kalian belum honey moon loh. Bukannya Mama ngelarang kegiatan kalian, tapi kurang - kurangin ya, kegiatan kantor kalian. Kan Mama pingin punya cucu dari kamu sama Gian." Cicit Mama Mila.
"Mmm, Iya, Ma. Doain Fey dan Kak Gian ya, Ma, Mudah - mudahan bisa cepet kasih Mama sama Papa cucu." Jawab Fey sambil tersenyum.
"Gimana mau ngasih cucu? Di kokop juga gak pernah. Andai Mama sama Papa tau kalo aku masih perawan, bisa pecah perang dunia ketiga." Gerutu Fey dalam hati.
"Iya, kalian berdua mending cari waktu luang buat honey moon. Siapa tau, pulang dari sana bisa dapet momongan." Imbuh Papa Abraham.
"Mama sama Papa tenang aja. Fey sama Kak Gian lagi usaha kok." Sahut Fey sambil tersenyum untuk menutupi kebohongannya.
Tak lama, mereka bertiga sampai di gedung tempat resepsi pernikahan di gelar. Seperti biasa, Fey selalu bisa menempatkan diri dan dengan anggun menjaga nama baik keluarga di tengah rekan - rekan Papa Mertuanya.
"Loh, cuma menantunya aja yang dibawa? Giantara gak ikut juga?" Tanya istri dari salah satu rekan Papa Abraham.
"Gian akhir - akhir ini lagi sibuk. Untung ada Istrinya ini yang selalu meluangkan waktu menemani Papa dan Mamanya. Padahal dia lagi gak enak badan loh ini, Jeng." Jawab Mama Mila dengan bangga.
"Seneng ya, Jeng. Menantunya selalu punya waktu dan mau nemenin. Gak kayak Menantu saya, mana mau dia ikut kalo Suaminya gak ikut." Sahut yang lain.
"Yah, saya bersyukur banget punya menantu kayak Fey. Rasanya bukan kayak menantu, malah kayak anak kandung." Kata Mama Mila yang tersenyum senang.
Drrrrt... Drrrttt...
Ponsel Fey bergetar saat mereka sedang asyik mengobrol.
"Fey angkat telfon dari Kak Gian dulu ya, Ma, Pa. Permisi Om, Tante." Izin Fey pada kedua Mertua serta orang - orang yang ada bersama mereka.
Fey pun sedikit menjauh dan langsug menerima panggilan vidio dari Suaminya.
"Kamu dimana, Sayang? Kok gak ada di rumah?" Tanya Gian dengan raut wajah khawatir.
"Kak Gian kok udah pulang?" Fey malah balik bertanya.
"Iya, aku sengaja pulang cepet karna khawatir sama kamu. Yang di khawatirin malah udah kelayapan. Kan aku juga udah bilang kalo nanti siang aku pulang." Jawab Gian.
Fey hanya bisa meringis karena lupa kalau Gian bilang akan pulang siang ini.
"Kamu dimana, Sayang? Ke pesta? Cantik banget gitu." Tanya Gian.
"Iya, aku lagi nemenin Mama sama Papa dateng ke pesta, Kak."
"Kamu di bawa Mama sama Papa? Kan aku udah bilang sama Mama, Papa kalo kamu lagi sakit. Kamu juga kenapa mau sih, Sayang? Kalo kamu kenapa - napa di sana gimana?" Omel Gian.
"Aku udah baikan kok. Lagian kasihan Mama sama Papa, masak cuma sesekali minta temenin ke pesta aja, aku gak mau." Sahut Fey.
"Kalian pesta dimana? Aku susul sekarang." Ujar Gian. Fey hanya bisa menghela nafas menghadapi Gian yang tiba - tiba jadi posesif.
"Nanti aku kirim lokasinya." Jawab Fey.
"Yaudah, tunggu aku, Sayang. Jangan lama - lama, nanti pulang sama aku aja." Ujar Gian.
"Iya." Jawab Fey sambil geleng - geleng keheranan.
Fey pun menutup panggilan telfon, kemudian mengirimkan lokasi tempat pesta sebelum kembali bergabung bersama Mama Mila, Papa Abraham dan rekan - rekan Mertuanya.
Tak lama kemudian, Gian pun sampai dan langsung menghampiri meja Fey ketika melihat Istrinya yang sedang asyik mengobrol dengan orang tuanya dan juga rekan - rekan orang tuanya.
"Hay, Sayang." Sapa Gian sembari membubuhkan kecupan di pipi Fey.
Tentu saja Gian mencuri kesempatan mengecup Fey, karna Fey tak akan bisa mengelak di depan Mama dan Papa apa lagi sekarang ada rekan - rekan Papanya. Fey sendiri hanya bisa melirik dengan kesal karna Gian memanfaatkan kesempatan.
"Hay, Ma, Pa." Gian kemudian menghampiri dan cipika - cipiki dengan kedua orang tuanya. Tak lupa, pria tampan itu menyapa rekan - rekan Papa Abraham yang berada satu meja dengan keluarganya.
Gian lalu mengambil duduk di sebelah Fey dan langsung memegang dahi juga pipi Istrinya untuk mengecek suhu tubuh Fey.
"Kenapa? Fey sakit?" Tanya salah satu rekan Papa Abraham.
"Iya. Dari kemarin demam, Om." Jawab Gian.
"Bener tu, Jeng Mila juga tadi bilang kalo Fey lagi gak enak badan." Imbuh yang lain.
"Menantu idaman banget ya Fey ini. Lagi sakit juga bela - belain ikut mertua ke sini. Pantes aja tangannya kerasa panas waktu salaman tadi" Sahut rekan yang lain.
"Udah baikan kok, Tant. Makanya bisa nemenin Papa dan Mama." Jawab Fey.
"Tumben nyusulin? Biasanya juga cuek aja kalo Fey nemenin Mama, Papa." Ledek Mama Mila.
"Khawatir, Ma. Kalo Fey gak lagi sakit juga, Gian pasti masih di kantor. Lagian Mama, Papa, udah di bilang lagi sakit juga masih di susulin." Omel Gian.
"Mama niatnya cuma mau ngelihat kondisi Fey aja, Ian. Sekalian karna searah sama tempat pesta." Jawab Mama Mila.
"Iya, Kak. Aku kok yang mau ikut Mama, Papa." Fey menimpali karna tak ingin Gian dan Mama Mila melanjutkan perdebatan.
"Perhatian banget sih kamu, Ian. Untung udah nikah, kalo belum, mau Tante jadiin menantu." Ujar salah satu rekan Papa yang memecah tawa mereka.
"Ajak makan dulu gih, Ian. Fey belum makan tuh. Tadi cuma ambil cake sepotong aja." Titah Mama Mila.
"Kamu belum makan, Sayang?" Tanya Gian yang di jawab gelengan oleh Fey.
Gian hanya bisa menghela nafas dengan wajah menahan kesal. Ia kemudian berpamitan dan menggandeng tangan Fey agar ikut dengannya.
"Udah lewat jam makan siang, tapi kamu belum makan. Kamu gak inget kalo lagi sakit? Ayo ambil makan." Omel Gian saat berjalan bersama Fey menuju ke tempat makanan.
"Kak, aku mau coba wine itu." Pinta Fey yang seketika membuat Gian menatap tajam ke arahnya.
"Gak usah macam - macam, Sayang." Gian memperingatkan Istrinya dengan tatapan tajam.
"Aku penasaran, Kak. Aku belum pernah coba minuman kayak gitu." Ujar Fey.
"Nanti aku belikan yang banyak. Kamu minum sampe mabuk, biar kamu gak sadar kalo aku unboxing." Jawab Gian yang membuat Fey langsung melotot.
jgn d gntung yaa
q pdamu thor 😃
lg seru2ny nic
Gian lucuuu 😃
mkin sru critanya