Arya kakomole, pemuda berusia 17 tahun yang selalu mendapatkan kekerasan
dan siksaan dari teman-teman sekolahnya. Suatu hari dia hampir saja
mati dihajar oleh teman-temannya yang berasal dari kalangan elit. Saat
Arya kehilangan kesadaran, muncul sebuah sistem dalam dirinya. Seketika
tubuh Arya bangkit dan membunuh semua orang di sekolah tanpa
menyisakan 1 orang pun. Peristiwa berdarah ini pun membuat gempar
seluruh negeri dimana Arya diduga sebagai pembunuh dan dicari oleh
semua orang. Sementara itu Arya memutuskan untuk pergi ke kota lain
untuk melanjutkan hidup dengan identitas barunya. Bagaimanakah hidup
Arya setelah mendapatkan sistem yang ternyata adalah sistem yang
mengharuskannya melakukan kejahatan?
Novel ini memiliki tokoh utama dark hero. Jika kalian suka tokoh utama yang
baik hati, naif dan polos tidak disarankan untuk membaca.
Selamat membaca...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vedom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 10 KERIBUTAN DI HARI PERTAMA SEKOLAH
"Kamu... yang menyelamatkanku waktu itu kan?" ucap
salah satu siswa cowok.
"Oh kamu yang dikeroyok 4 orang itu?" kata Arjuna sambil
duduk di sebelahnya.
"Benar, aku Kelvin. Terima kasih atas pertolonganmu,"
ucap Kelvin dengan sungguh-sungguh.
"Ya," jawab Arjuna singkat.
"Tak kusangka kamu siswa baru disini, kebetulan sekali,"
Kelvin begitu senang penyelamatnya kini 1 sekolah dengannya,
bahkan 1 kelas.
Beberapa siswi mencoba berkenalan dengan Arjuna,
namun Bu Meyrin menghentikannya karena masih dalam
pelajaran.
"Ssttt... mohon kembali ke tempat duduknya, anak-anak.
Ingat masih pelajaran, kenalannya nanti pas istirahat saja,"
perintah Bu Meyrin.
Sepanjang pelajaran, banyak yang curi-curi pandang pada
Arjuna, terutama cewek-cewek.
Bahkan Bu Meyrin melakukan hal yang sama meski tak
terlalu kentara, namun hal ini disadari oleh Arjuna.
"Hm? Kenapa guru itu selalu curi pandang padaku?' batin
Arjuna.
"Hahaha... sepertinya wanita itu terpesona olehmu,
bocah," Erebos terbahak.
Arjuna,
"Lebih baik setelah ini kau kasih dia PELAJARAN, aku
yakin dia gak nolak hahaha," ucap Erebos sambil menekankan
kata pelajaran, tentu Arjuna paham apa yang iblis imut itu
maksud.
'Berisik iblis mesum!
Pelajaran akhirnya selesai, lalu semua cewek-cewek
langsung mendekat ke arah Arjuna.
"Arjuna kamu tinggal dimana?" tanya satu cewek.
"Udah punya pacar?" tanya cewek lain.
"Minta nomor HP kamu dong?"
Arjuna merasa pusing mendengar cewek-cewek itu yang
berisik.
Entah kenapa sejak kematian Luna, ia seolah merasa tak
tertarik sama sekali dengan perempuan, atau setidaknya
belum.
"Arjuna, kamu mau ikut ke kantin? Aku akan
mentraktirmu sebagai terima kasih telah menyelamatkanku,"
ajak Kelvin.
"Baiklah," Arjuna setuju.
la merasa itu lebih baik daripada dikerubungi
cewek-cewek ini.
Di sepanjang perjalanan menuju kantin, banyak pasang
mata menatap Arjuna.
Mereka terkagum-kagum dengan ketampanan Arjuna,
namun tak sedikit juga yangjulid.
Arjuna dan Kelvin tiba di kantin dan duduk di pojokan.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Kelvin.
"Samakan denganmu," jawab Arjuna singkat.
"Oke."
Setelah memesan, Kelvin duduk semeja dengan Arjuna.
"Arjuna aku senang bertemu denganmu lagi. Kau keren
sekali, bisa menghajar mereka berempat dengan mudah,"
ucap Kelvin kagum.
"Mereka mengganggumu lagi?" tanya Arjuna.
Kelvin terbahak.
"Hei bung, kamu menghajar mereka abis-abisan.
Tentunya mereka masih di rumah sakit, belum masuk sekolah
sampai saat ini," ucap Kelvin.
"Oh baguslah, bilang padaku kalo kamu diganggu mereka
,ucap Arjuna.
Kelvin sungguh senang. Ini pertama kalinya seseorang
begitu baik padanya selain kedua sahabatnya.
Kemudian muncul cowok kurus mendatangi meja Arjuna
dan Kelvin.
"Hei Vin, kenapa ke kantin gak ajak-ajak sih?" protes
cowok itu.
"Sory bro, tadi aku sama Arjuna, kasian dia dikerubungi
cewek," Kelvin terkekeh.
"Oh gitu. Kenalin bro, aku Liam Anderson, cowok paling
ganteng di sekolah ini," ucap cowok bernama Liam itu.
"Paling ganteng diantara penghuni kolam ikan
maksudmu?," cibir Kelvin.
"Berisik karung beras," protes Liam.
"Siapa yang kau bilang karung beras, cungkring!?" protes
Kelvin gak mau kalah.
Arjuna hanya diam memainkan ponselnya tak
menghiraukan 2 makhluk di depannya itu yang baku hantam.
Plakk!!
"Berisik!!" ucap seorang cewek menggeplak kepala Kelvin
dan Liam.
"Joana... sakit tau!!" Protes keduanya.
"Tolong abaikan 2 makhluk astral itu," ucap Joana.
"Perkenalkan, aku Joana. Joana Grey," Joana
memperkenalkan diri.
"Hm..." Arjuna hanya mengangguk.
'Sialan, cuek banget nih cowok,' batin Joana kesal.
"Gak usah kecentilan deh, Jo. Kayak baru liat cowok
cakep aja," cibir Kelvin saat melihat Joana menatap Arjuna.
"Siapa yang kecentilan?" Joana menggeplak lengan
Kelvin.
Mereka berempat makan.
Sambil makan, Joana yang penasaran pun bertanya pada
Arjuna.
"Kamu tinggal dimana?" tanya Joana.
"Di kontrakan," jawab Arjuna dingin.
"lyaa... maksudku dimananyaaa...." kesal Joana yang
ditanggapi dingin oleh Arjuna.
"Bukan urusanmu," jawab Arjuna enteng.
Ingin rasanya Joana memasukkan Arjuna ke dalam oven,
biar sifat dinginnya itu mencair.
"Sudah, sudah. Kenapa kau tanya dimana Arjuna tinggal
sih, Jo? Mau ngapelin Arjuna? Gercep juga lo?" ejek Kelvin
terbahak.
"Mau nginep kali," imbuh Liam.
"E-enak aja...!!" ucap Joana malu.
"Kamu tinggal sendiri, Arjuna?" tanya Kelvin.
"Ya," ucap Arjuna.
"Orang tuamu?" kepo Liam.
Arjuna hanya menaikkan bahunya, merasa malas
menjawab pertanyaan itu.
Ketiganya terdiam, merasa tak enak dengan pertanyaan
barusan. Mereka menduga Arjuna ada masalah dengan
keluarganya.
Lalu kemudian ada beberapa cowok yang mendatangi
mereka.
"Jadi ini siswa baru yang dibicarakan itu?" ucap 1 dari
mereka.
"Ternyata Baja," ejek satunya.
"Hei, bocah. Jangan coba-coba tebar pesona ya di
sekolah ini. Kau cuma murid baru!" ucap seorang cowok
bernama Jamie yang sepertinya ketua mereka. Jamie dan
kelompoknya adalah siswa kelas XIl.
Mereka suka sekali mengganggu adik kelas mereka.
'Huh, dimana-mana ada saja sampah seperti mereka,'
batin Arjuna.
"Hei, jangan diam saja, bocah!!" teriak Jamie kesal karena
Arjuna mengabaikannya.
"Hentikan, Jamie!" teriak Joana.
"Joana, kenapa kamu bersama dia?" protes Jamie.
"Terserah akulah,"jawab Joana enteng.
Sudah rahasia umum bahwa Jamie menyukai Joana,
namun Joana selalu menolak Jamie.
Joana adalah siswi cantik yang agak tomboy.
Wajahnya begitu cantik, rambut sebahu, tinggi badan
ideal dan 2 aset yang cukup besar. Wajar jika banyak cowok
mengidolakannya, namun udah tak terhitung berapa cowok
yang ditola knya.
Joana sendiri tak pernah dekat dengan cowok kecuali
kedua sahabatnya, Liam dan Kelvin. Mereka bertiga sudah
berteman sejak SD.
Joana lah yang sering melindungi Kelvin dan Liam yang
sejak kecil selalu diejek teman-temannya karena postur
tubuhnya, dimana Kelvin sedikit gemuk, sedangkan Liam
begitu kurus kayak gak pernah dikasih makan setahun.
Capek mendengar omongan mereka, Arjuna memutuskan
untuk pergi dari sana. la malas meladeni orang-orang seperti
mereka.
"Hei tunggu, jangan kabur kau!" cegah Jamie.
Namun Arjuna tak peduli, ia tetap berjalan meninggalkan
mereka hingga akhirnya Jamie kesal dan melayangkan
tinjunya pada Arjuna.
Sret...
Arjuna dengan mudah menghindarinya.
"Sialan, kalian hajar dia!" perintah Jamie pada
teman-temannya.
"Hahaha... ayo berkelahi, aku gak suka kalian rukun,"
teriak Erebos dari jauh.
lblis itu menonton keributan itu seolah lagi menonton
bioskop, pakai acara ngemil pula!
Arjuna,
22
Arjuna memutar matanya malas.
Baru hari pertama masuk sekolah ia sudah terlibat
masalah, padahal ia ingin sekolah dengan tenang.
"Hiattt!!"
Para anak buah Jamie mencoba menyerang Arjuna.
Namun Arjuna yang merasa malas hanya menghindar.
Tak peduli seberapa banyak pukulan dilayangkan, Arjuna
dengan mudah menghindari mereka.
'Hm? Sepertinya dia bukan anak sembarangan, duga
seseorang yang melihat keributan itu.
la tak melaku kan apapun dan mengamati keributan itu.
Arjuna melihat para pengeroyoknya terlihat lelah karena
tak berhasil memukulnya.
"Apa yang kalian lakukan, bodoh? Kenapa gak becus
mukul bocah itu?" kesal Jamie pada anak buahnya.
"Hah... hah... dia kuat banget bro. Licin banget kek belut,"
ucap salah satu dari mereka.
"lya, coba kau pukul dia sendiri," tantang lainnya.
"Brengsek..." kesal Jamie.
la maju dan langsung menyerang Arjuna, namun kali ini
Arjuna tak berbaik hati.
Grepp...
Arjuna menangkap tangan Jamie, lalu memelintirnya ke
belakang.
"Aarghh!!" teriak Jamie.
"Sudah kubilang aku malas menanggapi kalian, rasakan
ini," ucap Arjuna.
Krekkkk...
Suara tulang yang bergeser dari sendinya terdengar
nyaring.
“AAARRGGHH!!" teriak Jamie kencang.
Arjuna melepaskan lengan Jamie dan melihatnya terkapar
di tanah sambil memegangi bahunya.
Semua yang melihatnya bergidik ngeri dengan aksi Arjuna
yang kejam itu.
"Si-sialan, apa yang kau lakukan pada Jamie?" protes
teman-teman Jamie.
Arjuna hanya mengendikkan bahunya lalu pergi dari sana.
"Hei tunggu!!" perintah seseorang.
Semua mata memandang, dan rupanya itu adalah suara
seorang siswa bernama Erik.
Erik!!"
Teman-teman Jamie terlihat senang dengan kedatangan
Erik. Mereka yakin Erik bisa menghajar Arjuna.
"Erik, hajar bocah belagu itu. Lihat apa yang dia lakukan
pada Jamie," satu dari mereka mencoba mengadu Erik dan
Arjuna.
Erik adalah anggota klub beladiri di sekolah. la selalu
mewakili sekolah di kejuaraan antar sekolah.
Erik sendiri adalah teman baik Jamie, namun Erik tak
pernah ikut saat Jamie membully siswa lain karena ia hanya
tertarik pada orang-orang kuat.
"Bocah, kenapa kau lakukan itu pada Jamie?" tanya Erik
dengan mata tajam.
Arjuna melihat Erik, dan menyadari bahwa Erik bukan
siswa biasa.
'Hm... level kekuatannya Raga tingkat 2, batin Arjuna.
Bagi seorang siswa, itu adalah level yang cukup tinggi,
mengingat pengendalian tenaga dalam bisa dilakukan saat
usia anak-anak beranjak remaja.
"Tanya saja temanmu itu," ucap Arjuna malas meladeni
Erik.
"Jangan mentang-mentang kau sedikit kuat, kau bisa
melakukan apapun yang kau mau," ucap Erik.
"Kata-kata itu sebaiknya kau ucapkan pada teman
bodohmu itu," balas Arjuna.
“Apa katamu?" kesal Erik.
"Erik, tolong hajar dia! Lihat apa yang dia lakukan pada
Jamie," ucap salah satu teman Jamie.
“Berisik, diam kalian!" teriak Erik.
Teman-teman Jamie terdiam. Mereka sungguh takut
dengan Erik, karena Erik jauh lebih menakutkan dibanding
Jamie.
Kenapa dia begitu tenang?' batin Erik saat melihat Arjuna.
'Aku yakin dia adalah ahli beladiri, namun kenapa aku tak
bisa melihat level kekuatannya?' batin Erik penasaran.
Sudah rahasia umum bahwa kebanyakan ahli beladiri
mempunyai aura berbeda-beda.
Warna aura menunjukkan level kekuatan mereka.
Sepengetahuan manusia, level Raga biasanya berwarna
hijau, level Bumi berwarna merah, level langit berwarna biru,
level semesta berwarna putih. Tak ada yang tahu apa warna
untuk level kekuatan dewa, karena tak ada manusia di bumi
yang mencapai level itu. Jika ada, itu berarti orang itu adalah
manusia terkuat di bumi.
Semakin gelap warnanya semakin tinggi tingkatannya.
Tentu saja ada beberapa kasus berbeda, dimana ada
orang-orang tertentu yang warna auranya tak seperti itu.
Ada beberapa manusia yang bisa mengontrol dan
menyembunyikan aura mereka, sehingga lawan tak bisa
membaca level kekuatannya.
"Bocah, sebaiknya kau meminta maaf pada mereka. Tak
peduli kau salah atau tidak. Kau siswa baru kan? Lebih baik
turuti kata-kataku jika ingin hidup tenang di sekolah ini," ucap
Erik.
"Lebih baik aku membunuh kalian semua daripada aku
melakukan hal bodoh yang kau bilang," ucap Arjuna enteng.
Erik tersulut emosi mendengar kata-kata provokatif itu.
"Brengsek, jangan salah kan aku jika kau berakhir di
rumah sakit," kesal Erik.
Dia mengeluarkan aura Raga tingkat 2 nya, lalu menerjang
Arjuna.
'Ayo tunjukkan kekuatanmu, bocah!' batin Erik.
Erik mencoba menendang Arjuna, namun dengan enteng
Arjuna mencekal kaki Erik.
"A-apa?" Erik begitu syok.
Erik memutar kakinya dan mencoba memberikan
tendangan lain namun Arjuna menangkap lagi kaki Erik lalu
melemparkan Erik hingga 10 meter.
"A-apa itu barusan?" Erik semakin syok.
Arjuna yang sudah jengah pun berjalan mendekati Erik
sambil mengeluarkan aura level Buminya. Meski kekuatannya
berada di level Langit, ia tak ingin terlihat menco lok. Dan juga
ia tak ingin semua orang yang menonton pingsan merasakan
aura Langitnya.
"Di-dia... sudah sampai level Bumi?" Erik begitu syok
menyadari bahwa Arjuna berada di atasnya.
la begitu ketakutan saat Arjuna berjalan ke arahnya
dengan wajah dingin dan aura menakutkan.
Tubuh Erik bergetar. Ini pertama kalinya ia takut pada
seseorang selain gurunya.
"Tu-tunggu...!!" cegah Erik ketakutan saat Arjuna berada
di depannya.
Namun Arjuna tak peduli, ia menendang Erik hingga
terpelanting sejauh belasan meter dan membentur tembok.
Duaghh...
Erik pun memuntahkan seteguk darah dan pingsan
seketika.