NovelToon NovelToon
PENGHIANATAN SANG ADIK

PENGHIANATAN SANG ADIK

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Mengubah Takdir / Pelakor jahat
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ristha Aristha

Ariana harus menerima pukulan terberat dalam hidupnya, ketika suaminya ketahuan selingkuh dengan adiknya. Siapa yang mengira, berkas yang tertinggal suatu pagi membawa Ariana menemukan kejam suatu perselingkuhan itu.
Berbekal sakit hati yang dalam, Ariana memutuskan untuk pergi dari rumah. Namun dibalik itu, dia secara diam-diam mengurus perceraian dan merencanakan balas dendam.

Apakah Ariana berhasil menjalankan misi balas dendamny??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ristha Aristha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

AKU SEBENARNYA ADALAH...

Aku menarik napas dalam sebelum turun dari mobil. Meskipun halaman rumah ini telah menjadi saksi bisu perjalanan hidupku sejak kecil, entah mengapa rasanya berat sekali untuk melangkah dan bertemu dengan orang-orangnya. Dan kalau bukan karena Papa, mungkin aku tidak akan pernah kembali kerumah yang penuh dengan diskriminasi itu.

Setelah menutup mata sejenak untuk mengumpulkan keberanian, aku akhirnya melepaskan sabuk pengaman. Dengan. Tangan gemetar, aku membuka pintu mobil dan berjalan masuk ketika semua orang sudah berkumpul disana.

"Akhirnya kamu muncul juga, Ariana!" Itu adalah sapaan pertama yang aku terima dari Mama.

Matanya menatap tajam padaku,  dengan tangan menunjuk ke arahku, dia melanjutkan, "ini dia anak gak tau diuntung itu".

Belum sempat aku menarik nafas, segala macam makian sudah menghampiri telingaku. Namun, untungnya aku sudah kebal dan bisa menebalkan telinga untuk menepis perkataan yang tidak penting.

"Duduk, Riana". Nak itu adalah suara Papa. Lagi-lagi dia yang masih bersikap lembut seperti biasanya.

Daripada mendengarkan ocehan Mama, lebih baik aku menuruti perintah Papa. Aku langsung mengambil posisi duduk di sofa yang kosong, bersebelahan dengan Dimas dan Ayunda yang terlihat memutar bola mata tak suka padaku. Yah, siapa peduli soal itu.

Sesaat suasana menjadi hening. Di meja, sudah terhidang empat cangkir teh, hanya di depanku saja yang tidak ada. Seolah mengerti apa yang bada di kepalaku, tiba-tiba Papa mendorong teh miliknya ke hadapanku. Wajahku terangkat, memandang Papa yang terlihat menatapku dengan lembut.

"Gimana kabarmu, Riana?" 

"Aku baik, Pa__"

"Udahlah, Mas. Jangan basa-basi kayak gitu!" Potong Mama, mencak-mencak. "Langsung ngomong aja pada intinya ".

Aku menelan ludah sambil menoleh kearah Mama sekilas, lalu kembali menggeser memandang Papa yang terkunci tampak cemas. Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya laki-laki Pati baya itu membuka suara.

"Aku dengar, kamu jual rumah kamu, ya?"

Aku mengangguk. "Iya, Pa. Aku mau pindah ".

Papa mengangguk samar, lalu kembali berujar, "kamu sekarang tinggal dimana?"

"Grand place!" Jawabku singkat.

Siapa sangka, dua kalimat singkat itu justru menimbulkan reaksi yang cukup berlebihan. Selain Mama, Dimas dan Ayunda juga terlihat membulatkan mata seakan tak percaya.

"Grand palace, yang itu?" Tanya Ayunda tak percaya.

Aku mengiyakan dengan anggukan, malas sekali berbicara dengan perempuan itu. Tak hanya Ayunda, Dimas juga ikut menyela.

"Kamu punya tabungan sebanyak itu, Ribu? Kenapa kamu cuma kasih aku jatah bulanan dua juta kalau ternyata gaji kamu bisa buat sewa apartemen semewah itu?"

Ucapan Dimas barusan membuatku melongo tak percaya. Kesampingkan dengan harga apartemen yang katanya sangat mahal, bisa-bisanya dia mengatakan hal yang tidak tahu diri seperti itu? Benar-benar keparat memang Dimas ini.

"Kamu gak serius kan, Riana?" Tanya Dimas lagi.

Aku menggeser bola mata dengan malas, lalu mengangguk sekali lagi. 

"Aku serius. Memang ada tempat Grand Place lagi selain disitu?" Kataku, sengaja memanas-manasi tiga manusia itu dengki disana.

"Tapi kenapa kamu dulu kasih aku cuma__"

"Heh, Dimas!" Bentak ku memotong keluhan pria tidak tahu malu itu. "Ngaca! Kamu itu laki-laki, masih untung kamu aku kasih uang 2 juta. Emang apa pekerjaanmu selain makan, tidur sama ..." Aku melirik kearah Ayunda , "Selingkuh dengan adik iparnya sendiri?"

Sontak Ayunda mendelik saat namanya kusebut. Bisa ku rasakan kekesalan yang memenuhi matanya yang membesar tidak terima.

"Kenapa?" Tanyaku dengan santai. "Emang kenyataannya begitu, kan?"

Ayunda semakin menekankan gigi-giginya, sementara Dimas terlihat pasrah meskipun sebenarnya dia juga tidak terima. Ketika kami masih saling bersitegang, tiba-tiba Mama menyela dengan yang tak kalah marah.

"Udahlah. Bukan itu yang sekarang", katanya sambil menoleh kearah Papa. "Ngomong dong, Mas. Kan udah kita bahas tadi buat nyuruh Riana batalin jual rumahnya".

Ah, ini alasannya aku di panggil? Aku tertawa getir di dalam hati. Bahkan setelah mereka menyakiti aku dengan luar biasa, mereka masih berharap aku menurut?

"Ngomong dong, Mas!" Kata Mama lagi saat laki-laki disampingnya hanya diam bergeming.

Tak kunjung mendapatkan pengindahan dari Papa, kali ini Mama yang maju. Dia menatapku kembali. "Kamu udah dengarkan, tadi? Pokoknya kamu harus batalin transaksi jual beli rumah itu".

"Aku menolak!" Ucapku dengan tegas. "Lagian itu rumahku, kok. Aku gak perlu  izin dari Mama buat jualin rumahku sendiri ".

"Dasar anak gak tau di untung!" Mama tiba-tiba berduri. Kemudian...

PLAKK!!!

Aku mendapatkan tamparan sekali lagi.

"Kamu ini cuma anak pungut, Riana! Apakah begini caramu berterimakasih, hah?" 

Aku bersikap tenang, bahkan aku sudah bisa memperkirakan hal seperti ini akan terjadi, tidak begitu mengejutkan. Belum sempat aku menjawab, Mama sudah lebih dulu menjambak rambutku.

"Jangan jadi anak durhaka, kamu!"

Aku meringis menahan sakit. Disamping Mama, terlihat Papa berdiri dengan panik.

"Cukup, Endah", ucap Papa mencoba menghentikan istrinya.

"Diam kamu, Mas!" Mama memekik sambil mendelik. "Kamu masih mau belain anak gak tau diri ini, hah?"

"Endah, cukup! Kami nggak seharusnya kasar kayak gitu!"

"Kenapa?" Mama terlihat semakin marah. "Dia bukan anakku, Mas. Kita sudah besarin dia, dan dia malah gak tahu diri seperti ini?"

"Cukup, Endah!"

"Kamu kenapa sih, Mas. Lagian dia bukan anak kita__"

"Dia bukan anak kamu!" Potong Papa dengan suara keras, yang mengejutkan kami dan langsung diam. "Ariana memang bukan anakmu, tapi dia anakku".

Bak petir disiang bolong. Kami langsung melongo dan menatap meminta penjelasan dari Papa. Sementara Mama, sementara saking kagetnya, dia sampai melepaskan rambutku dengan cuma-cuma.

"Apa kamu bilang barusan, Mas?" Mendadak hidung Mama terlihat bergetar menatap suaminya.

Papa terlihat menarik napas dalam-dalam. Setelahnya menatap kami satu persatu  dengan serius, lalu berkata, "itu benar, Ariana adalah anakku dari wanita lain. Saat ibunya meninggal, aku membawa Riana ke rumah ini, sebagai anak angkat ".

Entah mana yang benar dan salah, saking bingungnya aku tidak bisa membedakan. Hidupku seperti di novel-novel angst, dramatis dan menyedihkan yang kurasa. Dibandingkan dengan kami, sepertinya Mama yang paling syok. Bisa aku pahami, suaminya berkhianat, dan anak yang selama ini dia anggap anak adopsi, ternyata buah cinta terlarang Papa dengan selingkuhannya.

"Mas, kamu becanda, kan?" Tanya Mama dengan suara parau dan bergetar. Perlahan wanita itu mendekati Papa. "Kamu gak serius kan, Mas?"

"Aku serius, Endah. Ariana memang anakku".

Airmata yang sedari tadi menggenang, kini mengalir deras dari mata Mama. Dia menangis meraung-raung dan memukuli Papa dengan keras. Sementara kami bertiga tidak tahu harus bersikap apa, selain bergeming dan mencoba memahami situasi yang pelik ini. Terutama aku, si pelakon utama yang memiliki latar belakang yang sangat mengejutkan.

 Saat tangis Mama semakin kencang, tiba-tiba tubuh Mama ambruk. Kami langsung bergerak dengan panik.

"Endah!"

"Mama!"

Sayangnya Mama tidak menjawab. Mata terpejam, dengan nafas yang berat.

"Bawa Mama kalian ke mobil", ucap Papa memberi instruksi pada kami.

Kami langsung menurut, mengangkat tubuh Mama yang lumayan gempal dan membawanya ke mobil untuk dilarikan kerumah sakit. Namun saat aku hendak ikut, tiba-tiba Ayunda mencegahku.

"Kamu gak diajak, ya!" Katanya. "Mama sama Papa kayak gini gara-gara kamu. Dasar anak haram bikin sial!"

Aku mematung di tempat. Sakit sekali rasanya. Jadi setelah anak pungut, kini gelarku menjadi anak haram?

"Minggir!" Ayunda mendorongku, kemudian dia menutup pintu mobil dengan kasar, meninggalkanku sendirian. Mataku berkaca-kaca menatap mobil yang menjauh pergi. Hatiku sakit, aku tidak bisa menentukan siapa yang jahat atau di kasihani disini. Semuanya terasa ambigu.

...****************...

Aku berjalan menyusuri trotoar dengan langkah gamang. Pikiranku entah ada dimana sekarang. Kenyataan pahit terus datang tanpa henti. Setelah semuanya, apa masih ada kabar lain yang bisa membuatku mati berdiri?

Pemandangan sungai besar di bawahnya, tiba-tiba membuatku mempunyai pikiran niat aneh. Jika aku lompat, mungkin semua kepedihan ini akan berakhir. Ya, ini adalah jalan satu-satunya untuk mengakhiri semua kemalangan yang menimpaku.

Perlahan kakiku bergerak menuju pembatas jalan. Mataku terpejam, aku sudah siap untuk terjun dan menghentikan penderitaan. Ketika aku sudah yakin, tiba-tiba seseorang menarik tubuhku dari belakang.

"Kamu gila, Riana!"

Suaranya tidak asing, aku bisa mendengar bentakan seperti itu dikantor.

"Apa yang kamu lakukan disini?"

Mataku kembali terbuka, dan benar, pak Julio menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. Antara marah dan khawatir sulit dibedakan.

"Tenang, Riana. Sebaiknya kita minggir dulu".

Aku hanya menangis, mengeluarkan rasa sakit lewat mata tanpa kata. Membiarkan pak Julio menangani keputusasaan ku yang sangat besar.

Namun sama sekali aku tak menyangka, kalau kelemahan ku adalah menerima kebaikan dari kak Julio, nantinya justru akan menimbulkan masalah yang baru untukku.

1
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Ma Em
Ada apa dgn papanya Riana mungkinkah Riana mau dijodohkan !
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Ma Em
Sabar Riana semoga kamu segera mendapatkan pekerjaan yg baik juga atasan yg baik juga yg bisa menghormati dan melindungi seorang wanita dari orang2 yg mau melecehkannya dan segera dapat pengganti Dimas.
Ma Em
makanya Riana kamu jgn lemah lawan Ayuna dan ibunya yg selalu menghina dan merendahkan mu Riana kalau kamu diam Ayuna dan ibunya makin menjadi tambah berani dia dan jgn dituruti kemauan mereka lebih baik cari kebahagiaanmu sendiri Riana tinggalkan orang2 yg tdk tau diri itu.
Kasih Bonda
next thor semangat
Ma Em
Semangat Riana kamu jgn patah semangat semoga kamu bisa melewati cobaan dgn legowo dan cepat lepaskan Dimas biarkan dia dgn Ayunda untuk apa Riana pertahankan lelaki mokondo yg cuma morotin uang kamu Riana, semoga Riana cepat move on dan aku berharap sih Riana berjodoh dgn Kenzi meskipun umurnya lbh muda dari Riana.
Ma Em
Bagus thor ceritanya aku langsung suka apalagi cerita perselingkuhan yg si istri yg diselingkuhin tdk bodoh dan berani melawan pada si suami dan pelakor .
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!