PENDEKAR Mabuk memiliki nama asli Suto Wijaya Kusuma dan dia adalah seorang pendekar pembela kebenaran dan menumpas kejahatan. Perjalanan nya dalam petualangannya itu banyak menghadapi tantangan dan rintangan yang sering kali membuat nyawa nya terancam. Namun pendekar gagah dan tampan itu selalu punya solusi dalam menghadapi permasalahan tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikko Suwais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 31
WUUUT...! Plaakk..! Kaki Jerami Ayu disambar kaki
Pandawi. Sambaran kuat itu membuat Jerami Ayu jatuh.
Brruuk...!
Pandawi segera hujamkan pedangnya ke dada Jerami Ayu. Suuut...! Traang...! Jerami Ayu masih bisa menangkis. Tapi ketika tiba-tiba kaki Pandawi menendang dalam posisi tetap duduk, Jerami Ayu tak bisa menangkisnya. Tendangan yang tak diduga-duga itu kenai lengan Jerami Ayu dengan kuat,
karena tendangan itu bertenaga dalam cukup besar. Buuhk...!
Wuuurs...! Jerami Ayu terguling-guling ke samping. Pandawi punya kesempatan bangkit secepatnya. Jleeg...!
Namun ternyata Jerami Ayu lakukan sentakan dengan tangannya ke tanah. Sentakan bertenaga dalam itu melambungkan tubuhnya dalam sekejap. Wuuut...! Jleeg... Jerami Ayu pun berdiri tegak kembali dengan pedang terangkat di samping kanan, siap menebas lawan jika sang lawan mendekat.
"Hebat juga si Pandawi," ujar Suto Sinting yang merasa senang melihat gerakan jurus pedang Pandawi. Tapi si Jerami Ayu boleh juga gerakannya. Kalau ia tak segera bangkit, pasti Pandawi sudah menyerangnya lagi dengan pedang. Bisa buntung kepala si Jerami Ayu itu!"
Suto Sinting masih membiarkan kedua perempuan itu beradu pedang. Suto sendiri masih pegangi pedang milik Nanggala yang ujungnya ditancapkan.di tanah dan gagangnya sesekali menjadi tempat sandaran tangan Suto. la menyaksikan pertarungan itu dengan santai, bahkan sempat membuatnya lupa dengan kematian Mirah Cendani. Pertarungan jurus
pedang kedua perempuan itu sungguh mengasyikkan untuk ditonton, sehingga Pendekar Mabuk benar-benar menikmati tiap jurus yang dipertarungkan itu.
Namun tiba-tiba ia menjadi tegang ketika melihat Pandawi berhasil menangkis pedang Jerami Ayu, kemudian tubuhnya berputar cepat dan pedangnya menyambar perut Jerami Ayu. Wuuss, Craas...!
"Aaaaaakh..." Jerami Ayu memekik sambil tersentak mundur dengan tubuh terbungkuk ke depan.
"Bangsat kau!" geram Jerami Ayu setelah mengusap tangan kirinya ke perut yang terluka itu. la memandangi tangan kirinya yang penuh darah darl luka itu. Mata Jerami Ayu memancarkan dendam dan kebencian. Rupanya luka itu tak terlalu dalam, walau cukup.berbahaya. Ada racun di ujung pedang Pandawi,
dan racun itu mulai bekerja menyatu dengan darah Jerami Ayu. Pandangan mata Jerami Ayu mulai kabur.
"Celaka! Bisa habis riwayatku kalau kuteruskan pertarungan Ini!" gumam hati Jerami Ayu. Pandawl melompat dan sebuah tendangan tepat kenai wajah Jerami Ayu ketika perempuan itu melangkah mundur dengan oleng.
Wuuut, plook...!
"Aaauh..." Jerami Ayu terlempar jatuh akibat wajahnya terkena tendangan keras lawan. Pandawi mengejar dan segera mengangkat pedangnya untuk memenggal leher Jerami Ayu. namun saat itu juga, Pendekar Mabuk bergerak cepat ke arah mereka. Zlaap...!
Traaang...!
Pedang milik Nanggala dipakai Suto untuk menahan ayunan pedang Pandawi. Pedang itu bukan hanya menahan, tapi Suto juga lakukan sentakan untuk membuat pedang Pandawi menyingkir dari atas Jerami Ayu.
Pandawi terdorong ke belakang dan terhuyung-huyung beberapa langkah. Pendekar Mabuk segera mendekatinya agar Pandawi tidak menyerang Jerami Ayu lagi. Tentu saja Pandawi terkejut dan memandang Suto Sinting dengan tajam.
"Pandawi, jangan bunuh dia! Dia tahu tentang rahasia kelemahan ilmu 'Gerhana Senyawa', karena ia tadi selamat dari bayangan hitam yang mengerikan itu!" ujar Suto Sinting dengan mata menatap penuh harap.
"Tahu apa dia tentang ilmu itu?! Kau hanya akan dibodohi olehnya, diperas kemesraanmu untuk memuaskan gairahnya! Dia tidak tahu apa-apa tentang ilmu itu. Suto!" sentak Pandawi dengan jengkel.
"Tapi ia tadi selamat dari terjangan bayangan hitam itu, Pandawi!"
"Karena orang itu memang tidak ingin membunuhnya! Kaulah yang dicari oleh orang itu dan akan dijadikan abu seperti pemuda-pemuda tampan yang disangka dirimu!"
Pendekar Mabuk bagai kehilangan kata. Kebimbangannya semakin menjengkelkan hati, sehingga ia hanya bisa membuka mulut tanpa berkata sepatah kata pun.
"Pandawi! Tunggu pembalasanku nanti, Keparat!" seru Jerami Ayu yang segera berkelebat pergi tinggalkan Suto dan Pandawi.
"Hel, selesaikan dulu urusanmu denganku, Setan betina!" seru Pandawi, lalu bergegas mengejar Jerami Ayu. Suto Sinting melompat ke depan Pandawi, menghalangi langkah Pandawi.
"Biarkan dia lari! Dia tak akan berani macam-macam lagi jika bertemu denganmu!"
"Sial!" maki Pandawi dengan napas terengah-engah engah. Ia memandang ke arah lain dengan matanya yang tampak liar, memancarkan kemarahan dan rasa penasarannya.
Tindakan melindungi nyawa Jerami Ayu dilakukan Suto Sinting dengan maksud menjaga kemungkinan kebenaran kata-kata Jerami Ayu tadi. Suto Sinting memang ragu-ragu untuk mempercayai kata-kata Jerami Ayu atau Pandawi. Jika benar Jerami Ayu hanya mengelabuhinya untuk dapatkan kemesraan yang diharapkan, suatu saat toh Suto dapat bikin perhitungan sendiri terhadap perempuan itu.
Tapi jika ternyata Jerami Ayu memang mengetahui rahasia kelemahan ilmu tersebut, alangkah sayangnya jika perempuan itu sampai terbunuh sebelum membeberkan rahasia itu. Karenanya, Suto Sinting mengambil sikap melindungi nyawa Jerami Ayu. Namun ia sendiri juga berharap mendapat penjelasan dari Pandawi tentang ilmu 'Gerhana Senyawa' itu.
"Jika kau bisa mengatakan Jerami Ayu hanya mendustaiku, tentunya kau tahu tentang ilmu 'Gerhana Senyawa' itu, Pandawi?!"
"Ya, memang aku tahu!" jawab Pandawi sambil melangkah dekati pohon. la menyarungkan pedangnya di sana. Suto Sinting mengikutinya. Pandawi duduk di atas akar yang melintang setinggi pinggulnya.
"Kau mau jelaskan tentang ilmu itu?" pinta Suto secara tak langsung. Pandawi diam saja, la justru melamun beberapa saat dengan pandangan ke arah larinya Jerami Ayu.
Karena lama menunggu tak ada Jawaban, Pendekar Mabuk segera perdengarkan suaranya lagi. Kali ini ia Ikut duduk di samping Pandawi agar lebih akrab lagi.
"Pandawi, apakah kau juga tahu mengapa orang itu mencariku dan ingin membunuhku?" Pandawi menjawab dengan suara datar,
"Dendam!"
"Dendam...?! Apakah... apakah aku pernah bertemu dengan orang itu? Tapi mengapa orang itu tidak mengetahui siapa Pendekar Mabuk, sehingga banyak pemuda yang disangka diriku dan menjadi korbannya?!" Pandawi menarik napas. la tampak gelisah. Bahkan sekarang berdiri dan melangkah ke samping dengan bertolak pinggang satu tangan. Tapi darl sorot matanya yang tak berani menatap Suto Sinting, Pandawi kelihatan sembunyikan sesuatu yang amat meresahkan jiwanya.
"Pandawi, ada apa dengan dirimu? Kau tampak gelisah sekali, Pandawi," ujar Suto Sinting tetap duduk di atas akar itu.
"Aku harus pergi! tiba-tiba Pandawi berkata dengan suara datar. la melangkah mundur sambil pandangi Suto SInting.
"Pandawi.." Suto bangkit ingin mengejarnya tapi tertahan oleh ucapan tegas Pandawi.
"Jangan mendekatiku, Suto!" Langkah Suto pun terhenti ketika tangan Pandawi terulur ke depan memberi peringatan serius.
Tapi hati Suto menjadi lebih penasaran lagi melihat sikap Pandawi seperti itu.
"Tinggalkan aku dan hindari orang berjubah abu-abu yang mempunyai bayangan bisa bergerak sendiri itu! Kau tak akan mampu melawannya, Suto!"
"Aku harus melawannya, Pandawi! Karena...."
Blaass..! Pandawi melesat larikan diri dengan cepat. Suto Sinting segera mengejarnya sambil berseru,
"Pandawi, tunggu dulu...! Hei, berhentilah dulu, Pandawi..."
☺🙏💪
mampir yaaa