calon suamiku tidak datang di hari pernikahan kami,sementara keluarga pamanku mendesak agar aku mencari pengantin penganti agar mereka merasa tidak di permalukan.terpaksa,aku meminta supir truk yang ku anggap tengil untuk menikahiku,tapi di luar dugaanku, suami penganti ya aku sepelehkan banyak orang itu...... bukan orang sembarang bagaaiman bisa begitu dia berkuasa dan sangat menakutkan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheena Sheeila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
salah lihat
"Rizal. Aku tidak sabar menunggumu pulang hanya untuk menanyakan sesuatu." Aku melihat Rizal baru keluar dari mobilnya dan sudah ku papah dengan pertanyaanku itu.
"Kenapa?" Rizal terlihat keheranan sekaligus penasaran.
"Masuk dulu."ku tarik lengan Rizal agar lebih cepat masuk ke dalam rumah.
Setelah membiarkannya minum aku langsung mengeluarkan kartu yang dia berikan padaku.
" Aku tadi membeli sesuatu di mini market depan sekalian buat ambil uang tunai buat jaga-jaga beli sayur. Aku benar-benar tidak kau punya uang sebanyak itu,Rizal."
Rizal sejenak menatapku sambil menelisik. Kemudian dia bertanya balik, "sebanyak apa itu?"
Aku jadi bingung sendiri,bagaimana pria ini malah tidak tau apa-apa tentang uangnya.
"Ada 10 digit,Rizal. Tangan ku bahkan sampai gemetar," ujarku. Jujur uang terbanyak yang pernah aku pegang hanya 5 juta. Itu pun untuk membayar UKT kuliah. Ini 10 digit? Miliyaran lho!
"Berapa memangnya?"
"aku bacanya tadi ada 9 miliyaran sekian. Apa benar kau punya uang sebanyak itu, Rizal?" tukas ku tegang.
Rizal menatapku dengan tatapan rumit. Membuatku keheranan apakah pria ini tidak tau berapa uang di rekeningnya?
"Kau mengharapkan uangku segitu?" Rizal membalikkan pertanyaan padaku.
Aku mencebik karna jengkel mengapa pria ini malah berputar-putar. Cukup blang ya aku punya uang sebesar itu dan tidak itu bukan uangku,apa susahnya sih?
"Hhg,Rizal. Aku bukanya mengharapkan demikian. Aku hanya butuh penjelasan karna kau punya uang sebanyak itu? Aku takut saja kau terlibat pekerjaan yang tidak benar," jelas ku padanya. Mana ada sopir truk punya uang sebanyak itu?
"Maksudmu pekerjaan seperti apa?" tanya Rizal penuh kewaspadaan di wajahnya. Atau mungkin hanya pikiran ku saja yang sudah bukan-bukan tentangnya.
"maaf, Rizal. Jaman sekarang marak judi online, transaksi obat terlarang dan seder pekerjaan yang menghasilkan uang banyak namun itu tidak dengan cara legal. Aku harap aku tidak menikahi pria semacam itu. Aku sudah pernah blang pada mu, aku tidak butuh uang banyak. Aku hanya butuh hidup sederhana dan tenang."
Ku harap kata-kataku bisa membuat suamiku ini gelap mata dan tidak melakukan banyak cara hanya karna ingin memberikan kehidupan yang lebih mewah padaku.
"Hahah,kau ini ada-ada saja." Rizal baru terdengar terkekeh.
"Jangan bercanda,Rizal. Aku serius." aku memintanya menangapi pertanyaanku bukannya malah berputar-putar.
"Aku juga terkejut tadi. Uangku tidak sebanyak itu, Risna. Klau kau blang jumlah uangku 10 digit,harapanku ada yang nyasar transfer rekeningku dan jumlahnya banyak."
Aku menyeritkan keningku. Malah lebih bingung lagi. Apa iya ada transaksi keuang yang nyasar ke rekening orang? Enak banget...
"Sebentar,ya. Bagaimana klau kita balik ke atm tadi saja apa dan lihat apa benar uangku sebanyak itu?"
Rizal yang menatapku bingung akhirnya menawarkan untuk mengecek ulang. Aku jadi tidak tega saja. Dia baru juga pulang kerja tapi aku sudah buatnya ribet
begini.
"Tidak perlulah,Rizal. Kamu pasti capek."
"Tidak apa tunggu bentar, ya?"
Rizal bangkit. Kulihat dia masuk ke dalam kamar. Mungkin untuk meletakan sesuatu atau mengambil sesuatu. Tidak lama dia sudah tampak kembali dan mengajakku keluar.
Kami bali ke mini market tadi untuk mengecek jumlah nominal uang di rekening Rizal. Untung tidak ada antrian di sana jadi kami bisa lebih santai.
Ku tatap seksama angka yang tertera di layar mesin anjungan itu. Aneh? Kenapa jumlah nolnya berbeda.
"Mana? Hanya 90 juta sekian. Kau jangan membuatku deg-deg kan juga, Risna!" Rizal kembali melihatkan nominal angka itu.
"T-tapi,tadi.....? Aku yakin nominalnya tadi tidak segini
aku bahkan menghitungnya dua kali jumlah angkanya sampai 10 digit tadi.
" Mungkin kau menghitung dua digit nol di belakang komanya juga. Jadi kesannya ada 10 digit!"
Rizal mengambil kartunya dan mengembalikan nya padaku yang masih mengingat-ingat apakah aku menghitung dua digit angka di belakang koma?
Bisa jadi juga sih.....
"I-iya, mungkin begitu kali,ya?" aku menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal.
"Ya sudah. Mumpung kita sudah keluar juga sekalian kita jalan-jalan,yuk?" Rizal menarik lenganku.
Meski mengunakan motor kami menikmati jalan-jalan sore itu. Ku rapatkan dudukku memeluk pinggang Rizal dan sepanjang jalan terasa begitu romantis. Hingga Rizal mengajakku di sebuah cafe di mana tersedia cottage-cottage di tepian pantai.
Rizal menyewa sebuah untuk kami bisa tempati hanya berdua. Disana apa lagi yang kami lakukan klau tidak melanjutkan kemesraan selayaknya anak mudah yang sedang kasmaran.
Aku duduk di pangkuannya,lalu kami saling bercanda dan menggombal. Bibir kami saling merapat dan keinginan itu tidak bisa lagi kami bendung .
Cottage ini tertutup. Tidak apa juga klau melakukannya.....