Seorang wanita harus mengakui akan posisi dirinya transmigran ke tubuh seseorang wanita yang tidak dia kenali,bahkan posisi dia berubah menjadi seorang istri dan itu semua karena perjodohan yang sengaja direncanakan oleh keluarganya.
Mengira dirinya akan menikah dengan seorang pria tua,tapi kenyataannya bukan dirinya menikah dari seorang pria tampan dengan sifat dinginnya bahkan berlanjut sampai di pernikahan mereka karena perjodohan yang keluarga mereka lakukan.
Tapi semua berubah setelah semua terjadi dan tergantikan posisi seseorang wanita lain menempati tubuh wanita ini.
Apakah dia akan mendapatkan kebahagiaan dari semua pengorbanannya itu.Dan apakah dia bisa meluluhkan perasaan suaminya yang begitu dingin padanya.
Walaupun diam-diam dia memiliki rahasia yang besar yang dia sembunyikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nanlindia lukita 1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Kemarahan terbesar
"Tidak bisa." jawab Arsya secara langsung menolak.
"Kenapa kak,aku ini adikmu.Apa salah kalau aku bekerja dengan kakak?"
"Aku sudah bilang dari awal kan, aku tidak butuh asisten pribadi lagi cukup Erik yang aku butuhkan.Lebih baik kamu cari pekerjaan yang lainnya." jawab Arsya yang tetap menolak.
"Tapi kak,kak Miranda bilang boleh aku kerja disini kak." ucap Lily yang memakai cara licik berbohong.
"Dia lagi." batin Arsya yang tak menyangka wanita itu melakukannya.
"Tidak bisa."balas Arsya dengan nada menekan,Lily terus memakai cara lainnya.
"Memang kenapa Lily tidak boleh bekerja sebagai asisten pribadi kakak.Apa mungkin alasan kakak tak mau membuat kecewa kakak?" pertanyaan itu langsung dibalas dengan tatapan tajam dari Arsya.
"Lebih baik kamu diam,aku tak mau dengar alasan dari kamu.Lebih baik kamu pergi." ucap Arsya yang memerintahkan Lily untuk pergi sekarang juga.
"Tapi kak." Arsya langsung menghubungi seseorang,dia nampak sudah kesal dengan apa yang Lily lakukan.
Ternyata Arsya memanggil asisten pribadinya,Arsya pun memerintahkan Asistennya untuk mengeluarkan wanita itu.
"Antarkan dia keluar." perintah Arsya pada Erik untuk mengantarkan keluar Lily dari ruang kerjanya.
"Baik tuan." jawab Erik yang langsung menghampiri Lily.
"Mari nona." ucap Erik yang langsung mengajak Lily keluar.
"Aku tidak mau,aku masih ingin bicara dengan kakak ipar" ucap Lily yang masih tetap pada pilihannya.
" Erik,cepat seret wanita itu." perintah Arsya yang benar-benar marah dan dengan cepat Erik menarik tangan Lily .
Lily pun sedikit memberontak hingga Arsya tak memperdulikannya."Dasar pengganggu." ucap Arsya yang langsung kembali pada pekerjaannya.
Sore hari
Seperti biasa kegiatan sore Miranda duduk santai di halaman belakang dengan laptop yang menemani dirinya bekerja.Tidak lupa minuman yang selalu ada disampingnya,Miranda nampak serius membaca email dari Ello.
Tiba-tiba terdengar suara langsung kaki dari arah belakang Miranda, hingga pandangan Miranda teralihkan seseorang yang duduk dibangku didepannya.
"Kamu."
"Apa tujuan kamu menyuruh dia datang ke kantorku?" pertanyaan itu sontak membuat Miranda kebingungan.
"Kantor?"
"Iya,seenaknya kamu mengiyakan adikmu untuk kerja di perusahaan ku." ucap Arsya dengan nada kesal.
"Jujur aku tak tahu apa maksud tadi." jawab Miranda yang tampak bengong apa yang sedang suaminya katakan.
Pada akhirnya Arsya menceritakan apa yang terjadi di kantornya,dan reaksi Miranda terdiam sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu.
"Apa kamu bisa menjelaskannya."
Miranda hanya menggelengkan kepala."Aku tak tahu apa-apa,jika dia bilang aku yang memerintahkannya tidak mungkin aku bilang seperti itu.Untuk apa aku capek-capek harus bilang padanya,aku pun tak pernah akur dengan keluargaku sendiri.Apa untungnya juga." jawab Miranda dengan santai.
"Lalu kenapa dia mengatakan hal itu."
"Mana aku tahu,mungkin dia berbohong demi alibi mendekatimu." jawab santai Miranda yang fokus kembali ke laptop miliknya.
"Mendekatiku?"
"Iya,mendekatimu.Asal kamu tahu,adik tiriku itu menyukaimu wajar dia seperti itu." jawab Miranda yang menjelaskan tentang adik tirinya.
"Jangan mengalihkan pembicaraan." ucap Arsya dengan nada sedikit ditekan.
"Aku ini bicara apa adanya,kalau aku kamu tidak percaya kamu tanya sendiri langsung pada orangnya." jawab Miranda yang masih menahan rasa kesal pada suaminya.
Arsya langsung terdiam mendengar penjelasan dari istrinya.
"Lebih baik kamu peringati dia untuk tidak menggangguku lagi." Seketika Miranda melotot mendengar perkataan suaminya .
"Kenapa harus aku,aku malas berurusan dengan mereka.Jika bisa sekalian aku habisi dia daripada berurusan dengan dia lagi." jawab Miranda dengan nada kesalnya.
"Semudah itu kamu katakan."
"Untuk apa aku takut,kau kira aku tak akan berani menghabisi wanita itu." ucap Miranda yang begitu yakin dengan pilihannya.
Arsya terdiam setelah istrinya lantang berkata seperti, apalagi bukan hal asing istrinya melakukan hal kekerasan yang menunjukkan keberanian dia melumpuhkan musuhnya dengan tangannya sendiri.
"Terserah, yang penting aku tak ingin berurusan lagi dengan keluargamu.terutama adik tirimu itu." jawab Arsya yang langsung pergi meninggalkan istrinya.
Setelah kepergian Arsya,Miranda tampak geram dengan apa yang dilakukan adik tirinya."Sialan, aku yang kena.Sepertinya dia tak bisa diberikan kesempatan lagi." batin Miranda yang nampak kesal dirinya kena imbas karena ulah adik tirinya itu.
Miranda menghubungi seseorang untuk mengerjakan sesuatu untuk mereka kerja.Dia mulai muak dengan apa yang dilakukan oleh Lily.
"Baik nona,akan kami kerjakan."
"Nanti malam semua harus siap dan aku akan menemui orang itu." jawab Miranda yang memutuskan sambungan telepon dengan ekspresi marah.
"Kita lihat seberapa beraninya kamu denganku." ucap lirih Miranda yang mulai muak dengan apa yang lily lakukan.
Miranda segera masuk kedalam kamarnya menunggu waktu malam untuk pergi menyelesaikan masalahnya dengan dirinya.
Malam yang ditunggu
Arsya sudah ada diruang tengah sembari istirahat, tidak sengaja Arsya melihat kedatangan Miranda yang sudah rapi dengan jaket hitam miliknya.Arsya pun dibuat di bingung olehnya.
"Kamu mau keluar kemana malam-malam?" tanya Arsya yang penasaran dengan Miranda.
"Biasa urusan pekerjaan." jawab Miranda dengan santai.
"Pekerjaan, malam-malam kamu mau bekerja dimana?" pertanyaan itu membuat Miranda makin kesal,hingga dia melirik tajam kearah suaminya.
"Aku mau pergi kemana pun terserah aku, yang terpenting jangan pernah ikut campur urusanku.Lebih baik urus pekerjaan kita masing-masing." Miranda mulai mengingatkan suaminya yang selalu ingin tahu dan ikut campur urusan dirinya.
"Kalau aku ingin tahu,apa salah?"
"Salah besar,aku hanya mengikuti apa aturan yang kau buat sendiri dan kamu mulai membuat aturan itu semakin berantakan." ucap Miranda yang benar-benar kesal.
Miranda segera pergi meninggalkan Arsya sendirian dan tatapan Arsya masih menatap Miranda dari kejauhan." Dia benar-benar berubah, seperti bukan dirinya sendiri dan dia lebih dingin dariku." batin Arsya melihat perubahan istrinya bukan main-main.
Pada malam itu Miranda pergi ke Markas yang di sana ada Dave sudah menunggu kedatangan dirinya ditempat itu.
Miranda langsung menghampiri Dave yang saat itu sudah ada di ruangan tengah.
"Nona."sapa Dave yang langsung menghampiri nonanya.
"Di mana wanita itu?" tanya Miranda pada Dave.
"Posisi wanita itu sudah ada diruang bawah tanah nona." jawab Dave yang sudah menyelesaikan tugasnya.
"Baiklah, kita temui wanita itu." jawab Miranda yang secara langsung mereka berdua pergi keruang tanah bawah.
Situasi dibawah tanah tampak gelap hanya ada satu penerangan dengan lampu .
"Lepas."terdengar suara teriakan dari seorang wanita.
"Tolong ,lepaskan." wanita itu terus teriak memohon dia mulai ketakutan.Tanpa dia sadari tepat dibelakangnya sudah ada seseorang menunggu kehadiran dirinya.
Alur ceritanya boleh juga.
So pasti boleh juga di jadikan referensi tuk bacaan kalaian..
Thanks ya Thor 👍🏼👌🏻✅