Dominict Seorang jendral kerajaan yang diam-diam jatuh cinta pada tuan putri namun gengsi untuk menyatakan perasaanya hal hasil Dominict jadi sering menggoda Tuan Putri. Dominict akan melakukan apapun untuk Tuan Putri_nya, pencemburu akut. Tegas dan kejam Dominict hanya lembut pada gadis yang ia cintai. Akan murka ketika sang Putri gadis pujaannya melakukan hal yang berbahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Luh putu Sri rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Di bawah meja di balkon kamar Putri Ana, ia menemukan sebuah batu yang terbungkus dengan selembar kertas. Putri Ana memungut dan membaca isi dari surat kaleng itu.
" Hei... Aku dengar kau sakit? Bagaimana... Apa kau sudah merasa lebih baik? "
kurang lebih isi dari surat kaleng itu. Kemudian setelah membaca isi surat itu Putri Ana mendekat ke sisi balkon yang berhadapan langsung dengan taman istana.
Mata Putri Ana menyapu ke kuasanya taman dan di sana ia melihat Dominict yang sedang berdiri dan melihat ke arahnya. Seketika melihat Putri Ana yang melihat kearahnya, dengan lembut Dominict melambaikan tangannya pada Putri Ana.
Melihat Dominict di sana bukanya membalas Dominict yang menyapa, Putri Ana langsung masuk ke dalam kamar tanpa mengatakan sepatah katapun yang membuat Dominict merasa kecewa karena Putri Ana tak membalas, Dominict memutuskan untuk pergi.
Belum sempat Dominict melangkah tiba-tiba ia melihat surat kaleng itu terjatuh tepat di sebelahnya, kemudian dengan hati-hati Dominict memungut dan membaca surat balasan dari Putri Ana.
" Apa? "
Dominict tampak tersenyum sambil menggeleng saat menerima surat balasan Putri Ana yang singkat.
Kemudian Dominict mulai menulis dan melempar kembali batu yang berisi surat balasan Dominict pada Putri Ana.
" Hei... Aku bertanya keadaanmu, apa ini jawaban yang kau berikan? "
" Terserah padaku. "
" Ada apa? Apa kau masih marah padaku? "
Mereka saling berbalas surat, dan Dominict hanya tertawa melit isi surat balasan dari Putri Ana yang singkat dan terkesan kesal.
" Aku tidak marah! "
" Lalu ada apa? Kau sepertinya sangat kesal? "
" Aku tidak kesal! Katakan kau mau apa? "
Tanya Putri Ana dalam suratnya.
Dominict dan Putri Ana selalu berkomunikasi dengan surat kaleng jika Putri Ana tak bisa menemui Dominict, maka Putri Ana dan Dominict akan saling melempar batu yang di bungkus selembar kertas di balkon kamar Putri Ana.
Hal ini sering Dominict lakukan saat ia pertama kali melakukan kesalahan hingga membuat Putri Ana terluka saat mengawasi pelatihan militer untuk pertama kalinya saat usia putri Ana 14 tahun dan Dominict 26 tahun saat itu Dominict masih menjabat sebagai komandan pasukan istana.
Karena kecerobohan Putri Ana Dominict sampai di hukum berat karena di anggap tak bisa melindungi Putri Ana.
Merasa bersalah. Dominict memberanikan diri untuk mengirim surat kaleng dan melemparnya ke balkon kamar Putri Ana. Saat itu Dominict menunggu begitu lama balasan dari Putri Ana. Dan hal ini masih sering Dominict dan Putri Ana lakukan sampai sekarang.
" Aku khawatir padamu, tahu! aku merasa khawatir dengan sikapmu belakangan ini. meski aku terlihat acuh tak acuh, tapi sebenarnya aku peduli padamu. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi? Aku siap mendengarkan sebagaimana seharusnya seorang Jendral terhadap Tuan Putri. "
Dominict menulis dengan hati-hati lalu meluncurkan kembali surat kaleng itu ke balkon kamar Putri Ana yang sedang berdiri menunggu.
setelah membaca isi surat Dominict. Putri Ana dengan cepat membalas surat itu dan melemparnya kembali pada Dominict.
" Aku tidak menyuruhmu khawatir padaku, tahu! "
Membaca surat dengan senyum tersamar
" Oh, maafkan aku jika terlalu memperhatikanmu, Ya... Yang Mulia. Tapi bagaimana aku bisa tidak khawatir pada sosok yang begitu menarik perhatian ku? "
Menulis balasan dengan nada menggoda kemudian Dominict melempar kembali balasan suratnya dengan senyuman nakal di bibirnya.
Sesaat Putri Ana terdiam membaca isi surat balasan Dominict, Putri Ana memandangi setiap kata di dalam surat itu tak tau harus menjawab apa.
" Dasar! Padahal kau akan menikah, tapi kau berkata begini padaku. " gumam Putri Ana dalam hati.
" Apa..... Sebaiknya tetap seperti ini saja? Apa lebih baik aku simpan saja perasaanku... " gumam Putri ada dalam hatinya lagi, tampak jelas raut kesedihan di wajahnya.
Dominict hanya memandangi Putri Ana dari bawah balkon menunggu jawaban Putri Ana.
Tak lama Putri Ana melempar jawabannya pada Dominict.
" Jangan menggodaku dasar payah! "
" Wah.. Jawabanmu selalu menantang, aku suka tantangan, Tapi aku senang kau baik-baik saja. " balas Dominict dalam suratnya sambil menyunggingkan senyuman nakal.
Melihat ekspresi Dominict putri Ana melepas sepatunya dan melemparnya pada Dominict. Dan sialnya itu benar-benar mengenai kepala Dominict yang membuatnya berteriak kesakitan.
" Aarg!! Oh... Jadi, kau benar-benar menantangku, Ana! "
Dominict tampak geram dengan tindakan Putri Ana dan memutuskan untuk naik ke balkon kamar Putri Ana.
" Awas kau, ya!! " Dominict menggeram tajam memanjat menuju kamar Putri Ana.
Melihat Dominict akan mencapai kamarnya Putri Ana kelimpungan dan panik tak tahu harus bagaimana.
" Hei! Kau mau apa?! "
terlihat jelas kepanikan di wajah Putri Ana. Kemudian setelah beberapa sentimeter lagi Dominict hampir mencapai balkon, Putri Ana malah menginjak tangan Dominict yang berpegangan di pinggir balkon.
" Aah?! " tampak ekspresi kesakitan di wajah Dominict yang bergelantungan di pinggir balkon.
" K.. Kau sungguh menguji kesabaranku, Ana!! " ucap Dominict lalu mencengkram kaki Putri Ana dengan tangannya yang lain.
" ?! "
" Aku ingin lihat apa kau masih berani padaku! "
Dominict menarik kaki Putri Ana dengan kuat hingga ia terjatuh di lantai, kemudian Dominict naik ke balkon dengan cepat.
" Sekarang kau mau apa, Hah! " Dominict berdiri di hadapan Putri Ana.
" eh?! Jangan main-main denganku!"
Putri Ana mulai panik melihat Dominict hadapannya.
" Ho... sayangnya aku tidak main-main, tapi aku serius kali ini. "
Ucap Dominict sambil sambil menyeringai licik.
" jangan macam-macam! Kalau tidak aku akan teriak! " ancam Putri Ana.
" Teriak saja! meskipun ada yang datang kau pikir mereka akan menolong mu? "
Dominict berdiri di hadapan Putri Ana dengan penuh tantangan. melihat tanda ancaman dari Dominict, Putri Ana berdiri dan berlari cepat menuju kamarnya bermaksud untuk melarikan diri dari Dominict. Kemudian Dominict dengan cepat mengikutinya masuk kedalam kamar.
" Kau pikir kau bisa melarikan diri dariku begitu saja setelah aku menantangku! " mengejar Putri Ana.
" S..siapa yang menantangmu? sebaiknya kau keluar sekarang, Dominict! sebelum aku benar-benar berteriak! " ancam Putri Ana, namun sepertinya tidak ada pengaruhnya terhadap Dominict.
Dominict terus melangkah mantap mendekati Putri Ana.
" Teriak saja! Kita lihat siapa yang akan menolong mu. "
Dominict mendekati Putri Ana sambil tersenyum licik. Sepertinya Dominict sangat menikmati saat ia bermain-main dengan Putri Ana.
" Kau tahu, Yang Mulia. Kau sangat menarik saat seperti ini, Yang Mulia. " mendekat dengan penuh godaan.
" Jangan mendekat!! " teriak Putri Ana, sambil mendorong tubuh Dominict agar tak semakin dekat dengannya.
Namun siapa sangka Dominict tanpa sengaja menarik pakaian Putri Ana, menarik ke arahnya hingga membuat Putri Ana ikut jatuh bersamanya.
Sesaat mata Putri Ana terbelalak kaget saat mereka berdua jatuh dengan posisi yang tak terduga di atas tempat tidur. Dominict tampak menyeringai senang dengan tindakan yang di lakukan oleh Putri Ana.
Tiba-tiba....
" Yang Mulia... Eh?! "
Sebastian yang tiba-tiba masuk kedalam kamar Putri Ana. Sontak Putri Ana terkejut melihat Sebastian yang masuk dengan membawakan handuk hangat yang di minta Putri Ana.
Sebastian tak menyangka akan melihat pemandangan yang tak terduga. Dengan malu Sebastian menunduk dan meletakan nampan berisi handuk hangat di meja dekat pintu sambil menutup wajahnya dengan satu tangan dan tangan lainya memegang gang pintu lalu dengan pelan Sebastian keluar kamar dan menutup pintu.
" S.. Sebastian!! " panggil Putri Ana.
Dominict yang melihat kejadian itu tersenyum senang bak iblis.
" Ho.. Jadi sekarang aku ingin melakukan adegan ranjang denganku, Yang Mulia? "
Kata Dominict menyeringai licik.
" Lakukan saja aku tidak keberatan. " lanjut Dominict, tampak senang dan tak keberatan jika hal itu terjadi.
Lalu Dominict membalikan keadaan yang awalnya Putri Ana yang berada di atas tubuhnya sambil menahan kedua lengan Dominict. Kini Dominict yang memimpin, Dominict memegangi ke dua tangan Putri Ana hanya dengan satu tangan di tempat tidur.
" Lepaskan aku!!! " berteriak mencoba melawan Dominict.
" Kau pikir akan semudah itu melawanku? aku suka melihat mu saat seperti ini, Yang Mulia. " kata Dominict mendominasi.
sementara itu Sebastian yang berada di luar kamar berdiri dengan senyuman tersamar di bibirnya mendengar teriak dari Tuan Putri-nya yang terdengar dengan susah payah melawan sang Jendral istana.
" lepaskan aku!! "
" Oh.. Kau pikir akan semudah itu lari dariku? kau sudah membangunkan hewan buas dalam diriku maka kau harus menerima akibatnya. "
" Tidakkk!!! Jangan sentuh.. Dominict!!! Aku akan membunuhmu!!! "
" Hmm.. Lakukanlah apapun yang kau inginkan setelah aku puas. "
" Hubungan yang aneh. Jika mereka menikah pasti akan menjadi tantangan setiap hari. setiap bertemu langsung bertengkar. " batin Sebastian yang masih berdiri di depan kamar Putri Ana.
Tak lama Dominict keluar kamar dan melihat Sebastian masih berada di sana dan Dominict memberi isyarat pada Sebastian dengan menempelkan jari telunjuk di bibirnya, tanda untuk menjaga rahasia ini.
Dominict pergi dengan senang sambil bersiul bahagia. Namun tanpa ia sadari seseorang melihatnya keluar dari kamar Putri Ana. Tak lam setelah Dominict pergi, Sebastian masuk kedalam kamar melihat keadaan Putri Ana. Putri Ana tampak duduk di lantai dia sebelah tempat tidur sambil bergumam.
" Aku akan membunuhnya... Akan aku bunuh... Akan aku bunuh... " menggumam sambil duduk di lantai.
Bersambung......
Pangeran Benedict juga ok 🫨 bingung