DEAL(Kesepakatan Klan)

Sementara itu, dikamar istimewa, Dorrota Codi perlahan membuka mata. Dengan kedipan mata yang masih lemah, ia berusaha mengumpulkan seluruh ingatannya, ada apa yang terjadi dengannya, ia ada dimana dan kenapa bisa berakhir di sana.

"Kita sembunyi di sini saja, halaman depan bahkan sampai ke aula pernikahan, dipenuhi oleh pasukan perang," ujar seseorang dari luar pintu ruangan tempat Dorrota Codi beristirahat.

"Aku dengar semua karena keluarga Taddeus yang tak tahu malu itu." seseorang lain menyahut dengan nada sengit.

"Iya, memang tak tahu malu. Semua dimulai dari Taddeus yang menyukai wanita dari darah asing, lalu Taddeus yang sering kembali bepergian mencari istri pertamanya."

"Ditambah juga dengan Math yang tertangkap basah tidur bersama pria. Hahaha..."

"Sekarang ganti Usstica yang berbuat aneh, sampai harus membuat Math menikahinya, demi nama baik klan ini."

"Keluarga penerus sungguh meresahkan."

"Benar, seharusnya lengserkan saja, diganti oleh ketua John saja, usir saja keluarga Taddeus."

Percakapan dua perempuan klan Male yang berbincang di lobi, tepat di depan kamar tempat Dorrota berbaring, terdengar sangat jelas oleh telinga Dorrota, membuatnya banyak memikirkan semua hal.

"Math siapa yang mereka bicarakan? Aku harap bukan Math yang akan aku nikahi." gumam lirih Dorrota.

Sementara percakapan dunia wanita terhenti sejenak karena ada beberapa orang yang melewati keduanya. Tuan Xillas Codi, menghampiri putrinya yang masih terbaring sendirian, di kamar tamu khusus milik keluarga Male.

"Putriku, kamu sudah membaik?"

"Ayah..." Dorrota menyambut kedatangan sang ayah.

"Bagaimana? Pernikahan ini akan berlanjut atau putriku memiliki pemikiran lain?"

"Aku sedikit ragu, Ayah. Aku..."

"Katakan saja, Putriku. Apapun akan ayah lakukan untuk keluarga ayah."

"Tapi..." Dorrota begitu berat untuk melanjutkan apa yang dipikirkannya.

"Putriku...percayalah, ayah selalu berada di belakangmu." Xillas codi menanggapi keluhan putrinya dengan baik.

Ketegangan semakin menjadi saat Xillas Codi datang membawa pasukan bersenjata lengkap lebih banyak. Bahkan Redrik pun bangkit bersiap, mulai terpancing dan merasa tertantang.

"Jangan melupakan kesepakatan yang telah kita buat sebelumnya, Tuan Matte," ucap tegas Xillas Codi sambil berjalan memasuki aula penghakiman itu.

Semua mata kembali tertuju pada Xillas Codi, dibawah ketakutan karena banyak pasukan bersenjata, semua anggota klan yang hadir masih berusaha tetap tenang. Mereka mempercayakan kehidupan yang mereka miliki, pada ketangguhan pasukan Male yang dipimpin oleh Redrik.

"Aku mohon kalian semua tenang." Mattew berdiri lalu berjalan ke tengah-tengah kerumunan. "Tidak akan ada baiknya jika kita berperang di dalam istanaku. Kesepakatan pernikahan aku serahkan kembali pada para mempelai. Bagaimana Usstica dan Math?"

Saat itulah, Zurick datang dan membisikkan sesuatu ke telinga Mattew. Dari perubahan raut wajahnya Mattew, terlihat jelas Zurick tak membawa kabar baik.

"Tuan Xillas Codi, kami merasa sangat terhormat akan kedatangan anda di tempat kami. Kesepakatan perkawinan akankita lanjutkan untuk cucuku Math dengan putri anda Dorrota Codi," ucap Mattew lalu menyalami tuan Xillas sebagai langkah awal hubungan baik.

"Tuan Bongsia, tuan muda Benedict, kalian telah melampaui batas kesabaranku. Jadi aku nyatakan pembatalan kesepakatan pernikahan dan aku terima tantangan perang dari kalian." Mattew menunjukkan wajah yang lebih serius dari sebelumnya.

Sebagai pihak pria yang ditolak, tentu saja sangat marah dan merasa terhina. Namun, Redrik dan Zurick telah mempersiapkan pasukan dan strategi perang sedemikian rupa, ditambah bantuan dari pasukan tuan Xillas, membuat peperangan dimenangkan oleh keluarga Male.

"Kalian telah membantai banyak pendudukku dengan kejam tanpa pengampunan, akan aku pastikan kalian akan menerima balasan yang sesuai." Redrik menyumpahi Bongsia sambil menodongkan senjata tepat mengarah pada kepalanya.

"Aku rasa ini salah paham. Kami belum memerintahkan apapun pada pasukan kami," killah Bongsia berlutut di tanah dengan kedua tangan terlipat di belakang kepala.

"Kami menemukan jejak senjata persis seperti yang kalian miliki. Jangan mencoba menghindar dengan licik!" Zurick menegaskan apa yang ia temukan.

"Terlalu banyak nyawa yang kalian ambil." Mattew mendekati Bongsia, " Masukkan klan sampah ini ke dalam penjara! Kita pikirkan hukuman paling pantas untuk mereka."

"Hahaha...sungguh lucu klan Male ini, jelas sekali kalian ini juga klan pembantai tak berhati nurani, tapi bisa-bisanya mengatakan kami sampah." Benedict dengan pongah membalas ucapan Mattew.

Mattew yang berdiri tak jauh darinya, menjadi terpancing amarah, lalu mendaratkan satu pukulan tinju tepat ke wajah Benedict di sambut tepuk tangan dan seruan kemenangan dari semua keluarga Male yang masih bersedia hadir di aula penghakiman itu.

.

.

.

Sementara itu, upacara pemakaman masih berlangsung di halaman Camp yang didirikan oleh Miltus. Tampak asap mengepul sebagai pertanda kremasi sedang berlangsung.

Mesh Mayya tampak bersimpuh di tanah tak jauh dari api kremasi yang membesar, memeluk tubuh adiknya yang masih tampak pucat. Keduanya larut dalam kesedihan karena ibu yang sangat mereka cintai lebih dari apapun, telah ditembak mati oleh orang yang tak memiliki nurani.

Miltus berjalan mendekati Mesh, menepuk pundak Mesh dengan maksud memberikan sedikit keberanian agar mampu mengikhlaskan kepergian sang ibu.

"Apa salah kami? kenapa selalu saja ada makhluk yang menyebut dirinya manusia, namun berperilaku melebihi kejamnya binatang." tangis sendu Mesh.

"Kakak..." Liricca pun terus terisak dalam pelukan Mesh.

"Tak ada hal yang lebih menyayat pikiran, ketika kita kehilangan orang penting dalam diri kita. Apalagi kehilangan ini terhalang oleh perbedaan alam." Miltus duduk di samping Mesh.

"Benar katamu, Tuan. Bahkan meski aku kehilangan ibuku, tapi aku masih bersyukur bisa menemukan jasad ibuku, semua berkat tempat ini."

Ucapan bela sungkawa secara bergantian terlontar dari mulut-mulut semua warga yang menghuni camp itu.

"Tuan Miltus, aku mendengar pembantaian dilakukan oleh klan Zuba demi mendapatkan pernikahan dengan putri Klan, Usstica." anak buah Miltus mendekat lalu melaporkan apa yang ia temukan.

...****************...

Tp be continue...