NovelToon NovelToon
Black Parade

Black Parade

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Identitas Tersembunyi / Kutukan / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Dendam Kesumat
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Sad Rocinante

Nb : konten sensitif untuk usia 18 tahun ke atas !

Parade Hitam, wabah Menari.
Kisah kelam dalam hidup dan musik.
Tentang hati seorang anak manusia,
mencintai tapi membenci diri sendiri.
Sebuah kisah gambaran dunia yang berantakan ketika adanya larangan akan musik dan terjadinya wabah menari yang menewaskan banyak orang.

------------------------------------------------

Menceritakan tentang Psikopat Bisu yg mampu merasakan bentuk, aroma, bahkan rasa dari suatu bunyi maupun suara.

Dia adalah pribadi yang sangat mencintai musik, mencintai suara kerikil bergesekan, kayu terbakar, angin berhembus, air tenang, bahkan tembok bangunan tua.

Namun, sangat membenci satu hal.
Yaitu, "SUARA UMAT MANUSIA"

------------------------------------------------

Apa kau tahu usus Manusia bisa menghasilkan suara?
Apa kau tahu kulitnya bisa jadi seni indah?
Apa kau tahu rasa manis dari lemak dan ototnya?
Apa kau tahu yang belum kau tahu?
Hahahaha...

Apakah kau tetap mau menari bersamaku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sad Rocinante, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian I - Candle

Darrr ....

Wuusss ....

Suara angin dan petir bergantian menari dalam derasnya hujan, sementara itu di dalam rumah pohon Saroh dan Sion hanya terdiam menatapi cahaya lilin di tengah-tengah mereka. Sion tetap saja terkapar menggigil, dan seluruh air di pakaiannya berlahan mengalir membasahi lantai kayu rumah pohon.

Melihat keadaan Sion yang begitu memprihatinkan membuat Saroh memberanikan dirinya dan menyarankan agar Sion tertidur di samping tungku pembakaran agar badannya tetap hangat.

Namun, sepertinya Sion tidak sanggup lagi untuk bergerak, sehingga Saroh dengan terpaksa menarik kerah baju Sion dan mengarahkannya agar terlentang di samping tungku pembakaran.

"Sakit, leherku sakit." Dengan suara parau Sion mengeluh karena pakaiannya sedikit mencekik leher.

"Ma-maaf."

Saroh langsung melepaskan pegangannya, sehingga membuat kepala Sion terbentur ke lantai.

"Aduh ...."

"Ma-maaf ...."

Lepas beberapa menit, air di pakaian dan tubuh Sion mulai mengering akibat panas dari api tungku, dan dirinya mulai tersadar serta dapat mengatur napas kembali.

Setelah matanya terbuka dia melihat api di tungku hampir padam sehingga dengan cepat dia terduduk dan mencoba meniupnya serta memasukkan beberapa batang kayu bakar di sampingnya. Api pun mulai membesar kembali, Sion memalingkan pandangannya kebelakang untuk melihat Saroh yang sedang membungkuk kedinginan di sudut ruangan.

"Kemarilah gadis baik, ini adalah rumahmu dan kamu berhak mendapatkan kehangatannya," pinta Sion agar Saroh juga ikut menghangatkan dirinya di depan tungku.

"Tidak, aku belum percaya kepada mu, karena menurut Ibuku manusia selain kami itu adalah orang yang jahat dan harus dijauhi," ungkap Saroh menepis ajakan Sion.

"Kau tidak perlu khawatir gadis baik, karena aku juga punya seorang Ibu yang selalu mengajariku agar tidak melukai orang lain."

"Lalu kenapa kau melukai banyak hewan? Dan kau adalah pemburu." potong Saroh mencoba menyudutkan.

"Aku minta maaf jika itu melukai hatimu, tapi itu aku lakukan agar kami berdua bisa makan karena akhir-akhir ini tanaman sangat susah tumbuh," tutur Sion sembari membuang napas menghangatkan telapak tangannya.

Saroh yang belum pernah melihat orang lain selain keluarganya merasa penasaran akan pria di depannya itu. dengan penuh pertanyaan dia memberanikan diri sekali lagi demi memuaskan rasa ingin tahunya.

"Dimana rumahmu? apakah ibumu baik?"

"Rumahku ada di balik gunung itu, aku tinggal hanya berdua dengan ibuku ditemani seekor kuda dan anjing yang telah menjadi sahabatku. Dan tentu saja ibuku itu adalah orang yang baik," jawab Sion sembari memasukkan kayu bakar.

"Kalau begitu, bagai mana pemandangan di balik gunung itu? Apakah lebih indah dari tempat ini?" tanya Saroh lagi dengan penuh penasaran.

"Ya itu tempat yang cukup indah."

"Kalau begitu tolong beri tahu aku."

"Baik aku akan beri tahu asalkan kau mau menjadi temanku dan menghangatkan diri juga di sini."

Dengan rasa ragu dan penuh penasaran akhirnya Saroh mengiakan permintaan pria di depannya itu dan datang menghampirinya.

"Duduk lah!" Sion menepuk lantai di sampingnya.

"Baik," jawab Saroh.

Melihat bubur yang tadi dia hangatkan telah terlalu lama di atas api membuat Saroh dengan cepat mengangkatnya menggunakan kain lap dan meminta agar Sion memakannya.

"I-ini makanlah agar kamu tidak lapar," pinta Saroh dengan nada masih ragu.

"Terimakasih, tetapi sebaiknya kita makan berdua saja sambil bercerita."

Saroh yang tidak tahu harus berkata apa hanya bisa mengangguk mengiakan.

Selagi mereka memakan bubur yang ada di tengah mereka, Sion mulai mencairkan suasana dengan bercerita tentang dirinya.

"Aku adalah seorang pemburu, rumahku terbuat dari kayu dan ada di balik gunung itu. Tempatnya cukup sejuk dan damai, di samping ladang ada banyak ilalang yang terhampar pada lahan yang sangat luas, sewaktu kecil aku dan kuda serta anjingku sering bermain di sana."

"Anjing? kau punya anjing?" tanya Saroh semakin membuka diri.

"Ya, namanya Leon, dia adalah anjing yang nakal namun setia kepadaku, dan kudaku bernama Apollo dia adalah kuda yang sangat kuat dan lincah. Jika kau mau aku bisa mengenalkannya."

"Ya ya aku mau," jawab Saroh menunduk kegirangan.

Suasana semakin hangat dan mereka berdua semakin akrab.

"Oh ia, mari berkenalan dengan cara yang ibuku ajarkan," pinta Sion.

"Bagaimana itu?"

"Aku memberikan tanganku dan kamu memegangnya seperti ini, lalu selanjutnya kita menggoyangkannya ke atas dan kebawah sembari memperkenalkan nama kita," terang sion sembari menyalamkan tangannya dengan tangan Saroh.

"Oh ya ... ibuku juga pernah mengajarkannya," lanjut Saroh sambil tersenyum dan mereka bersalaman.

"Namaku, Sion."

"Namaku, Saroh."

Mereka berjabat tangan memperkenalkan nama masing-masing.

"Usiamu berapa Saroh?"

"Kata ibuku aku sudah tujuhbelas tahun."

"Kalau begitu usia kita tidak jauh berbeda karena aku juga masih delapanbelas tahun," tutur Sion.

"Aku mengetahuinya karena ibuku pernah menuliskan tanggal 15 Bulan Agustus dan mengatakan bahwa itu adalah tanggal lahirku," lanjutnya.

"Tulis? apa itu tulis?"

"Kau tidak tahu menulis dan membaca?" Sion sedikit terkejut.

"Tidak." Saroh menggelengkan kepalanya.

"Baiklah kalau kamu mau aku akan dengan senang hati mengajarimu nanti, aku akan datang besok membawa kertas dan pena."

"Menulis dan membaca itu seperti apa?"

"Menulis itu ketika kamu menggoreskan pena ke atas suatu kertas tentang apa yang sedang kamu pikirkan, seperti namamu atau hal yang penting bagimu. sedangkan membaca itu adalah ketika kamu bisa mengartikan suatu tulisan dan mengucapkannya." terang Sion sesuai yang dia tahu.

"Kalau begitu aku mohon ajari aku," pinta Saroh sembari memegang tangan Sion.

"Baik, baik, aku akan mengajarimu dengan senang hati sebagai balasanku atas segala kebaikanmu."

Hari semakin sore dan hujan sudah mulai mereda, dua insan yang tadinya tidak mengenal satu sama lain mulai menjadi teman yang saling berbagi kisah. Angin, hujan, dan petir yang tadinya menggoncang bumi sudah mereda dan matahari datang menyapa, sementara itu api di dalam tungku sudah padam dan kayu-kayunya habis menjadi arang-debu.

Sion dan Saroh yang telah melalui waktu berjam-jam hanyut dalam kehangatan api dan kehangatan jiwa dengan tidak sadar telah terlelap dalam tidur. Raga dan jiwa mereka yang seakan saling menemukan mulai terasa penuh akan sukacita dan menghilangkan gelapnya lorong kesunyian yang selama ini mereka rasakan.

Tubuh mereka yang terbaring berlawanan di atas lantai kayu kering, dipertemukan oleh wajah yang saling berhadapan. Sepertinya mereka telah menghabiskan waktunya dengan bercerita berbagai hal tentang diri mereka sendiri sampai tertidur kelelahan dalam kantuk.

Hari telah cerah dan hewan-hewan serta tumbuhan melanjutkan kehidupannya, suara tetesan air dari dedaunan menetes bergantian memantulkan sinar sang mentari, begitu pula kicau burung menggoda angin agar tetap setia berada di bawah sayapnya.

Mendengar tetesan air dan kicau burung di luar membuat Sion terbangun dan membuka matanya berlahan, sangat terkejutnya dia bahwa di depan wajahnya adalah wajah Saroh yang begitu cantik bak bidadari, rambutnya pirang dan lurus menembus angin, alisnya sangat tipis dan halus bagaikan gambar dalam lukisan, kelopak mata dan kantong matanya begitu lembap bagaikan diolesi madu, hidungnya ramping, kecil dan mancung sungguh indah, bibirnya juga basah dan merah teramat menawan di antara kulit wajah yang sangat cemerlang bagaikan mutiara, dan bentuk wajah serta rahang yang sangat simetris dan sempurna.

'Sungguh bidadari telah terlelap di hadapanku,' ungkap Sion dalam hati.

Tanpa disadari, mata Saroh tiba-tiba terbuka sehingga membuat Sion yang terkejut serta malu langsung menutup matanya berpura bahwa dia belum terbangun dari tidurnya.

Sangat terkejutnya pula Saroh karena di depan wajahnya adalah wajah Sion yang begitu tampan bak pangeran, rambutnya hitam dan bergelombang, alisnya sangat hitam dan tebal bagaikan kulit pohon, kelopak mata dan kantong matanya begitu kokoh bak pegunungan, hidungnya ramping, bertulang besar dan mancung sungguh menawan, bibirnya juga basah dan merah tertutupi bulu kumis tipis yang menggoda, begitu pula bentuk wajah dan rahang yang sangat tegas dan gagah sempurna.

'Sungguh ksatria yang menawan telah terlelap di hadapanku,' ungkap Saroh dalam hati.

Rasa kekaguman dan cinta mulai tumbuh antara hati mereka, membuat waktu sekejap seakan berhenti berjalan dan menumbuhkan keabadian di antara mereka.

Namun, Saroh yang teringat akan ibunya mulai merasa cemas karena waktu sudah mulai malam dan ibunya akan segera datang menjemputnya di malam hari, membuat dia dengan cepat bangkit dari tidurnya dan membuka jendela agar cahaya menerangi seisi ruangan.

Melihat langit telah cerah dan telah kembali ramah membuat Saroh merasa bahagia, dengan pelan dia membangunkan Sion agar segera pulang kerumahnya yang berada jauh di balik gunung.

"Hei ... hei Sion, bangunlah karena hujan telah berhenti dan sebaiknya kamu pulang karena malam akan segera datang," ujar Saroh sembari menggoyangkan tangan Sion.

Sion yang sedang berpura-pura tidur dengan pelan membuka matanya dan segera terbangun.

"Jadi hari sudah cerah kembali ya? Baiklah aku akan pulang, tapi aku bolehkan kembali lagi besok untuk bersamamu?"

"Ya tentu saja boleh, karena kamu punya janji kepadaku," jawab Saroh dengan tersenyum.

"Baik, aku akan menepatinya besok."

Sion pun keluar dari pintu rumah pohon dan menuruni tangga, tetapi tiba-tiba dia naik lagi dan merangkak ke lantai untuk meniup lilin yang masih menyala, setelah apinya mati Sion tersenyum hangat.

"Sisakan untuk hari esok," ungkapnya ramah.

Lalu dia turun lagi dan pergi meninggalkan saroh di dalam rumah pohon itu, Saroh yang telah berdiri di balik jendela melambaikan tangannya memberikan salam perpisahan.

Cinta itu dapat menghubungkan jiwa, dan dapat memenuhi kekosongannya, barang siapa yang telah memiliki cinta dalam hatinya walau hanya sebesar kerikil, dia akan mendapati dirinya dalam pesta perjamuan orang-orang kudus.

1
Sulis Tiani Lubis
negeri yang dibalik?
L'oreal ia
jadi bacaan cewek cocok, apalagi cowok.
pokoknya netral dah, baru kali ini ketemu novel klasik kayak novel terjemahan aja
Gregorius
thor, Lo gila kayak pas nulis ini
Anonymous
lupa waktu jadinya
hopitt
alur cerita penuh warna, tidak monoton, naik turun kayak mood gw wkwk
Kyo Miyamizu
cerita ini bikin segala macam perasaan muncul, dari senang sampai sedih. Gila!
SAD MASQUITO: terima kasih kawan atas kesediaannya membaca novel saya
SAD MASQUITO: terima kasih kawan atas kesediaannya membaca novel saya
total 2 replies
AmanteDelYaoi:3
Mendebarkan! 😮
SAD MASQUITO: terimakasih banyak, kakak pembaca pertama saya, akan saya ingat.
izin screenshot ya kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!