NovelToon NovelToon
Suami Yang Ku Benci

Suami Yang Ku Benci

Status: sedang berlangsung
Genre:Hamil di luar nikah / Anak Kembar / Keluarga
Popularitas:26.4k
Nilai: 5
Nama Author: Sasa Al Khansa

Masa lalu membuat Sapphira Mazaya membenci suaminya. Namun, demi kedua buah hatinya, ia terpaksa menikah dengan Kaivandra King Sanjaya, ayah dari kedua anak kembarnya.

Kaivan melakukan berbagai cara hingga Sapphira mau menjadi istrinya. Rasa tanggung jawab atas hadirnya sepasang anak kembar yang baru ia ketahui tujuh tahun kemudian membuat ia harus rela hidup dengan kebencian dari perempuan yang kini berstatus sebagai istrinya.

Akankah Kaivan mampu merubah rasa benci di hati Saphira padanya menjadi cinta kembali seperti di masa lalu? Serta memberikan kebahagiaan yang bukan sekedar sandiwara untuk kedua putra dan putrinya?

Happy reading 🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SYKB 10 Saingan Cinta

Suami Yang Ku Benci (10)

Saphira hanya melamun sambil melihat keluar jendela pesawat. Berdosa kah ia pada sang ayah? Namun, ia pun tidak lagi mau di manfaatkan ayahnya.

Jika dulu ia terima saja saat ibu tirinya mengambil upahnya bekerja sambilan di kafe sebagai buruh cuci piring demi memiliki uang , kini ia tak ingin lagi diam. Apalagi ia sangat sakit hati karena ayahnya tak peduli dengan sikap istri barunya itu.

Bersyukur ia dibebaskan dari biaya sekolah karena kebaikan kepala sekolah.

" Kenapa melamun? Masih memikirkan ayahmu?," tanya Kaivan

Saphira hanya menggelengkan kepalanya. Ia enggan bercerita.

Kaivan tak lagi bertanya. Apalagi Saphira menutup matanya.

Di sudut lain, seseorang melihat Kaivan merasa senang. Posisi Saphira yang dekat jendela tidak terlihat. Ia pikir Kaivan naik pesawat seorang diri.

" Hai! Kaivan kamu masih ingat aku?," seorang perempuan menghampiri Kaivan yang sedang menunggu Saphira mengantarkan anak mereka ke toilet.

Mereka baru saja turun dari pesawat.

" Laura?," tanya Kaivan.

" Iya. Ini aku," jawab Laura senang karena masih dikenali oleh Kaivan.

" Ah, kamu banyak berubah,"

Laura yang ia kenal selalu berpakaian sopan dan terlihat polos tidak suka ber makeup. Tapi, wanita yang ada di depannya ini sangat modis dengan make up-nya yang tebal. Juga tidak berkacamata.

" Laura si kutu buku sudah tak ada." Laura tertawa karena ia tahu apa maksud perkataan Kaivan.

" Sendiri saja?," tanya Laura lagi.

" Tidak. Aku menunggu...."

" Ayah!!," Shila berlari ke arah ayahnya. Matanya melotot namun lucu menurut Kaivan.

Tidak hanya Kaivan, Laura pun melihat ke arah sumber suara. Shila berlari ke arah Kaivan sementara Sakha berjalan pelan di samping bundanya.

" Sudah selesai?," Kaivan berjongkok agar setara dengan tinggi sang putri.

" Iya." jawab Shila dengan tetap mengerucutkan bibirnya. " Siapa Tante ini?," tanya Shila sinis.

" Ini teman ayah. Kaivan kembali berdiri. Laura, kenalkan ini putriku Arshila,"

" A.. Apa? Putri?," Laura tergagap melihat ke arah Shila yang memandangnya dengan tatapan tak suka.

Laura berharap, ia salah dengar saat ada yang memanggil Kaivan dengan panggilan ayah. Namun, ternyata tidak.

" Iya. Ini putriku. Dan itu.. " tunjuk Kaivan pada Sakha dan Saphira yang berjalan mendekati keduanya. " Putraku, Arshaka. Dan istriku Saphira Mazaya. Kamu masih mengingatnya kan?," Kaivan memperkenalkan semua anggota keluarganya.

"Ingat. Tapi, aku tidak menyangka kamu dan dia menikah bahkan memiliki dua anak. Padahal kamu dulu mempermalukannya di depan umum demi Jeni," Laura ingin membuat Saphira ingat posisi dia di masa lalu.

" itu masa lalu. Lagipula Itu kesalahanku yang terlalu mengikuti keinginan Jeni." Kaivan melirik Saphira berharap itu tidak membuatnya sedih lagi.

Shila dan Sakha saling melirik. Tidak terlalu paham obrolan orang dewasa.

" Tunggu, mereka kembar?," tanya Laura mengalihkan pembicaraan.

Postur tubuh Shila memang lebih kecil dari Shaka.

" Ya, mereka kembar." jawab Kaivan langsung merangkul pinggang Saphira yang sudah ada di sampingnya.

" Sayang, masih ingat Laura kan? Dia..."

" Temannya Jeni," Saphira tersenyum. Sebenarnya Laura lebih di kenal pesuruh Jeni. Tapi, rasanya Saphira tak pantas menyebut itu.

Seperti halnya Kaivan. Ia pun pangling dengan perubahan Laura. Si kutu buku.

" Ah, kalian benar-benar menikah?," Laura tersenyum getir.

Tak menyangka akan mendapatkan kabar mengejutkan ini.

" Kamu beruntung ya. Kalau saja Jeni tidak berkhianat, mungkin dia yang ada di posisi mu. memang Jeni saja yang bod0h. Padahal kalian sudah melakukan lebih ya,"

Kaivan mengerutkan keningnya tak mengerti dengan ucapan Laura. Sementara Saphira menebak-nebak arti dari ucapan Laura.

" Lupakan. Seperti kata kalian, itu masa lalu. Setiap orang punya masa lalu," Laura mengibaskan tangannya. Dalam hati ia sedikit senang dengan perubahan raut wajah Saphira.

" Maaf, kami harus segera pergi. Anak-anak harus istirahat. Mas masih mau disini?," tanya Saphira.

Terlihat jelas jika Laura berniat memanas-manasi Saphira. Mengingatkan ia pula pada masa lalu yang menyedihkan.

" Tidak. Ayo pulang. Kamu permisi ya, Lau" pamit Kaivan.

Si kembar yang biasanya bersikap sopan dengan mengalami orang yang lebih tua, kini malah melengos begitu saja.

Kaivan dan Saphira hanya menggelengkan kepalanya.

"Iya. Eh, boleh minta no ponselnya, Van?," tanya Laura.

Kaivan mengambil ponsel Laura yang di ulurkan padanya.

Laura menghubungi nomor yang di ketik Kaivan namun, malah ponsel Saphira yang berbunyi.

" Save saja nomor ponsel istriku. Kamu bisa menghubunginya kalau ada kepentingan denganku,"

Laura hanya mengangguk. Ia tersenyum masam.

Mereka pun berpisah.

" Kenapa kamu memberikan nomorku?," tanya Saphira heran.

" Aku tidak mau menyimpan nomor perempuan lain di ponselku. Kecuali rekan Bisnisku. Itupun di ponsel yang khusus ku gunakan untuk bekerja. Bukan nomor pribadi," jelas Kaivan berjalan dengan merangkul pundak Saphira.

Kaivan akan selalu memanfaatkan sekecil apapun kesempatan yang ada untuk bisa melakukan kontak fisik pada istrinya. Karena hanya bila berdua, itu sangat sulit kecuali jika keduanya sedang mendaki bersama.

" Hmm,"

...******...

" Ayo cepat. Jangan sampai kita kehilangan kesempatan untuk bekerja sama dengan perusahaan ini." Seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa.

Ia sedikit kesal dengan sekretarisnya karena malah datang terlambat. Walaupun alasannya adalah kemacetan.

Perempuan yang mengejar langkah bos-nya hanya mencebik. Ia baru datang di kota ini dan masih adaptasi. Ia tidak tahu jika jam masuk kantor jalanan akan semacet tadi.

Keduanya menetralkan deru nafasnya yang begitu cepat. Seekor lebih stabil, pintu pun di ketuk.

" Maaf sedikit terlambat. Jalanan macet," jelas Dimas setelah diizinkan masuk.

Laura mengekor pada sang atasan.

" Tidak apa-apa. Silahkan duduk,"

Laura mengangkat kepalanya karena merasa familiar dengan suara itu.

" Kaivan?," panggil Laura dengan mata berbinar.

" Oh, hai Lau." sapa balik Kaivan.

Dimas melirik keduanya.

" Pak Kaivan kenal dengan sekretaris saya?,"

",Teman kampus," jawab Kaivan singkat.

Dimas mengangguk.

" Mari kita mulai rapatnya," tegas Desta tangan kanan Kaivan yang ikut menyertai Kaivan dan Sintya saat rapat.

Semenjak ada Saphira,Kaivan selalu berusaha untuk tidak terlihat terlalu dekat dengan lawan jenisnya termasuk tidak pernah datang berdua dengan sekretarisnya dalam rapat apapun tanpa Desta.

Mereka pun akhirnya melanjutkan pembahasan proyek yang akan di tangani oleh keduanya.

Laura mencatat poin pentingnya sambil matanya melirik ke arah Kaivan yang nampak mempesona.

Sintya bisa melihat itu. Ia tidak suka. Tanpa saingan saja, Atasannya itu begitu sulit di gapai. Apalagi jika ada saingan.

menurut Sintya, Saphira tidak pantas untuk sang bos.

Sejak Kaivan menjalin hubungan dengan Jeni, Laura sebenarnya sudah menaruh rasa padanya. Namun, ia menyembunyikan perasaan itu karena tidak ingin bernasib sama seperti Saphira. Dipermalukan di depan umum.

" Saya harap kita bisa bekerja sama dengan baik," Kaivan dan Dimas saling berjabat tangan.

" Apa tidak sekalian makan siang bersama disini, Pak Kaivan?," ajak Dimas.

" Maaf, Pak. Saya sudah ada janji dengan istri dan anak-anak saya untuk makan siang bersama,"

" Ah, begitu rupanya."

Dimas kecewa namun bisa memaklumi berbeda dengan Laura yang sangat benci kenapa Saphira seberuntung itu.

TBC

1
Aisyah farhana
nyesalnya telat bapak Hadi
Aisyah farhana
selalu hadir kak
Aisyah farhana
ini buru buru yahh kak banyak typonya mohon koreksi bacanya sedikit aneh jadinya tetep semangat ok
Aisyah farhana
harusnya logika dipakai ya para orang pintar tapi tidak cerdas obsesi itu hanya menjerumuskan Laura ayooo bisa lahhh
Aisyah farhana
apapun semoga yang terbaik buat kalian sekeluarga yahh
Angga Anggi
giman ceritanya ini, blom ktauan apa yg terjadi dgn Sintia ekh mlh kecrta lain
Aisyah farhana
ingatannya mundur yahh kak g apa apa lahhh
yulithong
hmmm mulai.dh penyakit yg paling.ku benci....
Aisyah farhana
aga ga nyambung nihhh belum kelar yg satunya looh ulah siapa lagi ini
Aisyah farhana
sudah d bilangin Saphira ini banyak ulet keket sama uler berbisanya kudu jadi wonder women ini mahhh ga boleh baperan yg dikit dikit salah faham hadeuhhh
Aisyah farhana
kirain kenapa kak
Fatimah Imha
baik
Aisyah farhana
semoga Laura segera kena batunya seperti s Jeni itu g rela Saphira kena mental terus kasian
Bintang Juing
Luar biasa
Aisyah farhana
seperti le mineralll kaya ada manis manisnya hehehehehe
Aisyah farhana
nahhh ini kerjaan s para pelakor hadeuhhh semoga sudah kebal atuh Saphira jangan terlalu yahahh
Aisyah farhana
ada ulet keket ada ulet bulu ada uler juga komplit amat kak
Aisyah farhana
sakit hati bertahun-tahun mungkin butuh waktu lama juga untuk melepaskan rasa itu, yg g ngalami mah ngomong gampang nahh Saphira gimana tuhh
yulithong
ayolag phira....bukalah hatimu....
Yayaya
Aku suka nih! Mari kita buat cerita bahwa masih ada laki2 yg teguh pendiriannya dan gak gampang dibegoin🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!