CANDU CANDY

Bisma menelusuri koridor, pria itu tersenyum lebar kala melihat ksatria nya di ujung koridor.

"Candy ...!" jerit Bisma riang, lalu menepuk pelan bibirnya. Pria itu lupa jika sekarang sedang berada di rumah sakit.

Candy hening, tak ada jawaban, gadis itu sibuk memijat-mijat kepalanya yang pusing.

Bisma langsung menyadari ada yang tak beres dengan sahabatnya, gegas pria itu melangkah, gesit menangkap tubuh Candy sebelum akhirnya hampir ambruk di lantai.

"Candy ... Candy?! -- Dokteeer...!" teriak Bisma sembari memapah tubuh Candy.

....

"Stress berat, kelelahan, kekurangan cairan dan nutrisi. Anda mengalami dehidrasi dan akhirnya menyebabkan Hipotensi. Tekanan darah anda sangat rendah, 70/60mmHg. Saya beri resep vitamin dan obat untuk meredakan pusing, wajib di konsumsi setelah makan ya. Tolong untuk istirahat total ya, Bu Candy. Minimal tiga hari," jelas Dokter.

"Pftt ...." Bisma melipat bibirnya, menahan tawa.

Candy menatap sinis Bisma.

"BU ...." ucap Bisma tanpa suara.

Candy memutar malas kedua bola matanya.

Selesai menebus obat, bukannya mengantar Candy pulang, Bisma membawa gadis itu ke apartemen nya.

"Marcooo ...!" jerit Candy saat menatap anabul kesayangannya.

Marco melompat-lompat kegirangan, ekornya bergoyang-goyang kesana kemari. Mahluk lucu dengan otot kekar itu seolah menjadi moodbooster untuk gadis cantik itu. Hatinya penuh haru kala ada yang menyambut nya pulang.

"Kabar ku? Aku baik-baik saja dong." Jawab Candy sembari mengusap lembut kepala Marco, seolah mahluk itu bertanya apa kabar padanya.

"Duduk lah sebentar, aku akan membuatkan mu sarapan. Setelah itu minum obat mu dan lekas tidur." Bisma berjalan menuju dapur.

"Apa Marco sudah diberi makan?" tanya Candy.

"Sudah, tapi dia tidak menyentuh makanannya sama sekali," jawab Bisma dari dapur.

Candy menatap sepiring daging mentah yang masih utuh di lantai. Matanya jengah. "Jelas saja dia tidak menyentuhnya, kau tidak menyirami daging-daging itu dengan mayones! Apa kau lupa dia sangat suka dengan mayones?!"

Gadis itu berjalan menuju dapur, menyambar sebotol mayones lalu kembali ke ruang tamu.

"Ah ... ya, aku lupa," jawab Bisma.

"Kau bukan lupa, kau sengaja ...!" tuduh Candy.

Bisma terkikik di dapur. "Hey, kenapa kamu menuduh ku seperti itu?"

"Memang kau seperti itu, kau selalu pelit mayones pada Marco!"

Bisma terbahak-bahak sembari membuat nasi goreng favorit Candy. "Hey, buang saja Marco ke nusakambangan!"

GUUUK!

"Hey, lihatlah, Marco marah padamu!" jerit Candy, membuat Bisma semakin terbahak.

Dengan mulut yang masih mencicit bagai burung, Candy mengoles masing-masing daging dengan mayones, menyodorkan sepotong demi sepotong pada anabulnya. Marco duduk dengan rapih, menunggu aba-aba tuannya.

"Eat!" perintah Candy, Marco segera melahap potongan daging yang disodorkan.

"Stop!" perintah Candy lagi dan Marco segera berhenti mengunyah.

"Ok, Good Boy! Eat!"

Marco melahap habis sepiring daging mentah berlapis mayones favoritnya.

Dua piring nasi goreng dan dua gelas air putih hangat tersaji di atas meja makan.

Candy membasuh tangannya, kemudian menggosok tangannya dengan tanah yang sudah disediakan Bisma, lalu mencuci kembali tangannya dengan air hingga bersih. Bergegas dia menuju meja makan dan lekas menyantap nasi goreng buatan Bisma.

"Bakal ngerepotin diri sendiri lagi kan? bersihin diri dari liur Marco. Buang aja deh ke Nusakambangan," sindir Bisma.

"Nih garpu, bentar lagi tembus ke biji mata mu, mau?" ancam Candy.

"Ya lagian-"

"Lagian apa? Najis?" sela Candy.

"Itu tau," sahut Bisma.

"Yaps, najis memang di agama kita. Tapi, di agama kita pun tidak mengajarkan untuk menelantarkan mahluk hidup lainnya kan? Perkara najis? Bukankah Tuhan sudah menunjukkan cara untuk membersihkannya? Jika sudah ada caranya, kenapa aku harus menelantarkan mahluk selucu dan seimut Marco?" papar Candy.

"IMUT NDAS MU, MUKA KAYAK BEGAL BEGITU!" bantah Bisma.

GUUUK!

"Lihatlah, Marco saja protes disamain sama begal," Candy terkekeh.

"Lagipula, kenapa kamu tidak mengizinkan Louis mengadopsi Marco sih?" dengus Bisma.

"Silahkan telfon Louis, hebat jika dia masih mau mengurus Marco. Marco sudah ku latih menjadi anjing petarung yang hebat, anak itu sangat ganas dan sanggup menyerang siapapun. Apalagi mahluk menggemaskan itu hanya mau menurut padaku saja, Bisma. Siapa yang bisa menanganinya selain aku?" Candy tersenyum bangga.

"Tapi Marco tidak menyerang ku tuh," sinis Bisma.

"Jelas saja, karena kalian sama-sama pengawal ku. Marco tau kau sejenis dengannya." Candy terbahak.

"Maksudmu aku terlihat seperti anjing?" ucap Bisma, wajahnya datar.

Candy semakin terbahak-bahak. "Lagi pula, nantinya Marco akan sangat berguna bagi ku dalam mengakhiri pertarungan ini."

"Maksud mu?" Bisma menaikan satu alisnya.

Candy hanya terbahak-bahak tanpa menjawab pertanyaan Bisma.

Bisma menghela napas berat. "Dasar psikopat gila. Cepat habiskan makanan mu, lalu minum obat dan segera tidur."

"Antarkan aku pulang saja, aku akan istirahat di rumah," pinta Candy.

"NO! Itu akan membuatmu semakin stress. Istirahat lah di sini hingga kondisi mu membaik. No kecot, no debat ...!" tegas Bisma.

Candy acuh, tidak merespon sedikitpun. Gadis itu melahap makanannya, menelan dua butir obat dan meneguk segelas air hangat. Dalam diam, gadis itu menuju kamar Bisma dan merebahkan tubuhnya di ranjang. Matanya basah, dada nya sesak. Gadis itu keheranan sendiri, kenapa hari ini dirinya begitu lemah dan cengeng. Sudah nyaris satu jam Candy uring-uringan di dalam kamar sembari menangis tersedu-sedu.

Tok ... Tok ... Tok ...

Candy bangkit dari tidurnya, mengusap air matanya kala Bisma masuk ke kamar. Pria itu tersenyum manis sembari menyembunyikan sesuatu di belakang tubuhnya.

"Kenapa?" sinis Candy, gadis itu kembali merebahkan tubuhnya.

"TARAAAA!" Bisma menyodorkan sekantong cemilan.

Beragam jenis coklat dan ice cream kesukaan Candy yang baru saja ia beli dari pusat perbelanjaan. Tak lupa juga sebungkus pembalut.

Bisma duduk di tepian ranjang. Menatap lembut Candy. Mengusap lembut air mata gadis cantik di hadapannya itu yang kembali menetes. "Hari ini sudah jadwal mu menstruasi, makanya kamu jadi sensitif begini. Ayo pilih, mana yang mau kamu makan, sisanya akan ku simpan dalam kulkas."

Candy mengambil dua coklat dan sebungkus ice cream. Bisma mengusap lembut rambut Candy, kemudian bangkit dari duduknya. Pria itu gegas hendak menyimpan cemilan Candy ke lemari pendingin. Gadis itu menatap punggung Bisma yang menjauh.

Candy tersenyum manis, hatinya penuh haru, dadanya bergetar. Perlakuan manis Bisma untuk kesekian kalinya, membuat gadis itu berdebar-debar. Namun, kala mengingat buku harian Candu, tentang perasaan adiknya pada Bisma, senyuman Candy pun sirna.

Gadis pemilik mata indah itu, kembali menitikkan air mata.

Sembari mengunyah coklatnya, gadis itu bergumam. "Bahkan, suatu saat nanti pun aku harus merelakan mu, Bisma. Tak ada satupun yang berada di sisiku lagi ...."

*

*

*