Tiga orang pria bersahabat dengan seorang gadis cantik dari masa bangku SMP hingga mereka dewasa. Persahabatan yang pada akhirnya diwarnai bumbu cinta yang saling terpendam hingga akhirnya sang gadis tersebut hamil dan membuat persahabatan mereka nyaris retak.
Siapa sangka sebenarnya salah satu di antaranya mencintai seorang gadis yang sebenarnya selama ini amat sangat dekat di antara mereka.
Seiring berjalannya waktu, rasa sakit mulai terobati dengan hadirnya si pelipur lara. Hari mulai terasa bermakna namun gangguan tidak terhindarkan. Mampukah mereka meyakinkan hati gadis masing-masing, terutama gadis yang salah satunya memiliki rentang usia bahkan 'dunia' yang berbeda dengan mereka.
SKIP yang tidak suka dengan KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Menangani si cantik.
"Aku akan membawa Nadia pergi besok ke Borneo."
"Jangan dulu, Nadia pasti belum terbiasa dengan suasana baru." Tolak Bang Angger.
"Aku bicara pada bukan untuk mendapatkan ijinmu, aku hanya menghormati mu sebagai kakak iparku." Kata Bang Arma. "Kita urus istri masing-masing..!!"
Bang Angger tidak bisa menjawab apapun lagi karena memang kini Nadia adalah istri dari sahabat nya. Bang Angger langsung melenggang pergi tanpa sepatah kata pun.
***
Nadia memeluk Bang Angger dengan isak tangis. Sekuat tenaga Bang Angger juga menahan tangis yang menyesakan dada.
"Nadia nggak mau pergi sama Bang Arma, Nadia mau sama Abang aja." Nadia sampai sesenggukan nyaris tak sanggup bicara.
"Abang usahakan menyusulmu disana..!! Baik-baik sama Arma, yang nurut ya dek..!!" Pesan Bang Angger dengan suara parau nya. Dengan penuh rasa satang, Bang Angger memeluk dan mengusap puncak kepala Nadia. "Jaga wibawa Abangmu, kamu tau kan bagaimana harus bersikap..!!"
Mendengar pesan sang kakak, rasanya Nadia nyaris pingsan. Ia tau Bang Arma sebenarnya bukan orang yang penyabar. Emosinya terkadang meledak tak terkendali. Nadia mengakui betul bahwa dirinya bisa berani menggoda Bang Arma karena ingin terlihat penuh pendirian dan keteguhan jika berhadapan dengan semua orang padahal.dalam hatinya merasakan kerapuhan karena terbiasa hidup dalam kesendirian.
Pesawat sudah akan berangkat, secepatnya Bang Arma menarik tangan Nadia. Awalnya Nadia menolak tapi dengan lembut Bang Arma mengecup kening Nadia, seketika itu juga hati Nadia luluh dan mengikuti langkah Bang Arma.
-_-_-_-_-_-
Malam hari Bang Arma tiba di tempat dinasnya. Seorang anggota memberi hormat pada Bang Arma.
"Selamat malam bapak, selamat malam ibu..!!"
"Selamat malam Om Boy."
Bang Arma melirik Nadia agar gadisnya itu juga ikut menjawab sapaan pria di hadapannya.
"Selamat malam, Om..!!" Nadia menjawab mengikuti perkataan Bang Arma tadi.
"Boy, nanti kamu naik ojeg online ya. Saya pulang telat sama... Istri." Kata Bang Arma tak lagi menutupi kenyataan yang ada.
Nadia menoleh seakan tidak terima tapi tidak ada yang bisa di lakukan nya saat ini.
"Siap, Dan..!!"
Bang Arma mengambil uang dari sakunya. Prada Boy terlihat sungkan karena uang yang di berikan Bang Arma terlihat dengan nominal yang cukup besar.
"Ijin Dan. Saya masih ada uang." Tolak Prada Boy.
"Saya tau kamu ada uang, sudah ambil saja..!!" Bang Arma menyelipkan uang di saku pakaian Prada Boy.
"Ijin Danton, ijin ibu...terima kasih."
:
Di dalam mobil, Nadia tidak banyak bicara. Ia hanya menatap sisi jalan sambil sesekali mengusap air matanya.
Sebenarnya dalam hati Bang Arma merasa tidak tega namun setelah pernikahan, Nadia memang memiliki kewajiban untuk ikut bersamanya kemana pun dirinya melangkah.
"Mau makan apa, ndhuk?" Tanya Bang Arma. Memang sejak dulu Bang Arma sudah menyapa demikian untuk memanggil Nadia.
"Nggak lapar." Jawab Nadia singkat.
"Mau cumi bakar?" Bang Arma kembali menawari Nadia cumi-cumi, makanan kesukaan istri kecilnya.
"Nggak mau." Tolak Nadia lagi.
"Nasi goreng cumi?"
"Dimana belinya?"
"Kita kesana sekarang." Bang Arma langsung melajukan mobilnya lebih cepat dari sebelumnya.
...
Nadia menghabiskan makan malamnya dengan lahap padahal tadi dirinya yang lebih gengsi untuk menolak ajakan Bang Arma bahkan sampai tambah dua kali.
"Mau lagi?" Tanya Bang Arma menawari.
"Memangnya Nadia makan banyak??" Jawab Nadia masih mengunyah makanan yang ada di mulutnya meskipun sebenarnya perut rampingnya sudah terasa penuh.
Rasanya Bang Arma ingin tertawa terbahak, pasalnya sejak tadi memang Nadia sendiri yang lebih banyak melahap makanan tapi Nadia seakan tidak menyadarinya.
'Kalau cara halus tidak mempan, mungkin membuat Abang bangkrut seperti ini adalah jalan terbaik agar Abang tidak mau dekat dengan Nadia lagi.'
Tak lama datang lagi semangkuk ketan durian, terang saja matanya terbelalak karena memang dirinya juga sangat menyukai ketan durian.
"Bang, ketan durian nya di bungkus saja donk..!!" Pinta Nadia.
"Nggak aah.. mau Abang makan disini saja." Kata Bang Arma.
Nadia langsung menekuk wajahnya, ia terus melirik Bang Arma yang sudah menyantap ketan durian tersebut. Nadia pun beranjak dan berjalan untuk mencuci tangan.
~
"Waaaahh.." Nadia berjingkat gembira melihat beberapa bungkus makanan di atas meja. "Itu buat Nadia??"
"Bukan, ini untuk istri Abang..!!" Jawab Bang Arma kemudian menyambar tas berisi makanan kemudian berjalan pergi.
"Abang sudah punya istri?? Mbak Riris??? Atau ada yang lain?? Kapan Abang menikah? Kenapa Nadia nggak tau??? Abang benar suka sama dia??" Tanya Nadia saking syoknya. Ia pun berdiri dan menghadang langkah Bang Arma.
"Kamu kenapa? Cemburu??"
"Nggak. Nggak akan pernah." Nadia menatap kedua bola mata Bang Arma, nampak matanya basah membendung air mata.
.
.
.
.