Musim Semi Di Batalyon

Musim Semi Di Batalyon

1. Kopi darat.

Tiga sahabat mengacungkan tinjunya. Begitulah cara mereka bersalam saat bisa bertemu di suatu waktu.

"Dimana Riris?" Tanya Bang Aryo.

"Biasa lah, perempuan.. jangan kau tanya kenapa lambat datang." Jawab Bang Angger.

Disana hanya Bang Arma saja yang tidak bersuara. Ia hanya sibuk dengan batang rokok dan memutar cangkir kopinya. Agaknya ia paham betul bagaimana watak wanita yang biasanya lebih mementingkan ketepatan wajah daripada ketepatan waktu.

Tak lama seorang gadis datang menghampiri mereka. Ia menatap ketiga pria tersebut dengan senyum khas seorang gadis yang penuh dengan kelembutan.

"Luar biasa, lama tak jumpa.. sekarang kau semakin seksi saja." Bang Aryo bersiul tak peduli posisi mereka sedang berada di cafe bertema outdoor.

"Begini kah cara kalian menyambutku setelah lama tidak bertemu?" Tegur Riris.

"Kita memang tidak bertemu, tapi kita selalu ribut di grup setiap harinya." Kata Bang Angger.

Perhatian Riris tertuju pada Bang Arma yang diam tidak menyapanya sama sekali. Ia berdiri, setengah bertumpu badan kemudian bertopang dagu menatap wajah Bang Arma.

"Kamu sariawan?? Kenapa diam saja??"

"Sudah dua yang menyapamu, kenapa saya harus ikut seperti mereka. Kau jelas sehat wal afiat dan tidak ada yang perlu di khawatirkan." Jawab Bang Arma lebih santai.

Agaknya Riris tidak puas dengan salah satu jawaban teman pria nya tersebut. Sejak dulu hingga kini, hanya Raden Armabar saja yang bersikap cuek padanya tapi entah kenapa sikap cuek itu membuat Riris begitu penasaran.

"Kalau aku sakit?"

"Jangan donk..!!" Sahut Bang Angger.

"Selama kamu masih bernafas, belum di tanam di tanah, berarti kamu masih masih baik-baik saja." Tetap saja sifat kaku Bang Arma membuat Riris terkesima.

"Bumper mu lho cuy, ojo ngawur..!!!!!" Tegur Bang Aryo.

Nampaknya sejak dulu seorang Aryo memang begitu mengawasi dan teramat dekat dengan Riris. Tidak ada satupun candaan kasar yang membuat Riris menangis kecuali dari ulah Bang Angger uang jail dan Bang Arma yang kasar juga dingin.

...

Pertemuan kali ini hanya berisi canda tawa dari Bang Aryo, Bang Angger dan Riris namun disana ekor mata Bang Arma hanya melirik setiap gerak Riris, sesekali Bang Arma tersenyum tipis mendengar candaan mereka.

Bagi Bang Aryo dan Bang Angger, sikap dasar pria satu itu sudah biasa namun nyatanya tidak bagi Riris.

"Eehh Riris, menurut mu jika di antara kami ada yang melamar mu.. kamu ingin memilih siapa di antara kami?" Tanya Bang Angger.

"Arma saja." Jawab Riris.

"Kau sudah gila??? Dia itu diam seperti berhala. Apa kau yakin di setiap harinya akan hidup bersama pria irit suara, susah senyum, kaku dan dingin seperti Arma?" Tanya Bang Angger lagi.

Mendengar ucap sahabatnya itu, Bang Arma hanya tersenyum tipis dan sekedar sekilas saja kemudian menghisap rokok yang terselip di sela jarinya.

"Tapi aku maunya Arma." Kata Riris.

"Waahh.. di tantang lu Ar..!! Kapan lamaran??" Jawab Bang Aryo menanggapi Riris dengan datar saja.

"Riris maunya kapan? Saya manut saja."

Riris bertepuk tangan dan berjingkrak gembira, ternyata Bang Arma merespon permintaannya.

Sebenarnya sudah sejak lama dirinya memiliki perasaan lebih untuk pria tersebut namun tidak pernah ada tanggapan. Kini setelah ketiga sahabatnya memiliki karir yang mapan dan tetap juga dirinya yang sudah memiliki usaha kecil, baru lah Riris sedikit lebih berani mengungkapkan perasaan.

"Sebelum kamu kembali ke Donggala. Bisa?"

"Abaaaaang.....!!!!!!!!"

plaaakk..

Terlihat seorang gadis berlarian setelah melempar sebuah sepatu yang di arahkan pada Bang Angger namun harus melayang hingga sampai ke kepala Bang Arma.

"Astagaaaa.. Nadiaaa..!!!!" Pekik Bang Angger.

Bang Arma hanya mengusap keningnya yang terkena imbas lemparan sepatu dari adik kandung Angger Hartanto.

"Kenapa nggak jemput Nadia di tempat bimbel????? Sudah tau besok Nadia mau ujian.." Nadia sampai menangis saking kesalnya.

"Kamu bilang jam tujuh. Ini baru jam enam. Abang pilih tempat disini juga biar jemputnya dekat." Jawab Bang Angger agaknya juga merasa bersalah meskipun adiknya lah yang membuat salah info.

Melihat Nadia menangis, Bang Arma langsung mengambil selembar tissue dan menyerahkan pada Nadia.

Nadia menoleh melihat pria yang memberinya selembar tissue padanya. Seketika mata nya berkedip-kedip melihat Bang Arma.

"Bang Arma????" Tanya Nadia tidak percaya.

"Iya.. dulu saya yang ganti celana mu waktu ngompol." Jawab Bang Arma santai.

"Iiiihh.. Abaaaaang..!!" Nadia nyengir malu karena Bang Arma membuka aibnya di hadapan seluruh sahabat Abangnya.

"Iishh.. kapan?? Bikin malu lu Nad..!!" Kata Bang Angger padahal mereka sudah tau pada jamannya dulu, mereka hidup saling bahu membahu karena tidak memiliki orang tua lagi.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Mama Jihan

Mama Jihan

lanjut

2024-10-31

0

Lusia

Lusia

Aissshhh

2024-04-21

1

Lusia

Lusia

si Arma tipe cool

2024-04-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!