NovelToon NovelToon
USTADZ GALAK

USTADZ GALAK

Status: tamat
Genre:Tamat / Pernikahan Kilat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Terpaksa Menikahi Murid / Suami ideal
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: HANA ADACHI

Kalau nggak suka, skip saja! Jangan kasih bintang satu! Please! 🙏🙏

Gara-gara sebuah insiden yang membuatnya hampir celaka, Syahla dilarang keluarganya untuk kuliah di Ibukota. Padahal, kuliah di universitas itu adalah impiannya selama ini.

Setelah merayu keluarganya sambil menangis setiap hari, mereka akhirnya mengizinkan dengan satu syarat: Syahla harus menikah!

"Nggak mungkin Syahla menikah Bah! Memangnya siapa yang mau menikahi Syahla?"

"Ada kok," Abah menunjuk pada seorang laki-laki yang duduk di ruang tamu. "Dia orangnya,"

"Ustadz Amar?" Syahla membelalakkan mata. "Menikah sama Ustadz galak itu? Nggak mau!"

Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah pernikahan mereka akan baik-baik saja?

Nantikan kelanjutannya ya🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10. Om Suami

Di dalam kamar, Syahla sibuk merenung tentang hal-hal yang ia lalui selama beberapa hari ini. Diganggu oleh geng Samurai, dilarang kuliah di jakarta, hingga akhirnya menikah dengan ustadz paling ia benci di pondok dulu. Dia jadi berpikir, apa ada kisah hidup yang lebih rumit dari ini?

Lama berpikir, Syahla mulai khawatir kalau suatu saat Ustadz Amar akan melanggar batas di antara mereka. Dia tahu sebagai pasangan suami istri sebenarnya boleh-boleh saja saling bersentuhan, namun sebagai seorang gadis berumur 19 tahun, dia merasa masih terlalu dini untuk melakukan hal-hal seperti itu.

Maka, untuk mengatasi kekhawatirannya, Syahla mengeluarkan segulung lakban hitam. Tanpa persetujuan sang suami, ia mulai membagi rumah itu menjadi dua dengan lakban hitam sebagai tanda batasnya.

"Ini apa?" Ustadz Amar muncul saat Syahla sedang sibuk dengan kegiatannya. "Kenapa lantainya kamu lakban?"

"Ustadz tuh nggak ngerti, ya?" Syahla berdiri dan memandangi hasil karyanya sambil tersenyum puas. "Ini tuh batas ruangan kita, saya di sisi kanan dan Ustadz di sisi kiri. Lakban ini sebagai pembatas wilayah masing-masing. Setiap orang tidak boleh masuk ke wilayah yang lain,"

Ustadz Amar menebarkan pandangan ke seluruh ruangan. Kamar mereka berdua memang saling berhadap-hadapan, dengan bentuk rumah yang kotak, membuat Syahla menempel lakban tepat di tengah-tengah.

"Kalau misalnya melanggar batas bagaimana?"

"Didenda! Sekali melanggar lima puluh ribu rupiah!"

"Hm.." Ustadz Amar tampak berpikir. "Terus, kalau misalnya saya mau cuci piring, bagaimana? Wastafelnya kan ada di wilayah kamu, jadi semua piring kotor kamu yang cuci ya?"

Syahla terhenyak. Ia memperhatikan kembali dapur yang sudah ia bagi menjadi dua. Benar saja, di wilayah Ustadz Amar ada kompor dan kulkas. Sementara di tempatnya sendiri hanya ada wastafel dan kotak sampah.

Berarti, nanti aku nggak bisa ambil snack di kulkas dong? Batin Syahla galau.

"Yaudah deh, kalau dapur itu area bebas, jadi siapapun boleh!" Putusnya kemudian.

"Tapi, kok rasanya nggak adil ya?" ustadz Amar mengusap-usap dagunya yang bebas jenggot.

"Maksudnya?"

"Rumah ini kan saya yang beli. Terus saya malah dikasih batas untuk masuk ke rumah saya sendiri. Itu kan nggak adil namanya,"

"Ck, perhitungan banget sih Ustadz! Kita kan suami istri!"

"Hm.." Ustadz Amar tampak berpikir lagi. "Tapi saya pikir, kita berdua masih belum jadi suami istri sesungguhnya,"

"Loh, loh, loh, kok bisa begitu? Kan Ustadz sendiri yang sudah melafalkan ijab kabul di depan pak penghulu!"

"Belum cukup Syahla," Ustadz Amar menggelengkan kepalanya. "Coba kamu pikir lagi. Umumnya, pasangan suami istri akan punya panggilan kesayangan untuk masing-masing. Kalau kamu manggil saya 'ustadz', memangnya masih bisa disebut pasangan suami istri sungguhan?"

"Hah?" Syahla terheran-heran. "Ustadz panggilannya ya 'ustadz' lah! Memang apa lagi? Ustadz mau dipanggil 'sayang'?"

"Kalau kamu nggak keberatan nggak papa.." Ustadz Amar menjeda kalimatnya agak lama. ".. Sayang,"

Syahla langsung merasa merinding mendengar panggilan itu. Ia menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

"Cukup! Jangan pernah panggil saya begitu lagi! Oke, biar terasa seperti suami istri sungguhan, mulai sekarang, sampeyan saya panggil 'Om suami'."

"Kenapa harus ada kata 'om' nya?" Ustadz Amar menautkan alisnya.

"Kan Ustadz umurnya sudah tua, sudah 28 tahun. Sedangkan saya masih 19 tahun. Ibaratnya kita itu seperti om dan keponakan. Betul kan? Kalau begitu, sudah ya.." Syahla mendekati Ustadz Amar sebelum melanjutkan. "Om Suami?"

Ustadz Amar tertawa kecil. "Terserah istri saja deh,"

...----------------...

Setelah perdebatan tentang panggilan suami-istri itu, sebenarnya tidak ada kejadian lain yang istimewa. Syahla yang memang sudah kecapekan setelah perjalanan panjang segera mengurung diri di dalam kamar, tidur. Sementara Ustadz Amar menyiapkan bahan-bahan untuk pekerjaannya besok.

Barulah esoknya, Syahla kalang kabut. Dia bangun kesiangan, padahal hari ini dia ada kelas pagi.

"Sarapan dulu," Tegur Ustadz Amar saat melihat Syahla menutup pintu kamarnya dengan terburu-buru, dan langsung mengambil sepatu dari rak.

"Nggak sempet, sudah telat!" Syahla menjawab sambil menyimpulkan tali sepatunya.

Ustadz Amar yang sedang enak-enaknya sarapan segera berdiri, kemudian mengambil dua iris roti dan mengoleskan selai cokelat pada salah satu roti. Setelah itu, ia menempelkan dua lembar roti itu dengan selai cokelat sebagai perekat.

"Setidaknya isi perut dengan ini," Ustadz Amar memberikan rotinya kepada Syahla. Ia kemudian mengambil sepatu dari rak. "Makan saat di mobil saja. Saya antar,"

Syahla terkejut menerima roti itu. Ia ingin menolak tawaran suaminya, tapi setelah melihat jam tangannya sudah hampir menunjukkan pukul 07:30, ia akhirnya menurut saja.

Di perjalanan, Syahla hanya bisa terdiam sambil memakan rotinya. Beberapa kali ia tampak mengecek handphone, memastikan teman sekelasnya membalas apakah dosen mereka sudah masuk apa belum. Dia sudah izin selama tiga kali pertemuan, dan dosen killer ini pasti tidak akan memberi izin selanjutnya. Kalau Syahla tidak masuk hari ini, sudah pasti nilai C akan ia kantongi.

"Ayo dong cepetan bales," keluh Syahla dengan mulut tersumpal roti dan tangannya mengetik pesan.

"Ditaruh dulu handphonenya Istri," tegur Ustadz Amar. "Habiskan dulu makanannya,"

"Sebentar!" Syahla masih sibuk mengetik pesan. "Takutnya dosennya sudah datang!"

Ustadz Amar menghela napas panjang. Sepertinya sudah saatnya ia mengeluarkan jurus andalannya.

"Satu.."

Syahla langsung menoleh kaget. "Apa-apaan sih, kenapa pakai hitungan segala? Memangnya ini di pondok?"

"Dua.."

Ustadz Amar tampak tidak memperdulikan seruan protes Syahla.

"Ti—"

"Iya, iya, sudah nih," Syahla dengan dongkol menaruh handphonenya. "Sudah jadi suami masih saja galak,"

Ustadz Amar tersenyum mendengarkan omelan Syahla. Meskipun selalu protes, Syahla masih tetap takut pada metode hitungannya itu.

Sampai di kampus, Syahla langsung berlari keluar dari mobil. Ia ingin segera masuk ke ruang kelas, tapi langkahnya terhenti melihat Ustadz Amar mengikuti di belakangnya.

"Om Suami, ngapain ngikutin saya?"

Ustadz Amar mengangkat bahu. "Siapa yang ngikutin kamu?"

"Ya ini? Ngapain ikut-ikut kesini? Memangnya Om nggak kerja? Udahlah, nggak usah jagain saya sampai segitunya. Kalau siang-siang begini masih aman kok,"

"Nggak usah geer. Saya kesini memang mau kerja," Ustadz Amar menunjukkan tas ranselnya. Syahla masih tidak mengerti. Kalau bekerja, ngapain ke kampus?

Ustadz Amar kemudian melangkahkan kakinya mendahului Syahla. Syahla yang terlanjur penasaran akhirnya mengikuti di belakang. Dia sama sekali lupa dengan kelas pagi bersama dosen killer yang mengancam nilainya.

Rupanya, Ustadz Amar pergi ke gedung Fakultas MIPA, yang bersebelahan dengan Fakultas Sastra tempatnya belajar.

"Om, jujur deh, Om ngapain sih kesini segala? Mau kuliah lagi?" Syahla masih terus bertanya sambil mengikuti suaminya dari belakang.

Ustadz Amar sebenarnya sangat risih dengan panggilan 'om' itu. Tapi ia memilih diam saja dan tidak menanggapi celotehan istrinya. Ia kemudian menghentikan langkahnya di depan ruangan dosen.

"Eh, Pak Amar sudah masuk. Apa kabar Pak?" Sapa seorang cleaning service yang baru keluar dari ruangan sambil membawa sapu pel. "Saya kira bapak minggu ini masih cuti. Ternyata sudah masuk ya,"

"Sudah Mas Anton. Alhamdulillah urusan saya sudah beres," Ustadz Amar tampak menyalami cleaning service itu dengan akrab.

"Aduh pak, jangan salaman. Tangan saya kotor, nanti kalau bapak ketemu mahasiswa jadi malu,"

"Yaampun mas, biasa saja. Saya kalau di rumah juga sering ngepel kok," jawab Ustadz Amar sambil tersenyum.

Selama itu, Syahla hanya bisa mengedip-ngedipkan matanya dengan cepat sambil terbengong-bengong. Karena sudah terbiasa melihat Ustadz Amar di pesantren, Syahla sampai lupa kalau suaminya adalah lulusan magister Ilmu Kimia.

"Ngapain masih di sini? Mau ikut masuk? Katanya tadi ada kelas pagi," Ustadz Amar mengalihkan pandangan pada Syahla yang masih berdiri di belakangnya.

Perkataan Ustadz Amar segera membawa kesadaran Syahla kembali. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia segera berlari terbirit-birit menuju kelasnya sendiri.

Dosen killer, I am coming!!!

1
Samih Nurmala
kiraiin qobiltu nikaha hahahahaha
Sri Astuty
met sore. novel sangat bagus
Fitri Riyani
Luar biasa
karyaku
hi kak mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y kk
Emai
JD penasaran. suami syahla kerjanya apa si. bisa berangkat ke Amrik. butuh beli tiket, biaya syahla, beli tiket untuk ipar nya dan banyak lagi. dia dlu dosen tapi kan udah resign masa iya masih minta sama orang tua???
karyaku: hi kak mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y kak
total 1 replies
yulianti 1707
maaff... ko manggil suaminya 'sampeyan' ya ?
apalagi suaminya lebih tua
karyaku: hi kak mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y kk
total 1 replies
Siti Aminah
Luar biasa
Inara Cantik
aku jijik.. eneg baca chafter ini.... bukannya saling menguatkan suami istri malah nambah masalah baru... sharla.. loe bener bener... super duper oneng... masalah itu timbul krn ulah kekanakan mu sendiri...
karyaku: hi kak mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y kk
total 1 replies
Ilda Yunita
Luar biasa
Inara Cantik
wkwkwk... kalo seneng dg sesuatu apapun dilakukan.... lanjut tadz
Vitamincyu
👍👍👍
Umy Dila
Buruk
Umy Dila
Biasa
Ririndiyani
kenapa pake dek Lala dek Lala segala jd baca kurang enak
Yhunie Andrianie
oallaaahhh wes falling in love💞 rupa ny pak ustadz🤭🤭
Ta..h
😅😅😅 ustadz amar iseng ya cemburu nya lucu.
Ilham Bay
Luar biasa
Ilham Bay
Lumayan
Susanti Susanti
Luar biasa
Wiwin Almuid77
jadi inget pas di pesantren dulu ada temenku yg suka bikin cerpen gitu...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!