seorang pemuda remaja yang bernama Gilang, dipindahkan dari sekolah lamanya menuju sekolah baru yang berada di Sumatera.
Sumatera itu sendiri adalah tempat kelahiran asal Gilang dan orang tuanya sebelum pada akhirnya mereka pindah ke kota Jakarta.
di sanalah Gilang diuji untuk mendapatkan jati dirinya yang sesungguhnya.
pernyataan bahwa gelang bukan seorang manusia biasa, membuat gelang shock namun tidak membuat gelang depresi.
tugasnya kali ini, selain mencari jati dirinya ialah mengumpulkan semua keturunan terakhir dari inyek leluhur/manusia harimau.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuliana.ds, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
eps10
Karena hal yang terjadi barusan, kali ini Gilang memutuskan untuk mempercayai perkataan kakek tersebut untuk sementara waktu.
Takut takut kalau akan terjadi sesuatu kepada Gilang yang tidak iya inginkan.
"Oke kali ini gue akan percaya sama aki, tapi kalau sampai aki ngeboongi gue, gue nggak pernah percaya lagi sama akik sampai kapanpun. Akik paham itu."
Ucap Gilang menunjukkan wajah yang serius kepada kakek tersebut. Mendengar respon dari Gilang, kakek tersebut hanya bisa tersenyum untuk menjanjikan hal tersebut tidak akan terjadi dan dia tidak akan pernah mengecewakan Gilang apalagi sampai membohonginya.
Setelah perdebatan itu usai, akhirnya Gilang memutuskan untuk mengikuti latihan yang dianjurkan dari kakek tersebut alih-alih untuk mencegah hal yang tidak ia inginkan.
***
Beberapa hari telah berlalu setelah Gilang melewati malam bulan purnama itu dengan kejadian-kejadian yang sangat tidak wajar untuk dia rasakan.
Di mana malam itu tidak seperti malam bulan purnama pada yang ia temukan di bulan purnama biasanya.
Dan seperti biasanya pula pagi itu gilang berangkat sekolah menggunakan motor merk Kawasaki nya.
Setelah ia masuk ke kelas dan menyelesaikan pelajaran pertamanya,
Tasya datang menghampiri tempat duduknya Gilang.
"Lang kamu kenapa,?? Kok akhiri akhir ini kamu sering diam,, kamu lagi ada masalah kah?"
"Ah,,, nggak kok.. tenang aja nggak ada yang serius-serius banget kok."
Ucap Gilang dengan menunjukkan wajah seperti senyum terpaksa.
Melihat gelagat dari Gilang, Tasya yakin bahwa Gilang sedang mengalami sesuatu masalah yang tidak bisa ia ceritakan kepada orang lain.
"Kalau kamu nggak keberatan kamu bisa cerita sama aku kok, aku bisa jadi pendengar yang baik kalaupun aku bisa ngebantu aku pasti bantu kamu.."
Ucap Tasya menawarkan simpatinya.
"Iya hahaha nggak apa-apa nggak usah dipikirin,,, gue bisa nyelesaiinnya sendiri kok."
Ucap Gilang meyakinkan Tasya bahwa Tasya tidak bisa ikut campur dengan masalahnya.
"Ya udah sya, gue mau ke kantin dulu ya, gue laper."
Ucap gilang sembari beranjak dari kursi dan meninggalkan Tasya sendiri.
"Eh tunggulah aku ikut, aku juga laper."
Ucap Tasya menyusul berlari mengejar gilang.
Sepanjang perjalanan menunjukkan tim Gilang hanya diam saja tidak seperti biasanya, Gilang yang banyak bicara, ramah terhadap semua orang, ceria.. semua itu seperti tidak ada.
Bahkan sekarang Gilang terlihat lebih macho, cool, dengan logat seriusnya tersebut.
Sepanjang perjalanan Tasya yang berada di belakang Gilang hanya memandangi gilang terus hingga ia tidak sadar, bahwa pemain bola basket yang berada di lapangan kehilangan kendali, dan hampir mengenai kepala Tasya.
"Tasya awas,,,!!"
Saat yang genting tersebut, gila mengambil cingkatannya, mengambil tubuh Tasya kedekapannya, memutar 365° dari arah sebelumnya, dengan tangan kanan yang memegang punggung belakang Tasya, dan tangan kiri yang memegang bola nya.
Karena kejadian tersebut menarik banyak perhatian orang-orang di sekelilingnya yang menatap ke arah Tasya dan gelang, untuk sejenak mereka semua terhening.
Sebelum pada akhirnya, orang-orang yang berada di sana bersorak dan berteriak memberi tepuk tangan kepada Gilang..
"HUUU........."
Suara ramai tersebut seperti membuat ricuh, gemuruh dan sorokan di mana-mana.
Dan seketika itu pula lah Gilang dan Tasya tersadar dari lamunan kekaguman mereka.
Dan dengan reflek Mereka pun melepas kan satu sama lain.
"Hem sorry,, lain kali lo harus fokus sya, jangan sampai kejadian kayak gini beneran ngelukain lo."
Ucap dan nasehat Gilang terdengar seperti perhatian kepada Tasya.
Dengan prasangka tersebut, wajah Tasya mendadak memerah, rasa hangat di wajah seperti memenuhi kepalanya.
"Ummm,, makasih Lang, maaf aku nggak fokus."
Mereka pun meninggalkan tempat tersebut menuju kantin sesampainya di kantin, tasya pun mengulangi meminta maaf.
"Lang maaf ya untuk yang tadi, aku janji deh nggak akan ngelamun lagi. Tapi BTW kamu keren banget tadi, aku baru tahu kalau kamu secepat itu..!"
Mendengar hal tersebut Gilang mengangguk dan menatap ke arah tangannya.
*Lah jangankan elo, gue aja kaget sama Revlek gue. Biasanya gue nggak pernah bisa nangkep bola, masa sekarang langsung jago sih*.
Batin gilang dalam hatinya.
"Kamu bisa silat ya Lang, biasanya orang cekatan seperti itu rata-rata jago silat..."
Ucap Tasya menyadarkan gilang dari lamunannya.
"Hah,, gue nggak tahu sya, gue bisa silat apa nggak. tapi seinget gue gue nggak pernah belajar silat.. Ada belajar pun cuma beberapa gerakan kecil dan itu pun gerakan dasar."
"Berarti kalau kamu belajar silat, ada kemungkinan kamu bisa jadi sangat jago bela diri.!"
"Hehehe mungkin,..."
Ucap gilang sembari bergaruk kepala padahal tidak gatal.
* *
"Nyonya semua barangnya udah siap, ayo kita berangkat."
Uca bidah terhadap ibu Gilang, Mereka ingin melakukan perjalanan pulang dari mereka menuju Jakarta kembali.
"Ya udah itu loh di belakang masih ada tiga lagi ambil deh, gue bawa ini berat banget..ya.."
Ucap ibu Gilang sembari menunjukkan beberapa tas yang berisi oleh-oleh dan pakaian.
"Eh bijah, kalau menurut bibi enaknya kita kapan ya pergi mengunjungi Gilang, kak kita udah lama banget kagak ketemu Gilang.. jujur gue kangen banget loh.. mane itu anak kagak pernah ngabarin, kalau kagak dikabari lupa kali die sama kite."
Ucap ibu Gilang yang telah memindahkan semua barang-barangnya ke mobil dan melakukan perjalanan pulang dengan pembantunya yang berada di sampingnya.
"Duh nya nggak boleh ngomong gitu, mungkin Aden mau ngabarin,, cuma belum sempet aje, pan die banyak tugas di sekolahnye kali."
"Up MM iye kali ye,, kalau gitu kapan ni kite bise main ke sono. Sebenarnya kagak sabar lagi nih gue.."
"Kalau itu aman aje nyonya,, yang penting sekarang kite pulang dulu, Kita istirahat dulu kan habis liburan ke Bali capek nyonya. Ntar kalau nyonya sakit gimane yakan."
"Ya ude deh, lagian amit-amit jangan sampai demam loh."
"Iye Nyon,"
Begitulah perbincangan mereka sebelum pada akhirnya mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju Jakarta.
Waktu pulang sekolah telah tiba, dari hari ini, Gilang yang telah mulai dekat dengan Alina pun mengajukan dirinya untuk mengantar Alina pulang.
Berhubung tempat Alina satu arah dengan rumah Gilang pula.
"Ya udah guys kita duluan ya, ayo Lina."
Alina pun mengangguk dengan ajakan Gilang, mereka menaiki motor dan selalu pergi dari sekolah tersebut.
Namun yang tidak diperhatikan Gilang ialah sedari tadi Tasya melihat ke arah Gilang dan Alena dari belakang.
Sepertinya Tasya yang mulai memiliki rasa dengan Gilang itu mulai cemburu dengan kedekatan Gilang dan Alina.
"Kenapa nggak aku aja sih yang diantarnya, kenapa harus anak baru itu. Terus kenapa aku juga nggak senang melihatnya."
*Nggak mungkin banget kan aku suka sama Gilang. Dia itu bukan tipe aku lagian aku kan mau mengembang kan keturunan inyek seperti yang ayah bilang*.
Batin Tasya dengan menatap ke arah Alina dan Gilang yang berlalu dan perlahan menghilang.