TAMAT SINGKAT 28 SEPTEMBER 2023
Nyata pahit yang Vanessa pernah alami adalah, tak diakui oleh ibu yang telah melahirkan dirinya.
Terlebih, kala Vanessa baru mengetahuinya; tahu bahwa sang ayah yang sangat dia cinta telah lama disakiti ibu cantiknya.
Kekesalan, dendam, amarah, rasa ingin membuktikan membuat gadis 17 tahun itu bertekad untuk merebut kekasih ibunya. "Hello, Calon Papa Tiri...."
"Oh Shitttttt! Aku tidak berniat menikahi mu, gadis kecil!" Rega Putra Rain.
Polow IG kooh... [ Pasha_Ayu14 ] karena di sana terdapat mini clip untuk beberapa nopel kooh...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HOP SEMBILAN
Arjuna terhenyak, selama 17 tahun terakhir, ini hal terseram yang pernah Hilda tunjukkan kepadanya. Tidak mengakui Vanessa sebagai putri biologisnya.
"Aku tahu ini konyol. Tapi, aku perlu itu untuk bisa melanjutkan hidup yang sudah kamu rusak dulu, Juna."
"Aku merusak hidup mu." Arjuna tergelak samar menertawakan kepintaran mantan istrinya. Ya, pintar membolak-balik fakta.
"Bukanya kau mabuk malam itu dan kau yang meminta ku melakukannya? Jangan playing victim!" tambah Arjuna.
"Tapi nyatanya kau yang menodai ku malam itu, Juna. Kau menghamili ku saat aku berhubungan dengan Rega! Kau tahu dia kekasih ku! Kami saling mencintai. Dan kau menghancurkan hubungan kami saat itu! Kali ini biar kami bersama kembali."
Ucapan Hilda membuat Arjuna teringat pada teman sekelas yang tampan dan fashionable, cukup bertolak belakang dengan dirinya yang dulunya dikenal culun.
"Jadi siapa kekasih mu sekarang?"
"Rega." Arjuna tertawa kesal mendengar nama Rega. Pria sukses dan genius yang selalu lebih unggul dari dirinya sedari dulu hingga sekarang.
"Aku mohon Juna. Tolong bantu aku sekali ini saja. Aku bukannya tidak sayang Anes. Aku hanya mau melanjutkan hidup yang sempat hancur karena ulah mu."
"Ok." Tak mau lagi berlama lama negosiasi, Arjuna melepas kedua tangan lembut yang meremas sebelah tangannya. "Aku turuti mau mu. Dan, semoga Anes menerimanya, kau bukan lagi ibunya."
"Ibunya tetap aku." Hilda menyerang balik ucapan mantan suaminya. "Nimas hanya untuk nama di kartu keluarga saja. Ibunya tetap aku, Juna."
Kali ini Hilda menyodorkan kertas yang akan membantu Arjuna mengganti nama Hilda menjadi Nimas. Ada data lengkap tentang Nimas di sana, dan tentunya KTP Nimas harus dituakan usianya.
"Aku tidak mau Anes tahu tentang ini. Dia tetap anakku, kau mengerti," kata Hilda.
Arjuna terkekeh-kekeh, apa pantas Hilda disebut seorang ibu, bahkan binatang saja posesif pada anaknya.
Namun, Hilda berencana mencutat nama Vanessa dari hidupnya, terlepas dari ucapan sayangnya pada Vanessa yang bulshit.
"Kau akan mendapat yang kau mau." Arjuna bangkit dari duduknya.
"Juna." Entah kenapa, Hilda tak rela jika lelaki bertubuh proporsional itu segera pergi dari pandangannya. Meski Rega masih setia di hatinya, tapi Arjuna yang sekarang tak kalah menarik hatinya.
Diraihnya kembali lengan Arjuna meski dia harus kecewa saat Arjuna menatap wajahnya secara nyalang. "Apa lagi?
"Kita bahkan baru sebentar bertemu," ucap Hilda yang terdengar tidak tahu malu.
"Kau berharap apa memangnya?" Arjuna ingat betul, itu kata-kata Hilda di telepon setiap kali dia membujuk wanita itu untuk kembali.
"Aku masih punya cukup waktu. Kita bisa mengobrol sebentar lagi. Memangnya kau sama sekali tidak merindukan aku?"
"Aku sangat merindukanmu. Tapi, aku tidak punya banyak waktu." Arjuna tetap berlanjut untuk menyatroni meja Vanessa dan Nimas.
"Kita pulang, Sayang," ajaknya.
"Loh." Vanessa tampak bingung. "Kok bentar banget ketemunya sih, kenapa? Kalian berantem lagi?" dugaannya.
Arjuna sudah cukup menutupi sisi lain Hilda yang tak diketahui Vanessa. "Dengar Anes. Papa mau kasih tahu kamu. Ini perlu Anes tahu. Hilda bukan ibu Anes."
"Apa?" Vanessa terpelongo. Ini pasti candaan, tapi kenapa wajah ayahnya seserius itu. "Apa bisa seperti ini?"
Arjuna mengangguk. "Ini kenyataannya. Hilda bukan Mama mu. Dia orang lain. Dia tidak berhak kau panggil Mama."
"Juna!" Hilda mendorong sebelah lengan Arjuna agar menghadap padanya. "Apa-apaan kau ini?" berangnya.
"Bukankah itu yang kau mau?" Arjuna terkekeh kesal. "Kau mau mengganti nama Hilda menjadi Nimas. Kau, tidak mau Anes jadi anak mu."
Vanessa tak bisa berkata apa-apa. Gadis itu teramat shock dan hanya bisa meluruhkan air yang berangsur susut dari bendungannya.
Melihat itu, jiwa keibuan Hilda bangkit, tentu saja dia tak ingin Vanessa merasa dibuang sedang dirinya menyayangi anak itu.
"Anes, dengar. Mama kamu tetap Mama Hilda. Tapi, Mama perlu merevisi nama ibu kandung kamu di kartu keluarga Papa, ini semua demi kebaikan masa depan kita."
"Masa depan mu, bukan Vanessa!" Arjuna menimpalinya dengan ketus. "Kau tak pernah menganggapnya anak, akui di depan Anes sekarang juga!"
"Tapi aku menyayangi Anes. Kalau tidak, dia tidak akan pernah mau aku kenal. Kau lihat, selama bertahun-tahun aku membiarkan dia bolak balik ke tempat ku! Itu karena aku menyayanginya!"
"Bulshit." Arjuna membentak. Jika dahulu dia diam diperlakukan semena-mena oleh Hilda, sekarang demi putrinya dia harus tegas.
Hilda tak menyangka, laki-laki yang selama ini merengek untuk ditemui bisa menyentak dirinya di depan banyak orang. Bahkan semua orang seolah menyalahkan dirinya.
Persetan dengan pandangan orang. Hilda hanya perlu meyakinkan putrinya saja bahwa bukan maksud dari hatinya untuk membuang anak itu. "Nes, sampai kapan pun Mama Anes tetap Hilda. Ini hanya..."
"Cukup!" pangkas Vanessa, gadis itu berlari menangis dan masuk ke dalam mobil ayahnya. Hilda ingin mengejar tentu saja, tapi terhalau oleh langkah kaki Arjuna.
"Cukup kau memberinya harapan palsu, Hilda. Kau tidak pernah menyayangi Anes ku. Kau, hanya asyik dengan hidup mu yang berharga."
Hilda tertegun.
"Secepatnya akan aku wujudkan kemauan mu. Anes bukan lagi putri mu. Dan semoga pria yang kau puja. Bisa setia padamu."
Hilda ingin ini dari dulu. Tapi, kenapa sekarang terasa lain. Hilda mematung dengan pandangan yang terpatri pada punggung mantan suami.