NovelToon NovelToon
Gendis, Cinta Diambang Batas

Gendis, Cinta Diambang Batas

Status: tamat
Genre:Dosen / Nikahmuda / Beda Usia / Romansa / Tamat
Popularitas:170.9k
Nilai: 4.8
Nama Author: Re_Putri

Waktu memberi batasan pada dunia yang tidak sempurna. Dan waktulah yang terkadang menjawab setelah keegoisan seseorang mengecohkan sebuah kenyataan yang sebenarnya.

Ditinggalkan oleh kedua orang tuanya dalam sebuah kecelakaan membuat Gendis Ayunda menerima keputusan untuk menikahi Bramasta Dewangga.

Pernikahan mereka yang terjalin tanpa rasa cinta itu harus terkoyak dengan kedatangan wanita yang ternyata sudah menempati hati Bram sejak lama. Seruni adalah sosok yang dicintai Bram sejak dulu. Bahkan wanita itulah yang membuatnya bersemangat untuk meraih masa depan yang lebih baik.

Pilihan antara hubungan pernikahan atau cinta itu menjadi pertarungan hebat bagi Bram.

Memilih cinta yang terus berkobar dalam hatinya atau memilih sebuah hubungan yang harus dia pertanggung jawabkan pada Tuhan yang akan menjadi pilihannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Re_Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Belajar Masak

“Ah, ini tidak akan jadi masalah buat Gendis. Bahkan, dia juga yang menentang keras pernikahan ini. Secara tidak langsung kita memang tidak pernah mengakui pernikahan ini.” Bram bermonolog dalam hatinya. Dia berusaha untuk menenangkan rasa bersalahnya.

Lelaki itu terus saja berusaha berkonsentrasi pada jalan yang hanya diterangi oleh lampu jalanan. Dia berusaha melawan rasa bersalah dalam hati kecilnya.  Sesekali, Bram melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah pukul sembilan malam tapi dia baru membelokkan mobilnya ke arah rumah ibunya yang masih berjarak sekitar sepuluh kilometer dari jalan raya.

Bram pov

Ternyata ikatan yang disaksikan oleh Tuhan memberi rasa berbeda. Memang tidak ada cinta antara aku dan Gendis, tapi kenyataannya aku tidak bisa mengingkari rasa bersalah kala aku bertemu wanita lain dengan perasaan cinta yang masih melekat penuh di hatiku. 

Ini seperti pengkhiatan. Tapi pengkhianatan untuk siapa? Hatiku semakin kacau memikirkan semuanya. Aku merasa bersalah pada Seruni karena kenyataannya statusku yang sudah berbeda baik secara agama atau negara  belum diketahuinya. Padahal kita sudah melalui banyak hal bersama dan tahu perasaan masing-masing, meskipun hubungan kami tidak ada sebuah komitmen. 

Apa pengkhianatan ini terhadap Gendis? 

Aku juga tidak bisa tenang ketika aku mengingat Gendis kala bersama Seruni. Biar bagaiamanapun Gendis istriku. Entah itu tanpa cinta, bahkan kami juga saling tahu jika kami tak menginginkan hubungan ini. Tapi sebuah pernikahan, sumpahku terhadap Tuhan mampu mengikat perasan yang berbeda. Tetap saja aku merasa bersalah meskipun Gendis pun mungkin tidak akan peduli aku bersama siapa atau mencintai siapa. Dari awal gadis itu yang begitu gencar menolak pernikahan ini. 

Author pov

Bram menghela nafas panjang ketika dilema seolah terus memojokkannya. Dia dididik menjadi seorang yang bertanggung jawab, tapi perasaan dan keadaan membuat dirinya tidak tahu apa yang meski dia lakukan. Rasa cinta dan tanggung  jawab atas pernikahannya membuat lelaki itu meraaa cukup buruk.

Suasana perkampungan sudah sepi. Hanya beberapa gerombolan bapak-bapak yang masih asyik mengobrol di beberapa warung kopi. Bahkan, mobil milik Bram satu-satunya mobil yang masih melintas di jalan yang aspalnya sudah sedikit rusak. 

Bram melihat dua wanita di depan teras rumahnya, saat dirinya membelokkan mobilnya di halaman yang cukup luas itu. Suasana rumah besar itu sudah sepi, terlihat Gendis sedang duduk di bangku panjang yang ada di depan bersama ibunya. Padahal jam segini Bu Harun biasanya sudah tidur atau sekedar masuk kamar. Bram melangkah menghampiri dua orang wanita yang kini menatapnya.

“Mas Bram, kenapa pulang sampai larut?” tanya Gendis kemudian berdiri saat Bram berada di depannya. Dia terlihat sedang menyambut lelaki yang spontan menyerahkan map dan sebuah buku hardcover padanya. 

“Kamu sendiri kenapa masih di luar bersama Ibu?” tanya Bram dengan menatap Gendis dan ibunya secara bergantian. Bram memang tidak berani menjawab pertanyaan Gendis. Dia tidak ingin memikirkan lagi dilema yang ada dalam hatinya. Saat ini dia bersama keluarganya, hanya itu yang ingin dinikmati Bram.

“Gendis sudah menunggu kamu yang nggak pulang-pulang. Ibu nggak tega lihat dia sendirian di luar.” jawab Bu Harun yang sudah terlihat mengantuk. Bahkan, sekarang beliau tidak ingin membahas pertemuannya bersama tetangga dan saudaranya barusan. 

“Ibu tidur saja jika sudah mengantuk.” ujar Bram saat melihat ibunya yang sudah menguap beberapa kali.

“Ibu masuk dulu, Nduk.” jawab Bu Harun meninggalkan Gendis dan Bram di luar. Tapi tak lama kemudian sepasang suami istri pun ikut masuk ke dalam. 

“Kamu sudah makan? Mas belum makan, Ndis.” ucap Bram.

“Aku juga belum makan karena menunggu Mas Bram.” jawab Gendis dengan meletakkan buku milik Bram di atas sebuah meja yang biasa digunakan untuk mengerjakan tugas oleh Bram. 

Bram berjalan menuju meja makan, masih ada banyak makanan dari pertemuan tadi. Sedangkan Gendis pergi untuk mengambil piring yang ada di rak belakang. 

“Ndis, sayurnya dihangatin, ya? Sama ayamnya di goreng lagi.” ucap Bram meminta Gendis menghangatkan kuah soto dan menggoreng kembali beberapa potong ayam yang sudah tersaji di meja makan.

“Aku?” tanya Gendis dengan meyakinkan pekerjaan itu untuk dirinya. 

“Iya, lalu siapa lagi? Kamu,kan, istriku?” jawab Bram. Lelaki itu melipat lengan kemejanya hingga ke siku sebelum meletakkan bobotnya. 

Entah kenapa saat ini dia benar-benar merasa menjadi suami. Padahal pada awalnya dia hanya ingin Gendis belajar banyak hal tentang kemandirian. 

“Ah, begini ya jadi suami.” gumam Bram sambil tersenyum tipis. Dia yang biasa melakukan banyak hal sendiri kini ada yang disuruh untuk melayani.

Gendis hanya mengangkat bahunya, seolah dia bisa melakukan semuanya sendiri. Satu persatu dibawanya makanan yang akan dipanasi. Jika untuk memanasi kuah soto bagi Gendis tidak masalah. Itu hal yang mudah, tapi ada yang membuat dia ragu yaitu berurusan dengan minyak panas. Ah rasanya dia ingin menolaknya tapi tidak enak dengan Bram saja. 

Meskipun meminta Gendis melakukan semuanya, tapi sejak tadi Bram memperhatikan gadis itu dengan bersandar pada pintu penghubung antar ruang makan dan dapur.  Lelaki itu memang tidak yakin dengan istrinya. 

Seketika, Bram menggelengkan kepala, ternyata keberadaanya di dapur tidaklah salah. Hanya untuk memanasi makanan saja gadis itu terlihat kaku. Bagaimana jika dia harus memasak? Lagi pula, Bram tidak bisa membayangkan rasa masakanya Gendis . Dalam hati, Bram menertawakan dirinya sendiri karena berharap Gendis akan memasak untuknya makanan yang cukup enak. 

“Itu minyaknya sudah panas, Ndis.” Suara Bram membuat Gendis menoleh. Bukannya memasukkan ayamnya ke dalam minyak panas, Gendis malah sibuk mengelus dada menenangkan jantungnya karena kehadiran Bram yang membuatnya kaget. 

“ Gendis...” lirih Bram dengan wajah tegang saat melihat minyak goreng sudah mulai mengepulkan asap.

Lelaki itu dengan sigap langsung melangkah tepat di belakang Gendis untuk mematikan kompor dan memasukkan beberapa potong ayam sambil merangkul tubuh mungil itu selangkah mundur.

“Mas Bram!” pekik Gendis langsung berbalik memeluk tubuh tegap yang menempel di belakangnya itu. Gadis itu benar-benar takut terkena minyak goreng saat suara ayam yang berbaur dengan minyak goreng terdengar sedikit nyaring. 

Bram tak bergeming dengan pekikan Gendis, lelaki itu hanya menyambut pelukan Gendis dengan satu lengan kokohnya secara spontan. Sementara lelaki yang masih memperhatikan ayam gorengnya itu pun kembali menyalakan kompor dengan api kecil. 

“Ya ampun Gendis, bagaimana bisa kamu jadi istri idaman jika manasin ayam goreng saja gagal.” olok Bram sambil menjauhkan tubuh mungil itu dari depan kompor, kali ini dia yang mengambil alih tugas yang sudah diberikan pada istrinya. 

“Bukan gagal, Mas. Tapi Gendis kaget karena keberadaan Mas Bram yang tiba-tiba.” elak Gendis membuat Bram hanya tersenyum sinis mendengarnya. Istrinya itu memang paling pintar memberi alasan. 

“ Kata Ibu, kan, bisa belajar pelan-pelan.” Lanjutnya dengan memeperhatikan Bram yang sudah meniriskan tiga potong ayam gorang. Lelaki itu pun akhirnya meminta Gendis menyiapkan untuk makan malam mereka. 

1
Asrian Efendi Pohan
huh.. kaburrrr
Asrian Efendi Pohan
Hhhhh, pegal hatiku baca novel ini 😩
Oyah Karlinaa
bagus suka suka pokonya😘💪
gah ara
😢😢😢😢😢😢😢😢😢😭😭😭😢
gah ara
suka....part ini...kena mental kamu bram
gah ara
gendis ih.... aama kek aku..ketika tdk punya orang tua
gah ara
😢😢😢😢
Fitri Ummu Arsyaqila
Luar biasa
Bonot Nort
mntap
Dian Dara Yanti
❤🩷❤
Jetva
ini knapa si Bram nyaman terus ama si Seruni...ga sadar" dia...
Jetva
lebih hormat teman dr pd istri...
reti
terima kasih kak uda bikin cerita bagus 🙏🙏🙏
Rosmiati 52
Luar biasa
Rosmiati 52
ceritanya menarik...lanjut thor
Hana Roichati
Seruni peelaakor, kucing dikasih ikan ya langsung haapp
Azzam Azzam
bukan cinta semu yang membawaku kesini
Rita Susanti
cerita yg bagus kak semangat terus kak ditunggu cerita yg lainnya
Hana Roichati
😭😭😭 teganya kau bram, pshal gendis sudah mulai menyesuaikan kedewasaannya
Hana Roichati
Bram harus terus terang sama seruni klu sdh nikah biar tidak berlanjut terus selingkuhnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!