apa jadi nya semula hanya perjalan bisnis malah di gerebek paksa warga dan di nikahi dwngan ceo super galak???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fuji Jullystar07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 25
Nina menatap tajam, diam tapi penuh kemarahan.
Ia melanjutkan makannya perlahan, tapi pikirannya terus bekerja.
Di balik wajah polos Calista, Nina mencium kelicikan. Gadis itu bukan malaikat seperti yang orang kira, dia vampir berdarah dingin yang perlahan menghisap hidup Arsenio.
Pasti yang ia incar harta kekayaan keluarga Sanjaya.
Dan yang paling mencurigakan pernikahan mereka terlalu cepat.
Terlalu sempurna.
Terlalu tidak masuk akal.
Nina mengatupkan rahangnya.
Dia akan cari tahu. Dia akan bongkar semua rahasia Calista dan jika perlu, menghancurkan semuanya.
---
Setelah makan siang yang penuh ketegangan Arsenio dan Calista keluar dari rumah kakeknya.
" Akhirnya bisa napas juga! " Calista menarik napas lega sambil melonggarkan bahunya.
" Kenapa emang? " tanya Arsenio sambil tersenyum heran.
" Kamu nggak liat? Tante kamu itu... serem banget. Serius, tatapannya kayak macan! "
Arsenio tertawa.
"Kaya macan? Berlebihan kamu."
"Nggak, beneran. Tadi pas makan dia liatin aku gini..."
Calista menirukan tatapan tajam Nina dengan ekspresi lebay.
Arsenio langsung tertawa lagi.
Tapi suara ponsel memotong tawa mereka, Arsenio mengakat dengan kening berkerut.
"Halo? "
"Selamat siang. Kami dari kepolisian, Kami terpaksa menghubungi Anda karena Nona Mariana tidak memiliki wali di sini."
Arsenio langsung tegang.
"Ya, kenapa?"
"Semalam Nona Mariana di serang oleh seorang penguntit .Saat ini dia dirawat di Rumah Sakit Madika."
Tanpa sepatah kata, Arsenio langsung putar balik mobil.
Ekspresinya berubah panik. Calista memanggil namanya, tapi ia tak menjawab. Hanya diam dan fokus menyetir secepat mungkin.
Sesampainya di rumah sakit, Arsenio melompat keluar dari mobil, nyaris berlari masuk ke lobi tanpa menunggu Calista.
"Permisi! Pasien bernama Mariana Liora Velmor?" Tanya Arsenio ke petugas petugas ICU pun mencari nama pasien di komputernya.
"VIP, kamar 23," jawab petugas. Arsenio langsung berlari ke arah kamar.
Calista mengejarnya dari belakang.
Pintu kamar terbuka.
Anna terbaring lemah,wajah pucat, luka di wajah dan tubuh, perban membalut kening dan perut.
"Anna..." suara Arsenio lirih.Arsenio merasa bersalah tidak mengantar nya pulang.
Ia duduk di sisi ranjang dan menggenggam tangan gadis itu erat.
"Kak... Sen..." bisik Anna lemah.
Saat Anna mencoba bangkit, tapi meringis. Arsenio langsung sigap menahannya.
Ia membuka sedikit piyama Anna dan melihat perban di perutnya membuatnya sedikit mendesis.
"Dia nusuk kamu juga? Sialan! Stalker itu harus dihabisi!"
Anna menangis. "Aku takut... banget..."
"Ssst... tenang, kamu aman sekarang. Ada Kakak di sini."
Arsenio memeluknya, membelai rambutnya dengan lembut.
Calista hanya berdiri di sisi ranjang. Menyaksikan semuanya. Sorot mata Arsenio, cara dia menyentuh Anna lembut, tulus, penuh rasa sayang.
Tatapan Arsenio ketika mendapatkan panggilan sama seperti waktu itu saat dia meninggalkannya di Bali, apa karena Anna juga?
Kalau saja kejadian waktu di bandung tidak terjadi apa mungkin sekarang yang jadi istri Arsenio bukan dirinya, tapi Anna.
"Kenapa kamu nggak tinggal di Swiss aja sih? Sama orang tua kamu. Kenapa malah ngikutin aku terus, dari Amerika, ke Swiss, sekarang ke Indonesia?"
"Aku nggak mau jauh dari Kakak. Kita sudah bersama selama itu... aku nggak bisa kehilangan Kakak."
Kalimat Anna menggantung. Bernada ambigu. Penuh makna ganda, mungkin orang kan salah paham dengan maksud Anna.
Anna menyender ke dada Arsenio. "Kakak..." bisiknya manja, matanya sekilas melirik Calista dan ia tersenyum puas.
"Boleh nggak... aku tinggal sama Kakak?"
Arsenio langsung menegang.
"Nggak bisa, Anna. Aku sudah punya istri."
"Tapi Kak... aku takut. Stalker aku belum ketangkap. Gimana kalau dia nyerang aku lagi?"
Air mata jatuh di pipi Anna.
Calista menggigit bibir. Ada rasa tak nyaman, tapi juga... kasihan.
"Arsen," suara Calista pelan.
"Mungkin... kita izinkan Anna tinggal sampai dia sembuh. Aku juga khawatir kalau dia diserang lagi."
Arsenio menatapnya. Diam
Tapi jelas dia tahu ini akan menimbulkan masalah. Seberapa pun dia peduli, Anna tetap orang luar.
" Calista, kita tidak bisa menampung Anna di rumah kita " Calista menatap bingung Arsenio, Anna menatap Arsenio
" Please Arsen jangan sampe kamu menghancurkan usaha ku sia sia, cukup kamu ijinkan aku masuk rumah mu dan kamu akan jadi milik ku Arsen sayang " Ucap Anna dalam hati.
" Kenapa " Arsenio hanya diam.
" Ah Calista aku gak papa, aku bisa tinggal di apartemen lagi, emang sih penjahat nya belum ke tangkap, mau bagaimana lagi aku gak punya lagi tempat singgah lagi " Anna hanya menundukan kepala nya.
Hanya suara isak nya terus terdengar, Calista menatap tajam Arsenio
" Oke kamu bisa tinggal di rumah ku sampai sembuh Anna "
" Makasih Kak Sen " Anna tersenyum puas
" Makasih Calista t*l*l karna kamu rencana ku tetap berjalan kamu sunguh bodoh Calista " Ucap nya dalam hati.
" Arsen aku harus pergi ke toilet bentar yah " Pamit Calista memberi ruang untuk mereka bicara.
" Ya pergilah sayang beri aku waktu untuk menaklukan hati Arsen hahahahah " Ucap anna dalam hati ia tak bisa menyembunyikan kebahagian nya.
Calista melangkah keluar meninggalkan ruangan ia berjalan ke arah kantin.
Tiba tiba seseorang menabrak nya.
" Maaf____ " Ucap nya terhenti ketika melihat nya.
" Calista " Tanya nya memastikan ingatan nya
" Felix kita ketemu lagi di sini "
" Iya "
" Kamu lagi sakit " tanya Calista
" Bukan aku lagi jenguk ibuku dia di rawat di sini "
" Semoga ibu kamu cepat sembuh, apa aku menyita waktu mu?"
" Ngak tenang aja, gimana kabar kamu? "
" Aku baik, aku minta maaf waktu itu " Jawab Calista ketika mengingat kejadian waktu di balli
" Oh aku sempat kaget waktu kejadian di Bali, tiba tiba kamu di bawa Arsen " Canda nya
" Calista makin merasa gak enak "
" Hai jangan terlalu serius aku bercanda, " "gimana kalau kamu traktir aku makan siang? " Tawar Felix.
" Serius oke kamu yang atur tempat nya "
Calista hanya terdiam ketika Felix mengajak nya ke restoran mewah ia mencoba tersenyum melihat daftar menu makanan mata nya membulat melihat harga di menu makanan
" Gak papa kan di sini " Tanya Felix tersenyum
" Pesan aja sepuasnya haahahaha "
Pelayan berdiri tegak di samping meja, membawa buku menu berlapis kulit yang elegan. Senyumnya sopan, menanti dengan sabar.
"Ada yang bisa saya bantu rekomendasikan, Tuan dan Nona?" tanyanya dengan suara lembut.
Felix membuka menu perlahan, matanya menyapu daftar hidangan Ia melirik Calista sejenak, Calista yang di tatap hanya tersenyum mempersilakan.
lalu Felix kembali menatap pelayan.
“Kami mulai dengan tartlet foie gras halal dan king prawn carpaccio,” ucapnya Felix membuat Calista melotot ia melihat menu nya sekitar harga dua menu aja udah 900 rb
Pelayan mencatat dengan anggukan kecil.
"Untuk hidangan utama?" tanyanya lagi.
"Wagyu A5 medium rare 2 porsi, dengan pure kentang truffle dan asparagus panggang. Dan... rack of lamb dengan couscous rempah, saus rosemary dan kurma."
"Sangat baik, pilihan yang sangat istimewa tuan," balas pelayan dengan ramah.
Ia menutup buku menu dan membungkuk sedikit. "Untuk minuman?"
“Mocktail saffron-citrus, dan satu sparkling date juice.”
“Baik, mohon tunggu sebentar. Kami akan segera menyajikannya.”
Calista meneguk air putih dengan kasar tangan nya gemetaran ia harus menghabisakan 4 jt sekali makan.
Ia memeriksa dompet dan kartu ATM makan, Felix hanya tersenyum gemas melihat ekpresi Calista.