NovelToon NovelToon
Transmigrasi Menuju Kemanusiaan

Transmigrasi Menuju Kemanusiaan

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi / Psikopat / Cinta pada Pandangan Pertama / Reinkarnasi / Cintapertama / Balas Dendam
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: AgviRa

Seorang psikopat yang ber transmigrasi ke tubuh seorang gadis, dan apesnya dia merasakan jatuh cinta pada seorang wanita. Ketika dia merasakan cemburu, dia harus mengalami kecelakaan dan merenggut nyawanya. Bagaimana kisahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23

Lucy yang tadinya diam, sekarang berbicara lagi dengan suara yang sedikit bergetar. "Marina, tidak perlu menjelaskan apa-apa lagi. Mama yang bertanggung jawab atas ini semua," kata Lucy dengan nada yang penuh ketakutan, sambil memandang Marina dengan mata yang meminta untuk tidak mengatakan apa-apa lagi.

Tapi Marina tidak ingin Lucy yang menanggung semua kesalahan. "Tidak, Mama. Aku yang salah. Aku tidak seharusnya mengatakan hal itu," kata Marina dengan suara yang penuh penyesalan, sambil memandang Lucy dengan mata yang penuh kekhawatiran.

Anton memandang Marina dengan mata yang tajam, seperti pisau yang siap menusuk. "Jadi, kamu yang selama ini menggunakan kartu kredit milik Alice?" tanya Anton dengan nada yang keras, menunjukkan keinginannya untuk mengetahui kebenaran.

Marina merasa tidak nyaman dengan pertanyaan itu, dan dia memandang Lucy dengan mata yang penuh kekhawatiran. "Aku... maaf, Pa," kata Marina, dengan tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya, lalu mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab lagi. "Benar, akulah yang menggunakan kartu kredit itu, Papa."

Marina yang buta akan cinta, dengan mudahnya memanjakan Roy menggunakan kartu kredit milik Alice tanpa sedikit pun memikirkan akibatnya. Dia tidak menyadari bahwa Roy sedang memanfaatkan dirinya demi keuntungan pribadi, dan Marina hanya melihat Roy sebagai cinta sejatinya, tanpa pernah curiga bahwa Roy memiliki motif lain di balik hubungan mereka.

Anton memandang Marina dengan mata yang membara, ekspresinya berubah menjadi kemarahan yang tidak terkendali. "Kamu menggunakan kartu kredit Alice untuk apa? Papa sudah menjatah kalian dengan nominal yang sama, apa uang segitu kurang banyak Marina? Papa sudah cukup bersabar menahan diri untuk tidak mengatakan sesuatu yang membuat hatimu sakit, kalau memang kamu masih merasa kurang, setidaknya bekerjalah, jangan hanya menjadi beban," kata Anton dengan nada yang keras dan marah, suaranya menggema di ruangan seperti guntur yang menggelegar. Sepertinya hari ini dia sudah tidak bisa menahan apa yang selama ini dia tahan.

Marina merasa semakin tidak nyaman, dia memandang Lucy dengan mata yang meminta bantuan. Tapi Lucy hanya memandang Marina dengan mata yang penuh kekhawatiran, tidak bisa membantu anaknya.

Alice yang sejak tadi diam menonton, membuka suara dengan nada yang santai. "Papa, aku harus segera berangkat ke kampus. Aku tidak ingin terlambat apalagi ketinggalan kelas," kata Alice, sambil memandang Anton dengan mata yang meminta izin juga mengambil tasnya untuk bersiap pergi.

"Baiklah, Alice. Kamu bisa pergi, tapi kita akan membahas ini lagi nanti," kata Anton mengijinkan Alice untuk pergi.

Alice tersenyum dan mengangguk, lalu berpamitan sebelum pergi. Dia menatap Marina dan Lucy dengan senyum smirk yang membuat mereka merasa tidak nyaman, seolah-olah berkata, "Nikmati drama kalian."

Lucy dan Marina merasa seperti sedang dihakimi.

Setelah Alice pergi, suasana ruangan menjadi semakin tegang. Anton memandang Lucy dan Marina dengan mata yang tajam, matanya membara dengan kemarahan yang tidak terkendali. Suaranya keras dan tegas, membuat Marina dan Lucy merasa gugup dan takut.

"Mulai hari ini, semua kartu harus kalian serahkan kepadaku tanpa terkecuali," kata Anton dengan nada yang tidak bisa ditawar lagi.

"Jika tidak, kalian akan merasakan akibatnya yang sangat berat! Dan khusus kamu, Marina, kamu telah membuat Papa malu, dan sekarang kamu membuat Papa kecewa dengan cara yang tidak bisa diterima!" kata Anton dengan nada yang keras, penuh ancaman, dan emosi yang memuncak, membuat Marina dan Lucy merasa seperti sedang terancam dan terintimidasi oleh kemarahan Anton yang luar biasa.

Suara Anton yang berat dan penuh amarah membuat keduanya merasa takut dan cemas akan apa yang akan terjadi selanjutnya, seolah-olah semuanya akan berakhir dengan bencana.

Mereka berdua saling memandang, lalu kembali menatap Anton dengan rasa takut yang semakin besar. Mereka tahu bahwa Anton tidak akan segan-segan untuk melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.

**

Alice berjalan dengan langkah cepat dan pasti, meninggalkan gedung kelas. Dia menuju ke taman yang terletak di sudut kampus, tempat yang lumayan terlihat sepi dan jarang dikunjungi oleh mahasiswa lain.

Saat Alice mendekati taman, dia melihat anggota gengnya sudah menunggu di bangku, di balik pohon-pohon yang rindang.

"Alice, ada apa kamu meminta kami untuk datang ke sini?"

"Iya, Al. Bukankah kamu meminta kita bertemu di gudang kenapa sekarang pindah ke sini? Apa tidak ada tempat lain, seperti kantin mungkin? Jujur perutku lapar sekali saat ini,"

"Maaf, gays. Tapi ini penting sekali dan jangan sampai ada yang tahu masalah ini. Janji deh setelah ini, kalian akan aku traktir makan enak," kata Alice.

Mendengar itu Amel menjadi sangat antusias.

"Jadi, apa yang akan kita bahas?" tanya Sisil dengan nada penasaran.

Alice tersenyum, sebelum mulai membahas topik yang penting dengan gengnya. "Kita akan membahas tentang kejadian di gudang waktu itu," kata Alice, sambil memandang anggota gengnya dengan mata yang serius.

Sisil, Cindi, Luna, dan Amel saling pandang dengan ekspresi yang berbeda-beda, namun semuanya memiliki satu kesamaan, yaitu keheranan. Mereka tidak menyangka bahwa Alice akan membahas tentang kejadian di gudang waktu itu.

Alice memandang Sisil, Cindi, Luna, dan Amel dengan mata yang tajam, mencari jawaban atas pertanyaan yang menghantui pikirannya. "Apakah kalian yang membuat aku pingsan waktu itu?" tanya Alice, suaranya sedikit bergetar.

Sisil, Cindi, Luna, dan Amel kembali saling pandang, lalu menggelengkan kepala mereka secara bersamaan. "Tidak, Alice. Bukan kita yang melakukan hal itu," kata Sisil, sambil memandang Alice dengan mata yang jujur dan penuh perhatian.

Cindi menambahkan, "Kita tidak ada di gudang saat itu, dan kita tidak tahu pasti apa yang sebenarnya membuat kamu pingsan."

Luna dan Amel mengangguk setuju, menunjukkan bahwa mereka semua tidak terlibat dalam kejadian itu.

Alice memandang mereka dengan mata yang penuh perhatian, mencoba membaca ekspresi mereka. Apakah mereka benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, atau apakah mereka hanya menyembunyikan kebenaran?

Sisil mengambil napas dalam-dalam sebelum memulai penjelasannya. "Alice, aku ingin memberitahu kamu sesuatu yang kita tahu sebelumnya," kata Sisil, sambil memandang Alice dengan mata yang serius.

"Kita melihat seseorang yang tidak kita kenal di sekitar gudang saat itu. Dia bersembunyi di balik pohon-pohon dekat gudang, dan kita tidak tahu apa yang dia lakukan di sana,"

Alice memandang Sisil dengan mata yang tajam, mencoba memahami apa yang Sisil katakan. "Apa yang kalian maksud tidak kenal?"

Sisil menggelengkan kepala. "Dia seperti bukan mahasiswi kampus, tapi kita tahu siapa yang memberitahu kita pada saat itu," kata Sisil, sambil memandang Alice dengan mata yang penuh kekhawatiran.

Alice memandang Sisil dengan mata yang penuh pertanyaan, "Jadi, itu orang yang berbeda begitu?" tanya Alice, suaranya penuh penasaran. Sisil mengangguk lalu menceritakan semuanya kepada Alice.

Flashback On.

Sisil dan gengnya sedang berjalan di koridor kampus, mencari Alice untuk meminta bantuan mengerjakan skripsi.

"Aku sudah mencari Alice di perpustakaan, tapi tidak ada," kata Cindi, sambil melihat sekeliling.

"Aku juga sudah mencari di kantin, tapi tidak ada juga," tambah Luna.

Amel menghampiri mereka, "Aku baru saja bertemu dengan mahasiswa yang satu jurusan dengannya, katanya dia melihat Alice pergi bersama seseorang ke gudang belakang."

Sisil memandang Amel dengan mata yang penuh perhatian, "Gudang belakang? Apa yang dia lakukan di sana?"

1
Apis
knp aku ngebayanginya peran alex/alice kaya lucinta Luna ya thor 🤣🤣🤣🤣
LOLLIPOP: Hihi...iyakah?🤭
total 1 replies
Apis
jd critanya alex transgender trs transmigrasi ke tubuh alice yg beneran cewe, baru x ini nemu novel peran utamanya lain dari yg lain 😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!