Sequel dari The Sexy Maid and The King Devil of Mafia.
Arabella, nama yang cantik secantik orangnya, namun tidak dengan kehidupan nya, dia tinggal bersama dengan Ibu tirinya karena kedua orang tuanya sudah meninggal, sikap ibu tirinya sangat buruk terhadap Arabella dia suka menindas dan memakinya.
Suatu ketika Ibu tirinya hendak menjualnya kepada seseorang dan Arabella pun segera melarikan diri ketika mengetahuinya.
Aarav Geraldo Grey, keturunan satu-satunya dari Arthur Geraldo Grey dan Clara Claire. Aarav pria yang dingin dan tegas. Dia tidak pernah menjalin hubungan dengan wanita manapun.
Sampai akhirnya Aarav jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang wanita yang ia selamatkan..
Penasaran, Yuk baca cerita selengkapnya..
Tapi sebelum itu Author ingatin ya!!
Ini ceritanya mengandung kekerasan dan ***+ Nya.
Dan setting-Nya Luar Negeri ya....
Jadi bagi yang nggak suka silahkan skip ya 😊.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ~beauty.author, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghajar Musuh
Dor!! Dor!! Dor!!
Bunyi tembakan senjata memenuhi sebuah markas mafia di daerah Phoenix tersebut.
Selang satu jam kemudian, tidak terdengar lagi bunyi-bunyi senjata itu. Aarav berjalan dengan gagah memasuki markas yang sudah setengah hancur itu dengan di belakangnya Shen yang selalu setia mengikuti bos nya.
Aarav berdecak saat masuk kedalam vila tua yang dijadikan tempat markas itu.
"Ck.. Ck.. Ken.. Ken.. Kau tidak sadar juga ternyata!" Decak Aarav yang sudah berdiri di depan seseorang yang kedua tangannya tergantung dan terikat oleh rantai besi, sekujur tubuh pria itu juga telah hampir dipenuhi oleh darah.
"Aku tidak akan pernah mengaku kalah kepadamu bang**." Ucap pria yang bernama ken itu, dia tampak menahan sakit di sekujur tubuhnya.
"Heh.. Kau pikir, kau pantas bersaing denganku, hah!" Seringai Aarav dengan suara beratnya.
"Lihatlah.. Betapa mudahnya aku menghancurkan kelompok mu ini!" Lanjut nya dengan sedikit merentangkan tangannya melihat sekitar tempat yang sudah hancur berantakan itu.
Huk!! Huk!!
Ken terbatuk dan mengeluarkan banyak darah di mulutnya.
"Hei.. Aku bahkan belum menyentuhmu dan kau sudah mau sekarat!" Ejek Aarav dengan seringai nya yang selalu membuat musuhnya merasa terhina.
"Nyonya Clara ternyata sangat cantik ya.. " Ucap pria itu tersenyum miring, mencoba memancing amarah Aarav karena dia tahu Aarav sangat tidak suka orang lain menyebut nama ibu-Nya.
Dan benar emosi Aarav sudah tersulut, dia memukuli wajah dan perut pria yang sudah lancang menyebut nama orang yang sangat disayanginya dengan mulut kotor pria itu.
"Beraninya kau, menyebut nama ibuku dengan mulut busuk mu itu.. " Emosi Aarav yang sudah memuncak.
Shen yang berdiri di belakangnya saja juga ikut tersulut emosinya mendengar pria itu menyebut salah satu wanita yang sangat mulia baginya, Shen mengepalkan tangannya kuat bahkan urat-urat nya terlihat jelas.
Wajahnya pun sudah merah padam, persis seperti Aarav. "Bos, serahkan dia padaku. Aku akan membuat dia menyesal seumur hidup nya." Seru Shen.
"Tidak Shen. Aku sendiri yang akan menghabisi bajingan ini." Jawab Aarav dengan nafas yang menggebu-gebu.
"Berikan belati Kesayanganku Shen." Pinta Aarav dengan mengulurkan tangannya namun wajahnya masih menatap tajam pria mengenaskan di depannya.
Shen pun memberikan sebuah belati kecil namun dapat dilihat jika belati tersebut sangatlah tajam, baru di sentuhkan dengan kulit saja Akan langsung mengeluarkan darah segar.
Para anak buah the devil's yang berdiri tidak jauh dari sana bergidik ngeri serta nyilu melihat bos mereka memegang belati tersebut dan memainkannya dengan sangat mahir karena Mode psycho Aarav mulai muncul.
*kenapa masih ada orang yang berani mengusik bos. Apa mereka benar-benar tidak tahu se mengerikan apa bos kami ini.* batin salah satu anak buah the devil's yang melihat ngeri ke belati bos nya itu.
Aarav mendekati Ken lagi setelah tadi mundur beberapa langkah meminta Shen memberikan belati nya.
"Kau siap?" Ucap Aarav menatap dingin.
Sekujur tubuh ken langsung gemetar ketakutan, saat melihat Aarav memegang belati mematikan ditangannya itu. Pria malang itu langsung menyesali ucapannya yang benar-benar sudah memancing emosi Aarav.
"Aarav... Tidak.. Tidak.. Maksud saya tuan, saya bersalah dan mengaku kalah. Tolong ampuni saya tuan." Mohon pria itu dengan derai air mata yang sudah membanjiri wajahnya, ketakutan tampak jelas terlihat di wajah yang sudah pucat pias itu.
"Kau tahu, aku paling tidak suka dengan keterlambatan, seperti kau yang sudah terlambat untuk menyesal sekarang." Ucap Aarav dingin dan tatapan mengerikan.
Aarav berjongkok di depan kaki pria itu yang juga terikat oleh rantai besar.
"Sebaiknya, aku mulai dari bawah dulu." Ucap Aarav menyeringai dan menggoreskan belati tersebut ke kaki pria itu sampai ke paha. Kebetulan pria itu menggunakan celana pendek sebatas lutut sehingga belati itu menempel langsung ke kulitnya.
Argggghhh!!
Pria itu berteriak kesakitan, jauh lebih sakit dibandingkan pukul-pukulan keras yang diberikan Aarav tadi. Darah segar sudah bercucuran keluar dari dalam kulit pria itu.
Semua yang berjaga di ruangan itu langsung merasa nyilu dan merinding di sekujur tubuh mereka melihat kesadisan bos mereka itu.
Mereka bersumpah tidak akan pernah menghianati bos mereka apapun yang terjadi.
Berbeda dengan para penjaga itu, Shen justru sudah merasa biasa melihat adegan mengerikan tersebut, bahkan dia juga sering menyiksa para musuh seperti itu sehingga ia tampak santai melihat pria itu di kuliti oleh bos nya.
BERSAMBUNG.