NovelToon NovelToon
Friendzone Tapi Menikah

Friendzone Tapi Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Persahabatan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama / Nikah Kontrak
Popularitas:840
Nilai: 5
Nama Author: B-Blue

Menikahi sahabat sendiri seharusnya sederhana. Tetapi, tidak untuk Avellyne.
Pernikahan dengan Ryos hanyalah jalan keluar dari tekanan keadaan, bukan karena pilihan hati.

Dihantui trauma masa lalu, Avellyne membangun dinding setinggi langit, membuat rumah tangga mereka membeku tanpa sentuhan, tanpa kehangatan, tanpa arah. Setiap langkah Ryos mendekat, dia mundur. Setiap tatapannya melembut, Avellyne justru semakin takut.

Ryos mencintainya dalam diam, menanggung luka yang tidak pernah dia tunjukkan. Dia rela menjadi sahabat, suami, atau bahkan bayangan… asal Avellyne tidak pergi. Tetapi, seberapa lama sebuah hati mampu bertahan di tengah dinginnya seseorang yang terus menolak untuk disembuhkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon B-Blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

"Gue enggak melanggar aturannya, kan?" Ryos bertanya dengan perasaan waswas, dia sudah kelewatan batas dan takut Avellyne marah besar kali ini.

"Enggak," jawab Avellyne sambil menggeleng pelan, "Gue yang ngizinin."

Avellyne menyentuh dada Ryos dan dapat merasakan kuatnya debaran jantung pria itu. Lalu dia menarik tangan Ryos dan mengarahkan tangan itu untuk menyentuh dadanya.

"Debaran jantung kita beda," ucap Avellyne, "Detak jantung gue normal, enggak sama seperti loe, Yos. Gue benar-benar enggak ngerasain apa-apa. Gue seperti manusia enggak normal," ucap Avellyne lagi lalu melepaskan tangan Ryos.

Suasana mendadak hening. Ryos dan Avellyne tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.

Ryos berpikir, lelaki mana yang begitu menyakiti hati Avellyne sehingga wanita itu tidak bisa mencintai pria lain. Di antara para mantan Avellyne, pria mana yang begitu dicintainya dengan tulus sehingga wanita itu tidak bisa menerima cinta lagi.

Ryos mengetahui semua mantan-mantan dari sahabatnya itu, di mulai dari duduk di bangku SMA sampai kemarin, seorang pria yang bernama Jardin.

Ryos menebak, patah hati yang dialami Avellyne membuat wanita itu menjadi mati rasa dan kehilangan kepercayaan.

"Avel... gue akan berusaha sebaik mungkin untuk membahagiakan loe."

Avellyne tersenyum sekilas dan memalingkan wajah hanya seperkian detik lalu dia kembali menatap Ryos.

"Loe selalu membuat gue bahagia, Yos. Meski kita berantem terus, tapi gue merasa bahagia memiliki seseorang seperti loe yang selalu ada di sisi gue. Ya, meski minusnya gue enggak bisa melihat loe seperti seorang pria. Seorang pria yang bisa gue cintai."

"Pelan-pelan aja. Gue tetap yakin benih-benih cinta itu akan tumbuh di dalam diri loe."

"Loe tau, Yos. Loe lelaki kedua yang berhasil mencium gue."

Ucapan Avellyne semakin menguatkan dugaan Ryos, memang benar ada lelaki yang pernah dicintai begitu besar oleh sahabatnya itu.

Ryos tersenyum getir. "Gue kecewa banget karena bukan yang pertama. Eh... tapi, bukannya gue yang pertama, ya?" tanya Ryos.

"Hmm, maksud loe?"

"Waktu kita SMA, waktu kita ke puncak sama yang lainnya. Kita semua tiduran di villa dan loe tidur di belakang gue. Pas gue balik badan malah enggak sengaja nabrak bibir loe." Ryos tersenyum lebar karena mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu.

Sedangkan Avellyne tertawa karena dapat mengingatnya juga.

"Benar banget. Loe sengaja, kan?" ucap Avellyne. Raut wajahnya mulai terlihat berbeda, tidak dingin seperti sebelumnya. Sorot matanya pun terlihat berbinar, menandakan kalau perasaannya kini sudah baik-baik saja seakan beban pikiran yang mengganggu sejak kemarin hilang seketika.

"Sumpah, gue enggak sengaja...." Ryos menghela napas, "Kalau dipikir-pikir dulu itu tingkah kita absurd banget, ya. Setiap kali bertemu kita selalu bertengkar. Sampai anak-anak yang lain selalu bilang kalau kita ini jodoh. Sekarang gue ngerti kenapa bisa secinta ini sama loe, Vel. Karena doa dari mereka."

Avellyne hanya tersenyum tipis menanggapi perkataan Ryos. Dulu setiap kali para sahabatnya meledek seperti itu, dia pasti mengamuk dan tidak terima dijodohkan-jodohkan dengan Ryos. Tetapi sekarang, siapa sangka kalau dirinya benar-benar akan menikah dengan pria itu.

"Sudah malam, Yos. Gue balik dulu."

"Apa loe enggak bisa temani gue sampai besok?" Ryos menatap Avellyne penuh harap.

"Enggak bisa. Gue takut loe malah meminta lebih dari sekedar ciuman."

"Gue enggak seperti itu," ucap Ryos dengan cepat, "Biasanya kalau gue sakit loe pasti menemani gue seharian."

"Kali ini berbeda. Suasananya terasa aneh. Seperti begitu mendukung untuk berbuat maksiat."

Ryos pasrah, dia memahami ketakutan Avellyne dan sebenarnya perkataan wanita itu ada benarnya juga. Suasana malam ini benar-benar terasa asing. Biasanya dia tidak pernah kepikiran atau tidak memiliki keinginan untuk mencium wanitanya dan entah kenapa perasaan itu begitu mendorong serta begitu banyak bisikan sehingga beberapa menit yang lalu dia berani melewati batas.

"Gue pinjam mobil loe," ucap Avellyne sudah berdiri.

"Enggak perlu antar gue sampai depan," ucapnya lagi ketika melihat Ryos bersiap ingin turun dari tempat tidur.

"Kabari gue kalau sudah sampai rumah."

Avellyne bergumam sambil mengangguk sebagai jawaban. Avellyne membawa nampan makanan sambil keluar dari kamar. Dia membersihkan peralatan makanan Ryos sebelum meninggalkan unit apartemen ini.

...

Rumah ini lagi... Avellyne sebenarnya begitu enggan untuk pulang ke rumah di mana dia dibesarkan. Kalau bukan karena terpaksa, dia sebenarnya menginginkan tinggal sendiri. Misalnya seperti Ryos yang bisa tinggal terpisah dari kedua orang tuanya.

Sudah lebih dari tiga puluh tahun Avellyne tinggal di rumah ini. Rumah besar yang terasa sepi. Kalau saja bukan karena para pekerja yang tinggal di rumah ini, mungkin rumah mewah ini seperti rumah tidak berpenghuni.

"Sudah pulang! Gimana kondisi Ryos?" Cintya–Mama Avellyne tampaknya juga baru pulang dari suatu tempat.

"Panasnya sudah reda. Besok Avel mampir ke apartemen sebelum berangkat ke butik sekalian mengembalikan mobil Ryos."

"Kamu harus jaga kesehatan, lusa acara pertunangan kalian berdua. Jangan pikirin soal butik dulu, biar besok Mama yang ambil alih. Kamu temani Ryos aja sampai dia benar-benar pulih."

"Iya, Ma. Avel mau ke kamar."

"Avel!"

Langkah Avellyne terhenti sebab sang mama memanggilnya.

"Maafin Mama karena belakangan ini sudah keras sama kamu. Apa yang Mama lakukan hanya untuk kebaikan kamu, Sayang. Kita hanya berdua sekarang, Mama hanya ingin memastikan kamu hidup bahagia sebelum Mama pergi."

Avellyne merasa sedih karena tiba-tiba mamanya berkata demikian seolah hidupnya memang tidak lama lagi.

Avellyne mendekat dan memeluk Cintya. Meski dia sangat kesal karena sikap mamanya yang memaksa, tetapi sejujurnya dia tidak pernah membenci. Wanita paruh baya itu adalah wanita paling kuat yang pernah ditemuinya.

"Mama jangan ngomong yang aneh-aneh. Jangan bikin Avel sedih. Avel sudah menerima semuanya, kok." Avellyne melepaskan pelukannya dan menatap sang mama dengan kedua mata yang berkaca-kaca, dia juga tersenyum penuh kesedihan.

"Mama enggak akan ke mana-mana sampai Avel punya anak. Mama enggak akan ke mana-mana sampai melihat anak Avel menikah. Mama harus panjang umur. Kita hanya berdua sekarang, Avel belum siap ditinggalkan Mama." Air mata Avellyne sudah jatuh membasahi kedua pipinya, sedangkan Cintya berusaha terlihat tegar.

"Kalau kamu sudah menikah, kamu tidak akan sendiri lagi. Kamu memiliki Ryos yang sangat mencintai kamu dan kamu akan memiliki anak yang sangat menyayangi mamanya."

"Keinginan Mama hanya satu, Sayang. Mama hanya ingin memastikan kamu hidup bahagia dengan lelaki yang tepat. Mama percaya sama Ryos dan Mama percaya sama kamu." Cintya membelai pipi putri satu-satunya dan menghapus air mata Avellyne.

"Mama selalu berdoa agar kebahagiaan selalu menyertai kamu."

"Avel juga melakukan hal yang sama. Avel selalu ingin melihat Mama bahagia. Avel minta maaf, ya, Ma. Karena selalu membuat membuat Mama khawatir."

Cintya yang bersusah payah agar tidak menangis tidak bisa menahan diri dan berakhir air matanya keluar.

Cintya tidak ingin ada lagi pria yang menyakiti anaknya. Sejak saat itu, dia berusaha mencari seorang pria yang cocok untuk sang putri dan beruntungnya Avellyne lebih memilih Ryos. Tentu dia sangat bersyukur karena tahu Ryos adalah pria baik dan dia bisa jamin pria itu tidak akan pernah menyakiti hati Avellyne.

1
edu2820
Kepincut sama tokohnya. 😉
B-Blue: terimakasih sudah mampir 😊
total 1 replies
✿ O T A K U ✿ᴳᴵᴿᴸ࿐
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!