Dua kali Kenan melakukan kesalahan pada Nara. Pertama menabrak dirinya dan kedua merenggut kesuciannya.
Kerena perbuatannya itu, Kenan terpaksa harus menikah dengan Nara. Namun sikap Kenan dan Mamanya sangat buruk, mereka selalu menyakiti Nara.
Bagaimana perjalanan hidup Nara?
Akankah dia mendapat kebahagiaan atau justru menderita selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZiOzil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10.
Setelah dari pemakaman Heri dan Anna, Hendra duduk bersama Nara di dalam mobil. Wanita itu masih terisak-isak, tak menyangka Om dan Tantenya akan pergi secepat ini.
"Kamu jangan menangis lagi, doakan mereka agar tenang di alam sana!"
"Iya, Pak."
"Sekarang kita pulang, ya? Kamu masih harus banyak istirahat."
"Tapi saya mau pulang ke rumah lama saya saja, Pak. Saya enggak mau kembali ke rumah Bapak lagi," tolak Nara, dia masih belum bisa siap bertemu Kenan lagi.
Hendra menatap Nara dengan lembut, "Saya enggak mungkin membiarkan kamu hidup sendiri dalam keadaan seperti ini, apalagi putra saya baru saja merusak hidupmu."
"Enggak apa-apa, Pak. Saya bisa kok hidup sendiri."
"Nara, izinkan saya dan anak saya bertanggung jawab! Biarkan dia menebus semua kesalahannya padamu," bujuk Hendra.
"Tapi saya enggak mau menikah dengannya, Pak."
"Nak, kalau kamu menolak menikah dengan Kenan, bayangkan bagaimana masa depan kamu nanti! Coba pikirkan itu!"
"Kalau kalian menikah, itu akan menyelamatkan kamu. Kenan laki-laki, enggak ada yang rusak atau pun hilang darinya, tapi kamu? Saya enggak mau kamu menyesal nantinya," lanjutkan Hendra, dia tak bisa membiarkan Nara begitu saja.
Nara termangu memikirkan ucapan Hendra, dia tahu pria itu berniat baik dan ingin bertanggung jawab atas perbuatan sang putra, tapi entah kenapa rasanya dia sulit sekali menerima semua itu. Apalagi saat ini dia sangat membenci Kenan. Namun dia juga takut membayangkan masa depannya, apa masih ada orang yang menerima dia yang sudah tidak suci lagi?
"Nara, bagaimana?"
Nara mengembuskan napas berat dan akhirnya mengangguk pasrah, mungkin dia harus menerima tawaran Hendra untuk menikah dengan Kenan. Jika dia merasa tak bahagia, dia bisa minta cerai.
"Syukurlah jika kamu mau. Kalau begitu sekarang kita pulang!" Hendra tersenyum lega.
Nara mengangguk tanpa membalas ucapan Hendra.
***
Hendra memapah Nara masuk ke dalam rumahnya, dia memanggil Bi Ani dan meminta asisten rumah tangganya itu untuk mengantarkan Nara ke dalam kamar.
"Bi, tolong antarkan Nara ke kamar, ya!" pinta Hendra.
"Baik, Pak," sahut Bi Ani, lalu menggamit lengan Nara, "mari, Mbak Nara!"
Dengan perlahan Nara melangkah bersama Bi Ani, keduanya berhati-hati saat menaiki anak tangga. Tapi sangat kebetulan Kenan melangkah turun dan berpapasan dengan mereka, Nara langsung menunduk sebab tak ingin menatap pemuda yang telah memperkosanya itu. Sementara Kenan hanya melirik Nara, sambil berjalan melewatinya.
"Kebetulan kau datang, ada yang mau Papa bicarakan denganmu," ujar Hendra saat melihat Ken berjalan ke arahnya.
"Apa, Pa?"
"Papa sudah bicara dengan Nara, dan dia setuju untuk menikah dengan mu."
Kenan terkesiap dan langsung menolak, "Tapi aku enggak mau menikah dengan dia, Pa!"
"Kenan, kita sudah membahas masalah ini sebelumnya dan Papa enggak menerima penolakan! Kamu harus bertanggung jawab atas perbuatan mu, atau Papa akan marah dan menarik semua fasilitas yang Papa berikan padamu!" ujar Hendra dengan sedikit mengancam.
Kenan tak percaya sang Papa akan membuatnya tersudut dengan pilihan yang tidak adil itu, dia sungguh frustasi.
"Nara baru saja kehilangan Om dan Tantenya yang meninggal karena kecelakaan, jadi kamu jangan menambah kesedihannya! Menurut pada Papa dan bersikap baik padanya!"
Kenan terkejut mendengar pernyataan Hendra, dia baru tahu jika Om dan Tante Nara meninggal dunia. Tapi dia tetap tak bisa menerima begitu saja keputusan sepihak papanya tersebut.
"Pa, aku masih terlalu muda dan aku masih ingin melanjutkan pendidikan ku. Bagaimana masa depanku kalau harus menikah muda?" Kenan berusaha bernegosiasi, berharap bisa mengubah keputusan sang ayah.
"Lalu bagaimana masa depan Nara? Kenapa kau enggak memikirkannya sebelum kau berbuat hal tak pantas itu? Kau bukan anak kecil lagi, kau pasti tahu resikonya, kan?"
Kenan terdiam, dia sungguh menyesali apa yang terjadi, tapi dia melakukan itu karena terdesak, dia juga tak mungkin menyentuh Nara jika dalam keadaan normal.
"Sudahlah, sekarang sebaiknya kau temui Nara! Minta maaf padanya. Papa akan mengurus pernikahan kalian secepatnya," tukas Hendra sembari menepuk pundak Kenan kemudian berlalu pergi.
Kenan tercenung, dia tak bisa terima tapi dia juga tak ada pilihan lain. Menikah muda apalagi dengan Nara tak pernah menjadi rencana hidupnya, bagaimana kalau teman-temannya tahu jika dia menikah dengan wanita cupu itu? Kenan harus merahasiakan semua ini. Dia pun bergegas mengejar Hendra untuk mengajukan syarat.
"Papa tunggu!" teriak Kenan sebelum Hendra masuk ke dalam kamar.
Hendra berbalik menatap putranya itu, "Ada apa lagi?"
"Aku akan bertanggung jawab dan menikahi dia. Tapi aku minta pernikahan ini dirahasiakan, aku enggak mau siapa pun terutama teman-teman ku mengetahuinya."
Hendra bergeming sejenak, sejujurnya dia tidak setuju dengan syarat yang diajukan Kenan. Tapi saat ini ada baiknya jika dia menuruti permintaan putranya itu, karena Kenan bersedia menikahi Nara saja sudah hal yang baik. Hendra tak mau sang putra berubah pikiran jika dia menolak.
"Baiklah," sahut Hendra kemudian.
Dari dalam kamarnya Nara bisa mendengar dengan jelas apa yang Kenan katakan, hatinya semakin sakit dan sedih karena tahu Kenan tak ingin mengakui dirinya.
"Mbak Nara yang sabar, ya! Jangan sedih! Bibi yakin suatu saat Mas Kenan pasti bisa menerima Mbak Nara, kok. Soalnya Mbak Nara itu wanita yang cantik dan baik." Bi Ani berusaha menghibur Nara, karena dia juga mendengar kata-kata anak majikannya itu.
Nara memaksakan senyuman tanpa membalas ucapan Bi Ani. Dia tak berharap Kenan akan menerima dirinya apalagi mencintainya. Toh, pernikahan mereka karena sebuah keterpaksaan akibat kesalahan. Jadi apa yang bisa Nara harapkan?
Pernikahan ini hanya untuk menutupi aib yang sudah Kenan torehkan pada dirinya. Kelak kalau suatu saat mereka berpisah, setidaknya nama Nara tidak terlalu buruk karena menjadi seorang janda, daripada dia berstatus gadis tapi tidak perawan. Tentu hal itu akan membuat orang lain mengecap buruk padanya, menganggap dia wanita murahan yang terjerumus pergaulan bebas.
Apakah orang-orang akan percaya jika dia mengatakan dirinya adalah korban pemerkosaan? Tentu dia harus bisa membuktikannya. Jadi cara yang paling baik untuknya adalah menikah dengan Kenan, lalu setelah itu terserah apa yang akan terjadi selanjutnya. Kalau pun dia dan Kenan harus berpisah, dia tak masalah. Karena memang tak ada cinta antara mereka, Nara bahkan merasa marah dan benci pada lelaki yang sudah merenggut kehormatannya itu.
***
beruntung papa Hendra bersikap tegas