Ryan merasa istrinya berubah setelah kepulangannya dari luar kota. Diana yang biasanya pendiam dan lugu, kini dia berubah menjadi sosok yang sedikit berani.
Ryan tidak tahu bahwa istrinya yang sesungguhnya telah meninggal dunia, di bunuh orang tuanya sendiri.
Lantas siapa sosok Diana palsu yang sengaja masuk ke dalam kehidupan Ryan? Dan apakah tujuannya berpura-pura menjadi istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon meliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sengaja?
Oh, jadi ini dia orangnya yang membuat Diana tergila-gila?
Bahkan jadi bodoh sampai dia kehilangan nyawanya sendiri demi cinta.
Tapi emang lumayan, sih. Tinggi, putih, tampan dan mempunyai tubuh yang sangat proporsional. Wah, benar saja Diana langsung kepincut. Kalau begini sih, Diara juga mau. Ups!
Diara memutuskan pandangannya setelah beberapa detik keduanya bertatap muka.
“Seminggu lebih kau matikan ponselmu. Bahkan kamu juga pergi berhari-hari tanpa pamit.” begitu kata yang pertama keluar dari bibir seksinya. “Sengaja?”
Diara diam saja.
“Aku hampir gila menunggu kabar darimu, Diana. Ke mana saja kamu pergi selama ini?”
Diara mengangkat kepalanya. Memberanikan diri menatap manik mata tengah yang kecewa berbalut rasa rindu tersebut.
Melihatnya demikian, apa Diara sanggup mencurigai pria ini? Rasanya tidak mungkin, seorang suami yang sangat mencintainya, tega menyuruh orang untuk membunuhnya.
Diana gadis yang baik, penurut dan setia. Diara sangat yakin, saudara kembarnya tak mempunyai masalah dengan suaminya sendiri.
Tak berapa lama, wanita keji itu datang menghampiri. “Lho, anak Ibu udah pada pulang semua?”
Diara dan Ryan menoleh secara bersamaan.
Wanita itu langsung memeluk anak lelakinya. “Sehat kamu, Nak?”
“Sehat Bu ...” jawab Ryan membalas pelukan.
Barulah kemudian, Nurul memeluk perempuan yang dianggap menantunya. “Masih berani kamu datang ke sini. Punya nyawa berapa kamu, hmm?” bisiknya di telinga Diara. Dan kali ini dia bertanya dengan lebih keras, “Ibu menghubungimu dari kemarin, tapi ponsel kamu nggak pernah aktif. Kamu ke mana saja? Pulang ke rumah Ambu, ya? Kangen lagi sama Ambu?”
Pintar sekali akting wanita ini. Pura-pura tidak tahu ambunya telah meninggal. Padahal mungkin dialah yang menyuruh orang untuk menusuknya.
“Ambu meninggal ditusuk orang. Aku dibuang ke sungai dalam keadaan pingsan dan luka-luka. Jadi aku nggak ingat apa-apa lagi, apalagi HP ku,” jawab Diara memosisikan diri menjadi Diana.
“Nggak masuk akal!” balas Ryan sama sekali tak percaya. Alasan konyol apa itu?
“Kalau nggak percaya ya, terserah,” kata Diana tak mau kalah. “Ada HP kan? Kamu tahu nomor ayahku, kan? Telepon beliau, lah! Pastikan aku bohong apa enggak.”
“Jangan cari-cari alasan hanya untuk menyelamatkan diri, Diana! Katakan terus-terang kamu dari mana?” emosi Ryan meluap. Setelah sekian lama tak bertemu, istrinya malah berubah menjadi aneh dan pembangkang. Siapa yang tidak kesal? Dia sudah menahan-nahan kemarahannya dari kemarin. Dan sekarang adalah puncaknya, mumpung wanita itu sudah ada di hadapannya kini.
“Percuma aja jujur kalau kamu tetap nggak percaya.” Diara melengos pergi tak peduli. Satu hal yang pasti. Dia sudah langsung menemukan siapa pelakunya. Yakni wanita ular itu. Tinggal cari bukti akurat saja.
Baru sekali ketemu saja sudah ngeselin. Amit-amit. Bisa-bisanya Diana sanggup hidup bersama mertua yang kelakuannya seperti dakjal. Jika demikian terjadi pada dirinya, sudah pasti Diara akan kabur. Lebih baik bercerai daripada makan hati setiap hari.
“Diana! Kami belum selesai bicara!” suara Ryan terdengar keras memanggilnya.
“Sudah, biarkan. Mungkin istrimu mau istirahat,” Nurul menasihati.
“Dia itu nggak sopan, Bu. Kita ini masih bicara sama dia. Tapi dia pergi gitu aja.”
“Dia sebenarnya emang begitu. Maka nggak heran kalau kami di rumah sering berantem. Tapi ya, udahlah. Ibu nggak ambil hati. Udah biasa.”
Ryan diam saja. Tubuhnya bergeming karena sebenarnya dia jauh lebih paham istrinya sendiri.
“Sudah ... jangan dipikirkan! Yuk, Ibu temenin kamu makan. Kamu pasti capek dan lapar setelah perjalanan jauh.”
Diara yang mendengarkan itu sontak memutar bola mata. “Dasar wanita ular. Patut jadi bintang film psikopat. Psikopat dakjal iblis! Kamu memang harus secepatnya mencium dinginnya lantai penjara wanita ular!”