Pesta pernikahan telah usai, disebuah kamar hotel Presidential suite room yang telah disulap menjadi kamar pengantin yang indah dan megah ternyata tak membuat kedua pengantin baru itu bahagia.
" Ku harap kau tak pernah menampakkan wajah buruk rupamu itu dihadapan ku" ucap laki laki yang telah berstatus menjadi suaminya.
" Pernikahan ini hanya paksaan dari ibuku saja. Karena aku telah memiliki kekasih yang sangat aku cintai, dan aku akan menikahinya. Ku harap kau paham akan posisimu.
Mari kita jalani kehidupan kita seperti orang asing tanpa ikut campur urusan pribadi masing-masing" ucapnya lagi sambil memunggungi istrinya.
Danira meremas gaun pengantinnya sambil menangis dalam diam mendengar setiap kata yang dilontarkan dari mulut suaminya.
" Baik lah, jika itu keinginan anda. Semoga Allah mengampuni setiap ucapan yang anda berikan kepada saya" jawab Danira dengan lantang kepada suaminya.
Bagaimana akhir dari perjalanan rumah tangga mereka?
Akankah berakhir bahagia atau sebaliknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Kane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Butuh Waktu
Gerbong kereta jurusan Bandung sudah berangkat sekitar 15 menit yang lalu. Di dalam bangunan Food court yang tak terlalu ramai mengalun musik Akustik menemani para pengunjung menikmati makanan di atas meja mereka.
Di sudut ruangan sudah ada dua wanita yang duduk saling berhadapan. Mereka masih saling mengamati dan belum ada yang berniat membuka suara. Seorang wanita menggunakan baju khas pelayan menghampiri meja mereka, dan meletakkan minuman yang dia bawa.
" Silahkan dinikmati". Pelayan itu mempersilahkan dengan senyum ramah sambil beranjak pergi.
" Terima kasih " Jawab mereka serentak.
Sarah kembali melihat Danira, tak ada yang terlihat semua tertutup dengan kain dari ujung kepala hingga kakinya.
Sejak keluar dari rumah Sofia, Danira memutuskan untuk menutup semua wajahnya menggunakan Burqa. Jika Sofia bisa mengenalinya hanya dengan melihat matanya, tidak menutup kemungkinan dengan para penjahat itu pikirnya.
Sarah mengeluarkan kartu Identitasnya dan sebuah Tab berukuran sedang kehadapan Danira.
"Apa ini ?." Danira bingung melihat Sarah.
"Saya tahu Nona pasti masih ragu dengan saya, maka dari itu saya memberikan kartu identitas dan data-data diri saya ini kepada Nona, Silahkan Nona lihat."
Danira mengambil Tab dan menyalakannya, melihat semua data-data yang dimaksud Sarah. Disana semua keterangan mengenai wanita itu lengkap, Mulai dari Akte kelahiran, riwayat pendidikan, foto masa kecil, foto bersama dengan ayahnya yang Danira sebut Paman, foto Sarah bersama Ayahnya dan juga ayah Danira dan data lainnya. lalu tangannya berhenti di lembaran file Surat.
Danira mengangkat kepalanya.
" Ini apa maksudnya." menunjukkan file Surat itu kepada Sarah.
" Itu adalah surat wasiat turun temurun keluarga saya dan keluarga Nona." jawab Sarah.
Danira membaca dengan seksama isi dari surat itu, yang menyatakan bahwa setiap keturunan dari keluarga Hermawan akan selalu patuh dan tunduk menjadi tangan kanan /Kepercayaan Setiap keturunan yang lahir dari keluarga Brahmacari. Surat yang telah dilegalkan secara Hukum.
" Jadi Maksudnya...?!!" Danira mengangkat pandangannya butuh penjelasan.
" Saya adalah keturunan dari Hendrawan, jadi saya adalah tangan kanan atau bisa dianggap juga sebagai asisten pribadi Nona." jawabnya jelas sambil tersenyum.
Saat Danira berusia 9 Tahun dia dikirim oleh orang taunya ke sebuah pondok pesantren yang jauh dari ibu kota demi melindunginya. Dan disaat itu juga Sarah yang sudah berusia 13 tahun dikirim kesebuah yayasan khusus.
Sarah mulai dilatih untuk menjadi kepercayaan orang yang akan dia layani dan dampingi. Sarah bukan hanya harus cerdas, tapi juga harus kuat, dia mengikuti semua kegiatan bela diri karena itulah yang harus dia jalani agar bisa melindungi atasannya nanti. Tepat 1 bulan yang lalu Sarah baru saja menyelesaikan pendidikan khususnya.
"Maafkan saya Nona, saya baru menemui anda sekarang. Seharusnya saya datang lebih cepat." ucapnya lirih tapi dengan sorot mata yang tegas.
Danira masih bergeming, belum menunjukkan respon apapun.
" Maafkan saya, seharusnya saya langsung mencari anda saat saya menerima kabar tentang kejadian malam itu." Ucapnya lagi dengan rasa bersalah.
Danira yang mendengar kata " malam itu" menunjukkan responnya, dia menaikkan sedikit wajahnya.
" Kamu tahu .?" memastikan lagi.
" Sebenarnya, malam itu ayah saya juga ada disana, kejadian itu sangat cepat. Saya juga belum tahu bagaimana kejadian pastinya, saat mama menelpon saya dan mengatakan bahwa ayah sedang sekarat dirumah sakit. saya buru-buru kembali malam itu juga.
Menurut penjelasan mama, ayah ditemukan warga dipinggir jalan dengan badan penuh luka dan beberapa peluruh telah bersarang di tubuhnya." jelas Sarah dengan mata berkaca-kaca.
" Jadi paman Indra juga menjadi korban kejadian itu ?". lagi- lagi Danira memastikan. tak percaya.
Sarah hanya menganggukkan kepalanya.
" Kenapa semuanya bisa terjadi ?"
" Siapa yang tega melakukan ini." ujarnya dengan lirih, air mata Danira kembali menetes, kepiluan kembali menyelimuti hatinya.
Sarah tahu wanita yang ada dihadapannya itu sedang menangis, walaupun dia tidak bisa melihat wajah Danira. Tapi dia bisa melihat dari tubuh Danira yang bergetar dengan isakkan dibalik cadarnya.
" Sepertinya orang-orang itu sudah merencanakan ini dengan matang nona, karena mereka bisa sangat tahu saat semua penjagaan keluarga nona dalam keadaan lengang."
" Sejujurnya, penjagaan keluarga nona sangat ketat, namun hampir 2 tahun ini sudah tidak ada lagi teror-teror yang datang. Oleh karena itu Ayah Nona mengurangi pengawal dan hanya menyisakan beberapa penjaga saja." Sarah menjelaskan sesuai yang dia ketahui dari cerita ayahnya.
" Teror ?" tanyanya bingung karena Danira tidak pernah tau menau tentang hal ini.
" Maaf Nona, saya belum bisa menjelaskan secara detail mengenai itu kepada anda, karena saya belum tahu pasti seperti apa teror yang selama ini menghantui keluarga Nona " jawabnya jujur.
" Tapi mengapa tidak ada berita apapun, mengenai kejadian malam itu ?". Pertanyaan itu masih menghantuinya hingga saat ini.
" Itu karena saya yang menekan semua berita-berita itu Nona."
"Kenapa ?" Danira makin dibuat bingung.
" Sebenarnya kejadian malam itu sudah tersebar dijejaring media sosial dan per televisi an, Namun saya segera menghubungi pihak- pihak media untuk meredam berita itu. Seperti yang saya katakan tadi ini semua sudah direncanakan untuk memancing anda kembali." jelasnya sambil menatap Danira.
" Tapi ini baru perkiraan saya saja Nona, karena saya juga belum tahu dengan pasti apa motif dibalik semua ini, namun yang jelas keinginan mereka cuma 1 yaitu menginginkan anda." Sarah menyampaikan sesuai dengan yang ada dibenaknya.
Hening,. keduanya terdiam sibuk dengan pikiran masing-masing.
" Maafkan saya dan ayah saya Nona, kami tidak bisa melindungi keluarga nona". ucapnya dengan penuh penyesalan sambil menundukkan kepalanya.
" Tidak ada yang perlu disesali atau dimaafkan, semua sudah terjadi. Ini sudah jalannya.
Mungkin Allah ingin melihat sebatas mana ketaqwaan saya terhadap-Nya. Mungkin kata ikhlas terlalu gampang diucap dari pada menjalani dan menerima, tapi saya akan berusaha dan berserah diri, Insyaallah akan ada hikmah dari setiap kejadian". ucap Danira lembut dan penuh keyakinan.
" Seharusnya saya yang minta maaf. Demi melindungi saya dan keluarga saya. Paman Indra rela berkorban seperti ini."
Sarah terus memandangi Danira dengan mata yang sudah berkaca-kaca, memang momen ini yang dia tunggu bisa bertemu dan berhadapan langsung dengan Danira, selama ini dia hanya mendengar cerita dari sang ayah. Tapi dia tidak menyangka ternyata semua diluar dugaannya, dia makin kagum dengan ke Soleha an yang Danira miliki. Dalam keadaan duka dia masih bisa menerima dengan lapang dada kejadian yang menimpa keluarganya, dan tidak menyalahkan siapapun.
" Saya membebaskan kamu dari tuntutan surat perjanjian itu, maaf sepertinya saya tidak membutuhkan asisten pribadi karena saya akan kembali ke pondok pesantren." ujar Danira selembut mungkin agar tak melukai hati Sarah
Sarah yang mendengarkan itu, menautkan alisnya bingung. Bagaimana bisa nona nya ini langsung menolaknya.
" Nona membutuhkan saya, dan juga ini..!!" Sarah menyerahkan sebuah surat dari dalam tasnya.
Surat yang dibuat oleh Ayah Danira Jauh sebelum kejadian tragis itu terjadi.
Danira menerima dan membaca surat yang sudah ada ukiran tanda tangan dan nama lengkap ayahnya beserta stempel disana.
Danira yang tengah sibuk dengan pikirannya, seketika terdengar rengek kan suara bayi dari dalam gendongannya.
Suara itu sukses mengalihkan perhatian Sarah dan Danira.
" Anda sudah memiliki bayi Nona ?. tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya dari bayi yang ada dalam dekapan Dinara.
" Dia bayi kakakku, aku baru saja menemukannya tadi, ceritanya sangat panjang." Danira memberitahu sambil tangannya mengeluarkan botol susu dari dalam tas ranselnya.
" Apakah Anda bersedia Nona ?" tanyanya lagi tanpa mengalihkan pandangannya dari Danira.
" Tolong beri saya Waktu untuk memikirkan semuanya." ucap Danira sambil meletakkan kertas itu diatas meja.
......................
...Bersambung.......
Assalamualaikum Kakak-kakak semuanya 😍
Terima kasih banyak bagi kakak-kakak yang sudah mampir untuk membaca karyaku 🙏
Mohon tinggalkan cintanya buat Author dong, dalam bentuk Like & Komentarnya.
Supaya Author makin semangat buat ceritanya...💪
See you
Saranghae❤️
Suka dgn penjelasan2 agamanya,
Tetaplah berkarya. thx thor..
Ayo donk up date thor sayaanggg,
ditunggu...