Gimana perasaan kalian disaat ada seorang wanita, sedang berjuang mencari nafkah keluarga di negeri orang, harus menelan pil pahit mendengar kabar sang anak terlantar, sedangkan sang suami memilih menikah lagi dengan kekasih lama nya .
Penderitaan tak selesai begitu saja, ketika sang mantan suami memilih mengabaikan anak kandungnya, dan mencurahkan seluruh kasih sayang kepada sang anak tiri, Dia berusaha kuat dan bertahan demi sang buah hati, Di tengah gempuran rasa cemburu yang masih ada di hatinya, melihat kemesraan sang mantan yang dia lihat setiap hari.
Hingga kesedihan berangsur terobati dengan kehadiran sosok dokter, yang menangani sang anak saat itu, Kedekatan Dokter Nino dengan Devan bagikan ayah dan anak, membuat sang ayah kandung cemburu dan menaruh rasa iri dengan kehidupan sang mantan istri.
Next langsung baca bab bab selanjutnya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ꧁ঔৣ☬Rmls☬ঔৣ꧂, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu ibu gila
Pagi yang seharusnya menjadi awal yang indah, berubah menjadi awal yang buruk bagi Vanesa, perempuan itu mendadak pergi pagi pagi sekali bersamaan dengan Zein yang baru bisa melihat sang kekasih.
"Mau kemana?" Tanya Zein dengan bingung melihat kepanikan sang calon anak tiri dan menantunya itu.
"Ada urusan bentar pa, vanes pergi dulu yaa papay" Sapa Vanesa segera pergi menuju mobil miliknya.
Zein pun memutuskan untuk segera memasuki rumah kekasihnya itu, di pagi pagi seperti ini Zein paham betul dimana Puput berada, dia langsung menuju kamar utama mereka.
Benar saja perempuan itu sedang tertidur dengan pulas nya, Zein pun segera melepaskan seluruh pakaiannya dan menyisakan celana boxer.
Dengan pelan pria itu naik ke atas ranjang, ikut bergabung sang kekasih mengarungi mimpi, dekapan hangat tubuh Zein rupanya mampu membuat Puput terbangun.
"Morning" sapa perempuan itu menghadiahi satu kecupan untuk sang kekasih.
"Morning too, kau sangat cantik saat bangun tidur" Ucap Zein membelai pelan puncak kepala kekasihnya itu.
"Thanks, apakah kamu masih ada tenaga untuk ku di pagi hari ini?" Tanya Puput dengan tangan mulai meraba bagian bagian sensitif Zein.
"Tentu saja, apa pun untuk mu" Jawab Zein segera membalikkan tubuh sang kekasih dan memulai pertempuran panas pagi ini.
.
.
.
.
Pagi yang cerah nan nyaman, manyambut pagi hari putra mahkota Wijaya, pria itu nampak terlelap dengan sangat nyaman, hingga tak terasa hari sudah menunjukkan pukul setengah tuju.
Risa dan bude sudah nampak sibuk di dapur, untuk menyiapkan sarapan pagi untuk mereka, Divan dan Nino pun sudah nampak rapi dengan baju santai mereka.
"Papa angunin uncle yok" Ajak Divan di tengah tengah Nino merapikan pakaiannya, Nino pun langsung menoleh Kearah Rama tidur, pria itu nampak pulas meskipun tidur beralaskan karpet bulu.
"Ayok" Jawab Nino mengangkat tubuh Divan dalam gendongannya.
"Uncle uncle angun, ayok lali pagi" Ucap Divan naik ke atas tubuh Rama.
Hup.
Tubuh Divan dengan cepat jatuh kedalam pelukan Rama, pria itu memeluk sang bocah dengan erat, dan juga menghadiahi ciuman berkali kali di pipi chubby Divan.
"Stop stop hahahaha, geli" Teriak Divan meminta ampun.
Pemandangan itu tak lepas dari pantauan Risa dan bude, mereka berdua nampak senang melihat kebahagiaan sang cucu, mereka juga bersyukur telah di pertemuan dengan orang orang seperti Rama dan Nino, meskipun belum bisa mengenal lebih jauh, mereka yakin dua pria itu orang baik.
"Nino itu orang baik nduk" Ucap bude ketika Risa termenung melihat Nino.
"Iya bude".
"Muda dan juga tampan" Tambah bude membuat Risa menoleh ke arah nya.
"Dan juga kaya raya" jawab Risa dengan tertawa.
Sambil menunggu waktu sarapan pagi, Nino mengajak Rama dan Divan untuk keliling kampung, mereka bertiga memilih bersepeda dengan Nino berboncengan Divan, sedangkan Rama sendiri mengikuti Nino dari belakang.
Di sepanjang perjalanan, Divan berbuah menjadi tour guide mejelaskan apa saja yang sedang mereka lewati, Nino pun dengan senang hati bertanya dengan pemandu wisata kecil nya itu, meskipun terkadang dia belum paham dengan celoteh Divan yang belum sempurna.
Setelah di kira cukup jauh, mereka bertiga memutuskan untuk berhenti sejenak di sebuah pos kamling, hawa sejuk dan jarang ada kendaraan lewat, membuat dua orang kota itu merasa nyaman dengan suasana kampung ini.
"Papa ivan aus"rengek Divan kepada sang papa, Nino pun juga sedikit haus namun sayang, mereka lupa untuk membawa air putih dari rumah.
"Tapi papa enggak bawa minum, gimana dong?" Tanya Nino dengan bingung.
"Apa di sini tidak warung atau mini market?" Tanya Rama dengan posisi terlentang di pos kamling, yang terbuat dari bambu itu.
"Emm, citu mama ada malket" Tunjuk bocah kecil itu ke arah jalan raya.
"Yaudah ayo kita kesana" Ajak Nino mengangkat tubuh Divan untuk naik ke kerenjang depan.
Tak butuh waktu lama, mereka telah sampai di sebuah minimarket yang cukup besar, meskipun hari masih terbilang pagi tetapi pelanggan di minimarket bernama Dvn mart itu cukup ramai.
"Ayo papa, uncle" ajak Divan memimpin jalan memasuki minimarket.
Melihat Divan masuk, salah satu pelayan pun hendak mengikuti bocah kecil itu, namun langkah pelayan itu terhenti, ketika melihat dua pria tampan ada di belakang bos kecilnya itu.
Setelah dirasa cukup, Divan menaruh belanjaannya di tas kain yang juga dia jual di situ, Bocah itu pun langsung melewati kasir begitu saja tanpa membayar nya.
Nino dan Rama pun sontak kaget dengan kelakuan momongan nya itu, mereka segera mengejar Divan dan membayar belanjaan terlebih dahulu.
"Divan bayar dulu weh, disangka maling elo Entar" Ucap Rama dengan panik, sedangkan Divan sendiri nampak bingung dengan ucapan uncle nya itu.
"Ivan endak Pelu Bayar uncle " Jawab Divan dengan wajah polosnya, membuat Nino berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Divan.
"Divan, kita kan beli berati kita harus bayar" Ucap Nino dengan lembut semakin membuat bocah berumur 5 tahun itu bingung.
"No no, Ivan Endak usah bayal" Ucap Divan meletakkan belanjaannya dan kembali kedalam.
Nino dan Rama semakin panik, mereka takut Divan ngambek dan menjauhi mereka, namun perkiraan mereka salah, Divan nampak kembali dengan mengandeng tangan seorang pelayan.
"Tante Ivan endak bayal boleh?" Tanya Divan didepan papa dan uncle nya.
"Boleh dong Divan" Jawab pelayanan itu dengan senyum dan mencubit pelan pipi Divan .
"Oce makasih " Jawab Divan dengan senyum manisnya.
"Kok bisa gak bayar sih, Divan Lo ngutang?" Tanya Rama mulai menunjukkan tingkat bar bar nya.
"Ohh tidak tuan, Divan memang setiap hari begitu, Bu Risa pun juga tidak mempermasalahkan itu" Jawab pelayan itu membuat Rama dan Nino bingung, tapi tidak dengan Divan, bocah itu nampak duduk anteng dengan menyeruput susu ditangannya.
"Hah maksudnya ?" Rama semakin bingung dan pusing mencerna ucapan wanita itu.
"Minimarket ini milik Bu Risa, lihat itu nama Divan disitu" Ucap pelayan dengan menunjuk tulisan besar Dvn market.
Nino dan Rama pun mengagukan kepalanya, mereka berdua Bangga dengan kesuksesan ibu satu anak itu, terlebih Nino pria itu merasakan rasa aneh di hatinya, membuat dirinya sendiri tak nyaman.
.
.
.
.
Di sebuah pegunungan terlihat sebuah villa dengan penjagaan super ketat, villa itu berdiri di dalam gue yang di desain khusus, untuk menyamarkan keberadaannya.
Susana di villa itu nampak gaduh, di penuhi dengan suara tangisan bayi, bayi itu tak henti hentinya menangis membuat seseorang wanita, yang baru sampai itu panik melihat sang anak.
"Apa yang terjadi?" Tanya perempuan itu kepada para suster disana.
"Tuan muda demam tinggi nyonya" Jawab salah satu baby sitter membuat wanita itu murka.
"Gak becus, gimana bisa kalian membiarkan bayi ku sakit" perempuan itu sangat marah, namun di detik kemudian dia teringat sesuatu, dengan cepat dia meraih handphone nya dan memulai panggilan video.
"Kenapa?" Tanya seseorang pria dari seberang, perempuan itu tak menjawab dia hanya mengarahkan kamera, ke arah seorang bayi yang tak henti hentinya menangis.
"Ada apa dengan anak gue, apa yang lo lakukan" Tanya pria itu dengan panik, wajah nya seketika memucat matanya juga memerah, tak kuat untuk menahan air mata.
"Dia sakit, dia butuh uang" Jawab perempuan itu dengan santai.
"Apa bukanya gue sudah kasih kemarin?" Tanya sang pria dengan terkejut.
"Kalo kamu gak mau yasudah, aku akan biarkan dia mati sekarang" Jawab perempuan itu dengan Santainya.
"Dasar ibu gila itu juga anak lo, jika Lo gak mau urus biar gua yang urus, ingat jika terjadi apa apa dengan anak gue.." Ucap pria itu terpotong dengan ucapan sang perempuan.
"Husst, jangan mengancam cepat transfer atau kamu liat sendiri anak mu di dalam tanah"
Bersambung ..........
Jangan lupa like coment and faforit 😁