Ilona, gadis jalanan yang tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua. Kehidupan jalanan memaksanya menjadi gadis kuat dan pemberani. Berbeda dengan Ayyara, seorang gadis culun yang selalu menjadi sasaran bully di sekolahnya. Selain penampilannya yang culun dan dianggap jelek, dia sedikit gagap saat berbicara. Bahkan kakak dan sepupunya tidak suka padanya.
Hingga suatu hari, terjadi kecelakaan yang membawa perubahan dalam hidup keduanya. Ilona terbangun dalam raga Ayyara. Kecelakaan itu mengubah semua jalan hidup keduanya. Ilona yang tidak memiliki orang tua dan kehidupannya yang susah, berubah mendapatkan kasih sayang orang tua dan kehidupan layak. Dan Ayyara, dia berubah menjadi gadis yang tak mudah ditindas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Vanya
Beberapa hari berlatih mengendarai motor bersama Pak Tanto, akhirnya Ayyara bisa. Hari ini, dia berniat akan ke sekolah mengendarai motornya.
Setelah bersiap, Ayyara berlari menuju meja makan untuk sarapan. Mala dan Abima sampai merasa heran melihat putri mereka itu.
"Ngapain lari-lari, sayang?"
"Engga, Ma. Cuman takut telat aja."
"Ayo, sarapan!" Seperti biasa, Mala mengambilkan sarapan untuk Ayyara. Wanita itu juga mengambil sarapan untuk Deon dan Gian yang baru saja hadir di meja makan.
"Pa. Ayya, hari ini ke sekolah pake motor ya?"
"Boleh. Nanti Ayah minta Pak Tanto anterin."
"Kok Pak Tanto sih, Pa? Ayya mau sendiri ke sekolah."
"Engga! Mama ga izinin kamu ke sekolah pake motor." Sela Mala.
"Ma, Ayya janji akan hati-hati. Ya, Ma? Pa?" Bujuk Ayyara. "Kalo terjadi apa-apa, Ayya ga bakal pake motor lagi ke sekolah. Ayya janji."
Abima terlihat menghela nafas berat. Ia menatap kedua putranya yang sedang asik menyantap makanan mereka. "Baiklah, Ayya boleh pake motor. Tapi, Deon sama Gian yang awasin dari belakang."
Kedua cowok itu langsung menghentikan makan mereka sejenak. Mereka sama-sama menatap sang Papa. "Apa kalian keberatan?"
Keduanya serentak menggeleng. "Engga, Pa."
Ayyara tersenyum senang. Meskipun harus diawasi Deon Gian, Ayyara tetap merasa senang. Ia ingin sekali merasakan mengendarai motor melewati jalanan umum. Sekalian mengetes kemampuannya dalam berkendara.
***
Ayyara memarkirkan motornya di parkiran sekolah. Seperti biasa, kedatangannya mencuri perhatian banyak orang. Terutama anak-anak cowok.
"Ayya, entar pulang nebeng, ya?"
"Nebeng aja sama Deon Gian. Mobilnya bisa nebeng dua orang lagi." Jawabnya sambil berjalan.
"Asiknya nebeng sama Ayya. Aku yang ngendarain motornya, Ayya yang meluk dari belakang." Ujar cowok itu membuat teman-temannya bersiul menggoda. Ayyara hanya menanggapi dengan senyuman dan gelengan kecil. Mereka suka sekali mengganggunya.
Ayyara masuk ke kelasnya dan menemukan Vanya dan Elen ada didalam. Ia jalan saja melawati mereka. Mengabaikan tatapan sinis yang ditunjukkan Vanya dan Elen padanya.
"Kenapa lo diam aja sih, Nya? Lo ditindas sama dia!" Kesal Elen pada temannya yang hanya diam.
"Tenang aja. Gue punya rencana lain." Bisik Vanya. Ayyara tidak peduli dengan kedua orang itu. Dia tidak ingin merusak moodnya hari ini.
Setelah pelajaran usai, Ayyara kembali ke balkon sekolah. Ia berdiri dan terus menatap ke bawah. Ingatan kecelakaan Ayyara itu membawanya mengingat kembali kecelakaan yang menimpa dirinya saat hidup di jalanan.
"Apa yang lo pikirin?"
Gadis itu tak menoleh. Dia tahu, siapa yang sedang bertanya padanya. "Ga usah ngurusin hidup gue!"
"Gue cumam nanya. Gue pikir lo mau terjun dan bunuh diri lagi."
"Huh, gue lucu kalo lo bilang gue bunuh diri!"
"Lalu, lo mau bilang, lo didorong? Huh, konyol." Kenzo tersenyum mengejek.
"Memang konyol. Tapi, itulah kenyataannya." Ujar Ayyara. Cewek itu lalu berbalik dan berjalan. Saat tubuhnya sejajar dengan Kenzo, ia menghentikan langkahnya. "Tanyakan saja kebenarannya pada Vanya." Ujarnya lalu melanjutkan jalannya.
"Vanya? Apa maksud Ayya?" Gumam Kenzo, lalu pergi dari tempat itu.
"Lo semua liatkan? Kenzo mulai dekatin Ayya."
"Sudah pasti dia dekatin Ayya. Cewek itu sekarang berubah cantik. Kita juga mulai menyukai Ayya kan?"
"Gue ga benci dia dulu. Cuman ga berani ngelawan Kenzo, Deon sama Gian."
"Udah! Ngapain urusin Kenzo? Yang penting kita dukung Ayya sekarang! Ayo, masuk!" Siswa tersebut kembali ke kelas masing-masing.
***
Ayyara mengeluarkan motornya dari parkiran. Ia tidak bisa menunggu Deon dan Gian lagi. Mereka belum selesai juga dengan latihan musik mereka.
Ayyara membunyikan klakson motornya saat melewati penjaga gerbang. Sementara dari dalam mobil, Vanya dan Elen tersenyum senang melihat motor Ayyara keluar gerbang dan menjauh dari sekolah.
"Bersiap-siaplah! Dia sudah di perjalanan. Dia menggunakan motor matic merah. Berseragam seperti di foto." Ujar Vanya via telpon.
Ayyara melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Namun, beberapa saat kemudian, ia memelankan laju motornya saat tiga motor terparkir di tengah jalan, dan beberapa preman berdiri di samping kiri kanan motor tersebut. Ayyara menghentikan motornya, melepaskan helmnya dan bergerak turun mendekati mereka.
Astaga, mereka adalah preman-preman yang menyebabkanku kecelakaan waktu itu. Batin Ilona.
"Minggirin motor lo semua. Gue mau lewat." Ujar Ayyara.
Preman-preman tersebut malah terkekeh mendengar ucapan Ayyara. "Lo nyuruh kita minggir? Ga semudah itu." Ujar seorang preman. Suasana jalanan yang sepi memudahkan mereka menjalankan aksi mereka.
"Mending kita main-main dulu." Ujar seorang preman lagi.
"Cih. Gue ga ada waktu buat ngeladenin lo semua."
Ayyara berbalik hendak ke motornya. Namun, seorang preman dengan cepat meraih tangannya. "Mau kemana?"
"Lepasin gue!" Ayyara mengibaskan tangannya membuat pegangan preman tersebut terlepas. Ia lalu memberikan bogeman tepat di wajah si preman. Hal itu memancing preman lain untuk mendekat dan ikut melawan Ayyara. Gadis itu tidak bisa lari karena dikeliling eman preman. Ayyara tersenyum miring. Menghadapi preman-preman adalah hal biasa untuknya saat masih berada di tubuh aslinya, Ilona. Walaupun yang ia hadapi sedikit lebih banyak, ia akan tetap berusaha melawannya.
Brukk... Seorang preman jatuh dan menyentuh aspal jalanan.
Bugh... Ayyara menghantam rahang kiri si preman. Namun sebuah dorongan dari belakang membuat Ayyara terhuyung kedepan. Lututnya mengenai aspal hingga terluka.
"Lo pikir, bisa ngalahin ki..."
Bugh... Satu pukulan memotong ucapan si preman. Seorang cowok datang dan tiba-tiba menyerangnya. Si cowok memukul habis preman tersebut. Membuat mereka berlari dan menghidupkan motor mereka, menjauh dari tempat itu.
"Lo ga papa?"
"Gue... lo?" Kening Ayyara mengerut saat mendongak dan melihat siapa yang menolongnya.
"Lutut lo terluka. Ayo gue obatin." Cowok itu langsung saja menggendong Ayyara menuju mobilnya, membuat gadis itu melototkan mata dan berteriak.
"Aaaa... apa yang lo lakuin? Turunin gue! Gue bisa jalan sendiri!"
"Bawel!" Balas cowok itu. "Buka pintunya!" Perintahnya pada Ayyara. Cewek itu menurut dan membukakan pintu mobil. Cowok itu menduduki Ayyara di jok belakang, lalu mengambil kotak p3k yang disimpannya di kursi samping pengemudi.
"Lo dokter?" Tanya Ayyara saat cowok itu mencoba mengobati kakinya. Namun sayangnya, cowok itu hanya diam.
"Gue minta maaf udah panggil lo om waktu itu. Gue ga tahu kalo..."
"Udah selesai. Lo boleh keluar mobil gue!"
"Eh, lo kok malah ngusir gue? Gue kan minta maaf sama lo."
"Lo bisa jalan sendiri atau mau gue gendong lagi?"
"Gue bisa sendiri!!" Ayyara langsung keluar dan menutup pintu mobil dengan kasar, menimbulkan dentuman keras.
"Diakan yang gendong gue ke mobilnya. Kenapa dia bersikap seolah gue yang paksa masuk mobilnya dan nyuruh dia ngobatin gue? Gue minta maaf, malah di usir. Lain kali, kalo ketemu lagi, gue panggil om om aja. Atau gue panggil kakek aja sekalian. Biarin aja dia marah-marah. Biar naik tu darah sampe ubun-ubun!!" Gerutu Ayyara sembari berjalan mendekati motornya.
Ayyara meraih helm dan mengenakannya kembali. Dengan wajah cemberut, Ayyara melajukan motornya. Namun, satu hal yang membuat cowok itu tersenyum. Sebelum melajukan motornya, Ayyara membunyikan klakson motornya. Seolah sedang berpamitan pada cowok itu. Menurutnya, orang yang marah jarang melakukan hal seperti itu.
"Cewek aneh!" Gumam cowok itu.
/Rose//Rose//Rose/