Rara Depina atau biasa di panggil Rara, terpaksa menggantikan ibunya yang sedang sakit sebagai Art di ruamah tuan muda Abian Abraham.
Rara bekerja tanpa sepengetahuan tuan muda Abian. Abian yang pergi kerja saat Art belum datang dan pulang saat Art sudah pergi membuat Rara bisa bekerja tanpa di ketahui Abian.
Apa jadinya saat tak sengaja Abian memergoki Rara tengah berada di apartemennya.
Dilema mulai muncul saat diam-diam Abian mulai jatuh cinta pada pembantu cantiknya itu, dan di tentang oleh keluarga besarnya yang telah memilihkan calon buat Abian.
Akankah Abian mampu mempertahankan Rara di sisinya, cuus baca kelanjutannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Titin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
patr 10
Tubuh Rara seketika limbung saat tubuhnya menabrak seseorang dengan keras.
"Ra kau kenapa?"
"Kak, Rendra," serunya dengan tangis yang pecah seketika.
"Ra apa yang terjadi, kenapa begini!" seru Rendra panik, baju Rara tak tentu rupa, berantakan tak karuan bahkan sebagian kancing terlepas menyembulkan bukit kembarnya.
"Majikanmu yang melakukan ini?" Rara mengangguk pelan, isak tangis Rara membuat emosi Rendra semakin menjadi-jadi.
"An jing, aku bunuh ba jingan itu, beraninya dia," seru Rendra seraya beranjak pergi ke arah apartemen Abian.
"Kak," desis Rara menarik lengan Rendra.
Manik hitamnya menatap Rara, Rara berdiri dengan tubuh menggigil, bibirnya bahkan pucat tak berdarah. Emosinya mendadak hilang.
Rendra membawa Rara ke Apartemennya, Rara yang masih trauma menolak ajakan Rendra, agar dia percaya Rendra terpaksa meminta sekretarisnya datang ke apartemen. Rendra juga meminta sekretarisnya membelikan Rara sepasang baju, Rara tak mungkin pulang dengan baju koyak sebagian. Apa kata ibunya nanti.
"Ra, siapa nama bos mu," tanya Rendra dengan suara beratnya. Rara menatap Rendra dia tau tujuan Rendra menanyakan hal itu.
"Dia gak sengaja kak, dia sedang mabuk, aku yang salah, harusnya aku gak di sana sendirian," ujar Rara menjelaskan kejadian sebenarnya.
"Kamu masih bisa belain orang yang udah bikin kamu kayak gini Ra, gimana kalau kamu gak bisa lari tadi, apa kamu masih bisa bilang dia gak sengaja?!" bentak Rendra setengah emosi, bagaimana gak emosi, gadis yang diam-diam dia kagumi, di lecehkan orang, sementara menciumnya saja Rendra tak berani.
"Maaf, tapi aku tak mau kakak bertindak salah, yang penting aku selamat sekarang, masalah ini jangan di perpanjang lagi, dia sedang mabuk berat tadi," bujuk Rara, bagaimanapun dia juga salah.
"Jangan kerja di sana lagi, diamlah di rumah, fokus saja pada sekolahmu, aku akan membayar gajimu sebanyak yang di bayarkan bos mesum mu itu," ujar Rendra separuh emosi.
Rara tak ingin membantah Rendra yang sudah terbakar emosi, dia memilih mengangguk mengiyakan.
"Aku mau pulang sekarang kak."
"Baiklah aku akan antar kau pulang."
Rendra mengantarkan Rara pulang sampai depan Rumah, dia tak mau ambil Resiko Rara kenapa-napa.
Rara berhenti di depan pagar rumahnya, berbalik arah menatap Rendra yang berdiri di belakangnya.
"Udah sampai kakak pulanglah," ucap Rara perlahan dia takut terdengar ibu.
Rendra tak menyahut, matanya menatap sekeliling, terutama rumah Rara, Rumah semi permanen, dengan ukuran yang tak begitu besar, dengan pagar bambu sebatas pinggang, sangat sederhana.
"Tidurlah yang nyenyak, aku pulang dulu," bisik Rendra, ingin rasanya dia memeluk tubuh Rara erat hingga pagi menjelang, memastikan dia baik-baik saja sepanjang malam ini hingga pagi.
"Iya hati-hati kak," sahut Rara masih dengan suara pelan.
Rendra mengangguk lalu bebalik badan meninggalkan separuh hatinya disini, aku sayang kamu Ra..
Rara mengetuk pintu rumahnya perlahan, sudah terlalu malam untuk bersuara lantang, tetangganya bisa bangun, Rara tak mau itu terjadi.
"Buk," panggilnya perlahan.
Ceklek
wajah keriput ibu muncul di balik pintu, sebelah tangannya tampak mengucek matanya yang kabur karena bangun tidur.
"Kok malem nduk baru pulang?"
"Iya buk keasikan ngobrol tadi jadi lupa waktu," ujar Rara, seraya masuk kedalam rumah lalu kembali menutup rapat pintu rumahnya.
"Ya udah tidur gih dah malem, besok pagi mau sekolah," ujar ibu sambil berjalan kembali ke kamarnya.
Rara menutup rapat pintu kamarnya, merebahkan tubuhnya di ranjang, ingatannya kembali pada peristiwa di apartemen Abian.
Dia tak habis pikir, Abian bisa berubah seagresib itu saat mabuk, sikap dingin dan kakunya hilang seketika, berubah jadi buas dan agresif.
Rara memejamkan matanya, sentuhan Bian masih terasa di sekujur tubuhnya meningalkan trauma.
Apa yang akan dia katakan besok pada ibu, dia tak mau lagi masuk kerja, apa lagi melihat Abian dia belum mau.
Rara menghela nafas berat, cobaan datang silih berganti menimpanya, tapi cobaan yang satu ini dia tak berani membaginya cukuplah Rendra yang terlanjur tau.
Capek berkelana dengan angannya Rara pun terlelap membawa angannya menyelami alam mimpi.
***
Saat pamit dengan Rara Rendra tak langsung pulang, dari kejauhan manik hitamnya memindai setiap gerak Rara, hatinya begitu sakit membayangkan tubuh polos Rara disentuh orang, ingin rasanya dia melubangi kepala bos Rara dengan peluru, atau memotong tangan yang sudah lancang menyentuh wanitanya.
Rendra meninggalkan rumah Rara setelah memastikan Rara baik-baik saja. kembali ke apartement juga dia tak ingin, dia takut tak mampu menahan emosih malah mendobrak apartemen bos Rara. pilihan terakhir dia memilih hotel sebagai tempatnya pulang.
***
Bian mengerjab beberapa kali, cahaya matahari pagi yang masuk melalui cendela kamarnya tetasa menyilaukan.
Pelahan dia bangkit, duduk di tepi ranjang dengan kepala yang terasa berat.
Bian sedikit heran, kamarnya terlihat sangat berantakan, ada apa, apa dia tadi malam begitu mabuk sampai tak ingat apa yang terjadi.
Bian memungut beberapa kancing baju di atas tempat tidur, ini bukan kancing bajunya, lalu punya siapa..
"Sial," umpatnya seketika, jangan bilang tadi malam dia membawa wanita ke apartennya.
Tak ingi menebak-nebak Abian memilih membersihkan diri, baru nanti mencari tau siapa yang dia bawa tadi malam.
Abian kembali dibuat kaget saat hendak keluar kamar, pintunya terkuci dari luar, apa sebenarnya yang terjadi semalam.
Abian terpaksa menelpon sekretarisnya datang ke apartemen, membuka pintu kamarnya yang terkunci dari luar.
"Apa yang terjadi tadi malam San, kenapa kau biarkan aku pulang keapartemen dengan membawa wanita?"
"Tuan pulang tanpa sepengetahuan kami, ada yang liat tuan pulang dengan taksi, aku sendiri terkapar sampai pagi tuan."
"Sial," gerutu Abian pada dirinya sendiri yang bersikap ceroboh.
"Tunggu aku periksa cctv dulu," ujar Bian.
Mata abian nyalang menatap layar laptop di depannya, saat memeriksa rekaman cctv sosok Rara tampak memapah tubuhnya bersama seorang pria paruh baya, dan dua temannya.
tak berapa lama, teman Rara dan pria paruh baya keluar dari kamarnya. Cukup lama baru terlihat Rara berlari keluar kamarnya dengan keadaan yang terlihat tidak baik-baik saja.
"Oh good!"
Apa yang dia lakukan, ya tuhan apa yang terjadi dengan Rara, dia harus menemui Rara bertanya apa yang terjadi tadi malam, dia sama sekali tak bermaksud melakukan hal bodoh bersama wanita yang memenuhi hayalannya sepanjang malam.
**
Halte bis di jam segini memang lagi ramai-ramainnya calon penumpang, salah satunya Rara, hari ini dia sedang ingin sendiri, tidak ingin pulang apalagi kerja, niatnya cuma satu mengelilingi kota dengan bus way sampai menjelang malam, dengan handset di telinga Rara seperti asik dengan dunianya sendiri.
Bus yang di tunggu akhirnya datang dengan masih memakai seragam putih abu-abu Rara melangkah masuk kedalam bus.
Rara sama sekali tak curiga dengan orang-orang yang bersamaan masuk bersamanya, hingga seseorang menggengam jemarinya membawa langkahnya duduk di salah satu kursi di bus ini.
"Tuan Bian," ujar Rara gemetar. dia berusaha melepas genggaman Bian tapi tak berhasil.
"Ra please, kita perlu bicara, aku harap kua bisa sedikit tenang, saat ini aku tak ingin melakukan apapun padamu."
Ara bergeming, tubuhnya gemetar ketakutan. Perlakuan Bian tadi malam masih meninggalkan trauma. Apalagi Bian menyentuhnya dengan kasar saat ini, mengingatkannya pada perlakuan Bian malam tadi.
.
Happy reading.
jangan lupa tingalin jejak ya readers 🙏🙏🥰