”Elden, jangan cium!” bentak Moza.
”Suruh sapa bantah aku, Sayang, mm?” sahut Elden dingin.
"ELDENNN!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Felina Qwix, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9 - Lexy Dikick
Moza akhirnya terpaksa keluar dengan bare facenya. Itupun juga terlihat sangat cantik. Sampai di depan, ada Lexi. Ceweknya Zon.
"Hai," sapanya kepada Moza.
"Hai."
Lexi memandang sinis ke arah Moza, tapi Zon segera mencairkan suasana. "El, gue udah selesaikan daging barbequenya,"
"Okay." Tatap Elden dingin ke arah Lexi.
Zon menyadari kalo Elden tidak suka dengan sikap kekasihnya. Pria itu tak enak sendiri. Tapi, Lexi malah nyerocos.
"Jadi, bini lo sebatas ini? Gue kira bakalan sewow artis Korea," remeh Lexi. Elden yang berada di pinggir Moza langsung tertawa sinis. "Kenapa lo jadi atur hidup gue?" tanya Elden. "Siapa lo? Gue kira cewek Zon juga bakalan cantik, taunya cuma sebatas bungkus rokok." Sarkas Elden.
"Elden!" Sahut Lexi kesal.
"Kenapa? Ada masalah? Makanya jangan koreksi apa yang jadi punya gue. Karena lo juga cuma sebatas imitasi." Cecar Elden. Pria itu menatap tak suka sembari sibuk dengan ponselnya.
Jagur sang asisten Elden tiba-tiba saja datang. "Nona Lexi dipersilakan untuk pulang. Bisa saya antarkan."
Seketika Lexi menoleh.
"Gak, gue masih mau ikut party!" Kesal Lexi.
"Tapi, Tuan Muda tidak nyaman dengan sikap Anda. Jadi wewenang beliau tak bisa saya elakkan."
"Elden, gue mohon, gue minta maaf." Sahut Lexi dengan memohon.
"Sujud ke bini gue." Tekan Elden dengan wajah datarnya. Matanya penuh dengan perintah mematikan. Tapi, Moza segera menolak. "Elden, gak usah berlebihan! Gue gak papa kok."
"Sujud. Atau lo pulang." Titah Elden tak peduli.
Zon tak bisa membela. Karena dia hanya anggota Jehuda yang sepenuhnya berporos pada Elden.
"Cih, gue pulang aja." Lexi mencebik, gadis itu lantas pulang dan menarik dirinya. Mengambil totte bag yang lumayan besar miliknya. Elden pun tersenyum sinis.
"Jagur, antarkan ke pintu keluar!" titah Elden dingin.
Lexi hanya menghentakkan kakinya kesal, sembari bergumam tanpa kata. Zon juga tak berani menyela apapun. Moza pun duduk di samping Elden.
"Kenapa sih lo harus berlebihan banget?" tanya Moza. Elden tak berkata apapun, pria itu hanya beranjak bersama benda nikotin di mulutnya. Sementara Zon dan Niel langsung saja meminta maaf.
"Za, lo jangan salahkan Elden please. Ini salah gue udah bawa cewek chaos macam dia. Elden udah bener kalo dia lindungi lo." Zon menghela napasnya berat, penuh rasa bersalah.
Moza hanya menunduk. "Tapi, secara realita, gue emang gak ada apa apanya dibandingkan dengan keluarga elit Elden." Sahutnya. Dan saat itu, Moza tak perlu berdebat apapun dengan Zon, karena Elden menggendong dirinya secara dadakan.
"Gue gak suka lo jadi suka nantang gue. Kalian bisa makan, bisa party. Gue mau urus bini gue dulu."
"Siap Bos!" Sahut Nimbuz.
Baru dua langkah Elden melangkah diiringi dengan Moza yang memohon agar diturunkan, Zon menyela.
"Maafin gue, El. Gue kira, cewek baru gue gak akan buat ulah di sini."
Elden hanya menoleh sejenak lalu pergi tanpa kata. Sementara, Moza masih mengetuk ngetuk bahu Elden karena dirinya dibawa ala karung beras, kakinya meronta-ronta tapi tak pernah Elden gubris.
Sampai di kamar.
Moza diturunkan.
"Gue udah bilang kan, gue mau lo bisa lebih sabar, bisa manusiawi dikit!" Protes Moza. Elden pun tersenyum penuh tatap ke arah Moza. Semakin lama, tubuh kekarnya mendekat ke arah Moza hingga gadis itu berada di bawah tubuh kekarnya.
"Manusiawi kah kalo bini gue sendiri di rendahkan, terus gue diem, mm?" tanya Elden, sorot matanya menajam ke arah Moza. Gadis yang sudah gugup itu hanya bisa tersenyum getir.
"G-gue kan realitanya-"
"Realitanya, lo menantu keluarga Pitch. Dan gak sembarang orang bisa jadi bagian anggota keluarga. Mama gue yang milih. Dan mama, bukan orang sembarangan. Wajar, sayang, kalo gue marah, ya kan?"
Seketika Moza bungkam.
"Kalo gue bela lo mati matian, lo gak usah jadi berkesan gue seolah olah pelaku kejahatan, bisa?"
Ancaman ini bukan berkesan mengerikan, tapi cukup membuat jantung Moza berdegup kencang. Secara tak langsung, Elden sekarang mulai memusatkan segala bentuk perlindungannya pada Moza seorang.
"Gue mau, lo dihukum. Karena lo udah buat gue marah." Tegas Elden. Suaranya rendah, tapi sanggup membuat Moza tak bergeming. Kecupan lembut itu tanpa basa-basi menempel di bibirnya.
Memberikan sensasi yang membuat Moza tak bisa mengelak, bahwa dibawah kendali Elden semuanya membuat Moza candu.
Kedua tangan Elden, merengkuh dua tangan Moza yang terdampar di atas bed cover berwarna hitam metalik itu.
Saat ciuman itu beralih ke ceruk lehernya, Moza merasa dirinya dikuasai sepenuhnya oleh laki laki yang harusnya ia benci karena telah membuatnya melupakan status sebagai lajang. Tapi, naifnya Moza malah tak bisa melawan, bukan tak bertenaga tapi bodohnya suka.
Sssh.
Desisan kecil itu muncul begitu saja dari bibirnya. Elden pun masih tak henti bersemayam di ceruk lehernya.
"Ampun atau gak?"
"G-sssh... Gue gak salah."
"Salah, Sayang."
"Salahnya dimana?"
"Kamu itu bodoh mau direndahkan." Tegas Elden, suara rendahnya membuat Moza tak bergeming, apalagi tangan kekar itu lagi-lagi berani bergerilya di atas melon freshnya.
"Tadi, aku udah kasih sesuai perjanjian, boleh masuk?" tanya Elden lagi. Kata-kata ini berhasil membuat Moza bungkam, memerah dan gusar di waktu bersamaan.
"....aku gak tau."
"Kenapa? Takut sakit ya?" Ledek Elden.
Moza mengangguk lemah. Pria itu lantas mengangkat tubuh kekarnya, beradu tatap sejenak dengan istrinya, "Lain kali, jangan mau direndahkan. Kamu istri aku."
"Aku cuma merasa gak layak."
"Mau dihamilin biar layak, mm?" Tekan Elden lagi.
Moza tak berani menyanggah, pertanyaan ini tentunya akan menjadi buah simalakama baginya.
"Aku mau sama temen temen dulu, kamu di kamar. Kalo ada apa apa, kabarin aku." Tegas Elden yang membuat Moza tak bersuara.
"Jangan keluar tanpa izin." Pesan Elden sebelum keluar ruangan dia juga tersenyum manis, wajah tampannya cukup membuat Moza berdegup hebat.
Ini baru semalam saja dia bersama Elden bagaimana kalau sebulan? Kenapa pesona pria itu sungguh memabukkan? Kenapa juga seorang Moza begitu gampang didominasi oleh Elden? Apakah Moza mulai suka?
Gadis itu geleng geleng kepala. Berusaha menolak perlakuan Elden. Tak lama ponselnya malah bergetar, ada pesan dari mama mertuanya.
Tante Anera |
Moza, gimana di apartemen bareng anak Tante? Oh ya, Tante mau, Moza bisa buat Elden gak tidur malam, berhenti merokok dan berhenti tawuran atau balapan motor. Kalo Moza bisa lakuin itu, Tante bakalan kasih Moza hadiah.
Moza terdiam sejenak.
Memang sejak kecil, Moza kurang suka dengan pria perokok. Dan tak ada salahnya kan, kalo Moza diberi tugas seperti ini oleh mama mertuanya?
Gadis itu lantas beranjak keluar ruangan. Melihat Elden yang tengah merokok santai dengan kakinya yang disilangkan.
"Kalo kamu masih ngerokok, aku mau pulang." Ancam Moza tiba-tiba.