NovelToon NovelToon
Dua Akad Satu Cinta

Dua Akad Satu Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Poligami / Penyesalan Suami / Konflik etika / Tamat
Popularitas:333.1k
Nilai: 4.8
Nama Author: mama reni

Tiga Tahun berumah tangga, Amanda merasa bahwa pernikahannya benar-benar bahagia, tapi semua berubah saat ia bertemu Yuni, sahabat lamanya.

Pertemuan dengan Yuni, membawa Amanda pergi ke rumah tempat Yuni tinggal, dimana dia bisa melihat foto pernikahan Yuni yang bersama dengan pria yang Amanda panggil suami.

Ternyata Yuni sudah menikah lima tahun dengan suaminya, hancur, Amanda menyadari bahwa dia ternyata adalah madu dari sahabatnya sendiri, apakah yang akan Amanda lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Sembilan

Sore harinya, seperti janjinya Azka pergi ke restoran yang telah ditetapkan. Jalannya pelan seperti orang yang enggan.

"Jika bukan karena Nathan, aku tak akan mau hadir dan bertemu kamu lagi, Yuni," ucap Azka dalam hatinya.

Azka menggunakan kemeja putih yang rapi, kontras dengan wajahnya yang tampak lelah tapi matanya berkilat penuh arti. Begitu pandangannya menangkap sosok kecil yang berlari ke arahnya, seolah semua kelelahan lenyap begitu saja.

“Ayah!” Suara itu melengking ceria. Seorang bocah laki-laki berlari sambil membawa balon di tangannya.

Azka langsung berjongkok dan membuka kedua lengannya. “Nathan!” teriaknya pelan, suaranya parau menahan haru. Dalam sekejap, tubuh kecil itu sudah berada dalam pelukannya. Azka memeluk putranya erat-erat, menutup mata sejenak, menikmati detak jantung kecil yang begitu dirindukannya.

“Aduh, kamu makin besar aja, Nak …,” ujar Azka sambil mencium rambut Nathan. Anak itu tertawa kecil, membalas pelukan ayahnya tanpa tahu ada air mata yang nyaris jatuh dari sudut mata pria itu.

Sementara itu, di meja tak jauh dari mereka, Yuni berdiri dengan senyum kecil di wajahnya. Ia menatap pemandangan itu dengan perasaan campur aduk, merasa senang, tapi juga hampa. Azka memang datang. Tapi bukan untuknya.

Ketika tatapan mereka akhirnya bertemu, Azka hanya mengangguk singkat. Tanpa senyum, tanpa sapaan hangat seperti yang biasa dilakukan seorang suami. Tatapan dingin, kaku, seolah mereka hanya dua orang asing yang kebetulan berada di ruangan yang sama.

“Terima kasih, Mas. Kamu mau datang menepati kanjimu,” ucap Yuni pelan, suaranya nyaris tak terdengar.

Azka hanya membalas datar, “Semua demi Nathan.”

Ia kemudian menatap kembali Nathan, seakan-akan hanya anak kecil itulah alasan ia datang ke sini.

"Apa pun alasan kamu datang, aku tetap berterima kasih. Apa lagi jika kamu mau menginap. Nathan pasti akan sangat senang," ucap Yuni.

"Jangan jadikan Nathan alasan untuk kamu mengikatku! Selama ini aku selalu saja menuruti apa maunya."

Dari sudut lain restoran, seorang wanita memperhatikan semuanya dalam diam. Dialah Amanda.

Ia duduk di kursi dekat jendela, di balik pot tanaman hias yang cukup tinggi menutupi tubuhnya. Di tangannya, ponsel kecil menyala, kamera sudah merekam sejak Azka masuk.

Dari kejauhan, Amanda bisa melihat jelas bagaimana Azka memperlakukan anak kecil itu dengan penuh kasih, tapi sama sekali tak menatap istrinya. Ada jarak yang lebar di antara mereka, dingin dan kaku.

“Akhirnya aku lihat sendiri,” gumam Amanda lirih. "Maaf, Mas. Video ini akan aku jadikan sebagai kado pernikahan ketiga kita nanti. Aku mau tau apa yang akan kau katakan!"

Senyumnya miris. Hatinya terasa seperti remuk pelan-pelan, tapi bersamaan dengan itu, ia juga merasa lega. Karena kini semua potongan teka-teki mulai jelas: Azka tidak pernah sepenuhnya meninggalkan masa lalunya, tapi ia juga tidak pernah benar-benar hidup dalam rumah tangga yang lain.

Ia hanya tersesat di dua dunia. Dan Amanda lah yang harus menemukan jalan keluar. Dia harus meninggalkan rumah tangga yang penuh kepalsuan ini. Dia tak mau Azka makin menyakiti hati sahabatnya.

Nathan masih memegang balon di satu tangan, sementara tangan lainnya menggenggam jari Azka erat-erat. Bocah itu tersenyum sumringah, menatap ayahnya seolah dunia hanya berisi mereka berdua.

“Ayah, aku tadi main sama Bunda! Lihat, Bunda beliin aku mobil-mobilan baru!” ucap Nathan dengan riang.

Azka menatap anak itu, bibirnya menegang sejenak sebelum akhirnya tersenyum juga. “Wah, bagus sekali. Kamu memang anak Ayah yang hebat,” ujarnya sambil mengacak rambut Nathan. Tatapan itu lembut hanya untuk anaknya.

"Ayah kapan pulang ke rumah?" tanya Nathan. Yuni tampak menarik napas mendengar pertanyaan anaknya.

"Seminggu lagi nenek akan menjemput Nathan. Kita bisa bermain bersama di rumah nenek," ucap Azka.

"Betulkah, Ayah? Jadi aku akan kerumah nenek?" tanya bocah itu lagi.

Azka mengangguk sebagai jawaban. Nathan selalu antusias setiap kali mendengar akan dijemput sang nenek. Itu berarti akan banyak waktu untuk dia dan sang ayah.

Azka memeluk putranya dan mencium pucuk kepala bocah itu. Senyumnya tampak sangat tulus. Namun, begitu pandangannya terarah sedikit ke sisi lain, ke arah Yuni yang sedang menata piring di meja, sorot matanya kembali dingin. Hampa.

Yuni berusaha tersenyum, walau jelas terlihat canggung. “Mas mau pesan apa? Di sini steak-nya enak. Nathan suka banget,” ucapnya mencoba membuka percakapan.

“Bebas aja. Aku ikut kamu aja,” jawab Azka pendek. Ia lalu beralih menatap Nathan lagi, seolah kalimat barusan tak pernah diucapkan.

Amanda yang menyaksikan dari jauh menggigit bibir. Ada luka aneh yang menusuk. Ia tahu Yuni tak bersalah, melihat wajah sahabatnya itu berusaha keras untuk mendapat sedikit perhatian dari suaminya terasa menyakitkan untuknya.

Amanda merasa dialah penyebab luka yang Yuni rasakan. Seandainya dia tak hadir dalam rumah tangga mereka, mungkin Azka bisa membuka hatinya. Dia merasa cinta yang dingin itu bukan karena Azka benci pada Yuni, tapi karena hati pria itu terisi olehnya.

Pelayan datang membawa kue ulang tahun kecil dengan lilin-lilin menyala. Nathan bersorak senang.

“Ayah, tiup lilin bareng ya," ajak Nathan.

Azka langsung berdiri di belakang anaknya, membungkuk sedikit. Ia meletakkan kedua tangannya di bahu Nathan, senyumnya tulus.

“Yuk, Nak. Tiga … dua … satu .…” Mereka meniup lilin bersamaan.

Yuni menatap keduanya. Senyum tipis di wajahnya tidak bisa menyembunyikan matanya yang basah.

Bagi orang lain, mungkin itu momen indah keluarga. Tapi bagi Yuni, setiap detik kebersamaan seperti ini selalu terasa seperti hutang yang harus dibayar dengan kesepian di hari-hari lain.

Dan bagi Amanda, yang melihat semuanya dari jauh, momen itu justru terasa seperti penegasan dari takdir, cinta yang dia pertahankan selama ini ternyata dibangun di atas patahan dua hati, dirinya dan Yuni.

Ia memegang erat ponselnya, merekam setiap senyum dan pelukan itu.Tapi kali ini bukan untuk menyakiti siapa pun.

Hanya agar ia punya bukti jika rumah tangganya harus berakhir, bukan karena pertengkaran, tapi karena kebenaran yang tidak bisa disangkal lagi.

Setelah lagu ulang tahun selesai, Nathan mulai sibuk dengan hadiahnya. Yuni menatap Azka, mencoba berbicara lagi.

"Mas, dua bulan lagi Nathan harus sekolah, kenapa kamu tak mengurus kartu keluarga juga. Atau aku yang urus, kamu berikan saja fotocopy KTP," ucap Yuni.

Azka terlalu tertutup dengannya. KTP saja pria itu tak pernah mau memberikan pada Yuni.

"Tunggu saja. Atau masukan sekolah swasta saja!" jawab Azka datar.

"Mas, ini menyangkut Nathan. Kamu tak bisa begini terus. Aku mengurus sendiri kamu larang, menunggu kamu sampai kapan?"

Suara Yuni yang agak meninggi membuat Nathan terkejut. Dia memandangi bundanya.

"Bunda marah sama ayah?" tanya Nathan.

Pertanyaan Nathan itu membuat Azka memandangi istrinya dengan tatapan tajam. "Kau selalu mengajari aku untuk bersikap baik di depan Nathan, sedangkan kau sendiri tak bisa menahan diri. Aku muak dengan semua ini!"

Yuni tampak menarik napas. "Mas, aku bisa bersabar dengan apa pun yang kamu lakukan. Tapi kalau sudah menyangkut Nathan aku tak bisa. Aku mohon kamu urus secepatnya. Kalau tak aku datang ke rumah ibu dan meminta dia mengurusnya!"

Azka lalu berdiri. Dia memeluk putranya dan mengecup dahinya.

"Ayah harus pergi lagi. Minggu depan nenek dan kakek menjemput. Ayah janji akan bawa kamu ke arena bermain sebagai hadiah ulang tahun," ucap Azka.

"Ya, Yah." Nathan menjawab singkat.

"Mas, apa kamu tak bisa menunggu sesaat saja. Kamu sudah ke kota ini, tapi tak adakah niatmu untuk menginap di rumah!"

"Aku sibuk. Lain kali aku menginap!"

Azka kembali mengecup dahi anaknya. Dia lalu melangkah pergi meninggalkan anak dan istrinya. Yuni tak bisa berkata apa-apa. Bibirnya terasa kelu.

Saat Azka berjalan menuju pintu keluar, dia sempat memandang ke samping tempat Amanda berada, tapi istrinya itu telah bersembunyi terlebih dahulu.

"Seperti wangi parfum Amanda, tapi tak mungkin dia juga ada di sini," ucap Azka sambil berjalan menuju mobil.

Manda melihat kepergian suaminya. Dalam hatinya berkata, "Tunggu saja hadiah dariku ini, Mas. Bagaimana nanti kamu memberikan alasan padaku. Selama tiga tahun kamu telah membohongi aku!"

1
Apriyanti
terimakasih thor 🙏
Sugiharti Rusli
memang sih si Yuni mencoba berusaha karena dia merasa mertuanya mendukung nya penuh agar bisa utuh lagi bersama Azka,,,
Sugiharti Rusli
apa mereka semua ga ada yang notice yah, apa fisik si Azka tidak berubah karena penyakitnya
Sugiharti Rusli
tentang suami kamu yang masih menyimpan rahasia, itu benar sekali Yun bahkan kalo suatu saat terbuka pasti akan menimbulkan luka mendalam bagi semua
Sugiharti Rusli
entah si Azka akan bertahan sampai berapa lama dengan penyakitnya yah,,,
Sugiharti Rusli
walo sekarang mereka sudah berpisah, sepertinya itu ga jadi masalah buat Azka buat tetap mencintai Amanda dengan caranya,,,
Sugiharti Rusli
sepertinya kamu tidak usah berharap banyak Yun, karena sampai menutup mata hati si Azka sudah terpatri buat Amanda
Sugiharti Rusli
entah kalo nanti keluarganya tahu tentang hal ini yah,,,
Sugiharti Rusli
pantas saja dia sampai terpukul seperti itu saat si Amanda pergi dulu yah, karena dia selama ini menyimpan penyakitnya
Sugiharti Rusli
lho ternyata si Azka menyimpan sesuatu yang hanya Tuhan, dirinya dan dokter yang tahu penyakitnya yah ternyata
Sugiharti Rusli
memang yah mungkin kalo posisinya dibalik, mungkin banyak yang bersikap sama seperti Yuni
Sugiharti Rusli
bahkan si Yuni marah ke si Azka hanya sekedarnya saja yah, dia ga mau mengakui kalo sang suamilah yang kecintaan sama si Amanda,,,
Sugiharti Rusli
karena sedari awal yang harus disalahkan memang kamu Manda di sini bagi Yuni
Sugiharti Rusli
apa Davino yang datang, ko dia bisa tahu keberadaan Amanda di sana
Sugiharti Rusli
kalo yang melihat dari luar seperti Yuni tadi pasti juga akan suuzhon jadinya melihat adegan tadi
Sugiharti Rusli
memang seharusnya baik Amanda maupun Azka tadi sudah jaga jarak yah, karena mereka sudah bukan suami-istri lagi
Sugiharti Rusli
sepertinya jurang kesalahpahaman yang terjadi dengan Yuni akan semakin melebar
Sugiharti Rusli
walo dia katakan di pesan akan berpamit secara benar, tapi kalo orang melihatnya kan dia tidak seperti itu,,,
Sugiharti Rusli
benarkan si Amanda membuat keputusan salah yang akan dia sesali kelak sih ini,,
Sugiharti Rusli
entah apa nanti yang akan Yuni lakukan melihat pertemuan mereka yah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!