Kepercayaan Aleesya terhadap orang yang paling ia andalkan hancur begitu saja, membuatnya nyaris kehilangan arah.
Namun saat air matanya jatuh di tempat yang gelap, Victor datang diam-diam... menjadi pelindung, meskipun hal itu tak pernah ia rencanakan. Dalam pikiran Victor, ia tak tahu kapan hatinya mulai berpihak. Yang ia tahu, Aleesya tak seharusnya menangis sendirian.
Di saat masa lalu kelam mulai terbongkar, bersamaan dengan bahaya yang kembali mengintai, mampukah cinta mereka menjadi perisai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CutyprincesSs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Aleesya melangkah dengan kaki yang terasa berat, bahkan dadanya sekarang mulai sesak. Air matanya lolos begitu saja tanpa permisi, sorot netranya mulai memancarkan kepiluan tapi wajahnya tetap datar bahkan tangannya kini hanya gemetar.
Sedangkan suasana tempat makan saji itu mendadak hening, ia yang menangis seolah menjadi sorotan utama orang-orang dengan tatapan ingin tahu.
Aleesya sudah berdiri di antara Maxime dan Vira. Kekasih gelap Maxime itu menegang saat kepalanya spontan mendongak untuk melihat siapa yang datang, tapi langsung menunduk tak berani melihat Aleesya yang sudah menangis dalam diam. Begitupun dengan Maxime yang gelagapan meletakkan burger, seperti maling tertangkap basah.
"Wah... pemandangan apa ini? Sandiwara apa yang kalian mainkan di belakangku? Maxime... Vira?" tanya Aleesya berusaha tak runtuh. "Aleesya, aku bisa jelaskan! Ini bukan seperti yang kau pikirkan-" perkataan Maxime berhenti saat Victor mencengkeram kerah bajunya. " Lalu kau akan bicara apa berengsek?! Kau masih ingin menutupi perselingkuhan dengan sekertarismu ini?! Bajingan!" Victor memukul rahang Maxime dengan kuat, membuat Aleesya maupun Vira sama-sama terkejut.
Vira lantas bangun dan menolong Maxime, "Apa yang kau lakukan?! Kami sudah berkencan selama satu tahun dan akan segera menikah!” perkataannya justru membongkar aib yang selama ini sudah tertutup rapat. Mendengar itu, Aleesya spontan melayangkan tamparannya mengenai pipi kanan Vira. "Lancang! Wanita macam apa kau, Vira?! Kau merebut Maxime dan akan menikah dengannya? Dasar murahan!"
"Sya! Hentikan! Kau menyakiti ibu dari anakku." Maxime berdiri di depan Vira untuk melindungi kekasih gelapnya itu. Tanpa sadar pertengkaran mereka ini sudah menimbulkan kehebohan dan membuat orang-orang menyaksikan secara langsung. Victor menggenggam erat tangan Aleesya yang terasa begitu dingin, ia ingin wanita itu tahu bahwa dirinya tak sendirian.
"Max? Kau...? Jadi Vira hamil anakmu?! Max ku benar-benar keterlaluan! Apa salahku sampai kau tega melakukan ini di belakangku Maxime??? Kau jahat!" Aleesya menangis, pertahanannya runtuh setelah memukuli dada kekasihnya. Nadanya sangat menyedihkan bahkan para wanita muda yang ada disana merasa iba dan menatap Aleesya penuh simpati. Diam-diam juga ada yang merekam kejadian itu sambil mengutuk perbuatan CEO Lenz Property bersama sekertarisnya itu.
Victor tak tahan, ia menarik Aleesya sambil memeluknya erat, membiarkan wanita itu puas dengan tangisannya. "Sya... air matamu tak pantas untuk menangisi bajingan seperti dia!" Victor menatap Maxime penuh amarah, "jelaskan padanya bodoh!" ia berteriak, tak terima Aleesya mendapat ketidakadilan seperti ini.
Dada Maxime naik turun, ia merasa hancur melihat kekasihnya mengamuk atas perbuatannya, tapi dia juga dalam posisi tidak bisa meninggalkan Vira, wanita yang tengah mengandung darah dagingnya sendiri. Maxime menunduk dan diam beberapa saat. Suaranya bergetar dan ia berbicara dengan hati-hati. "Karena Aleesya selalu menghindar sewaktu aku mengajaknya menikah! Aku ingin segera memiliki anak, namun dia berkata masih belum siap dan masih ingin bebas."
"Kau bisa mengakhiri hubungan kita dan menikah dengan wanita ini, Maxime... kau tidak harus mengkhianatiku. Di luar aku selalu membanggakanmu, bahkan aku tidak percaya dengan ucapan Victor yang bilang jika kau selingkuh! Rasanya sungguh sakit sekali, Maxime..." Aleesya berkata dengan terbata-bata, ia menarik napas sambil menenangkan diri namun sulit. "aku mencoba mempercayaimu, tapi ini balasanmu." Aleesya menatap Vira, tatapannya tajam dan menusuk, " dan kau Vira... selamat mau sudah berhasil menghancurkan hubungan orang. Ku harap anak kalian sehat dan tidak kurang apapun. Terima kasih!" Ia mengakhiri ucapannya dengan tangisan, tak peduli tatapan orang yang melihatnya kasihan. Aleesya menggigit lengannya untuk meredam air matanya.
’Cintaku padamu telah mati malam ini, Maxime.’ batinnya berbicara mengalahkan semua rasa sesaknya.
Victor menatap Aleesya yang menangis tanpa suara. Ada bara di dadanya yang tak lagi bisa ia padamkan. Setelah memastikan sahabat kecilnya itu pergi, Victor lantas menghajar Maxime seperti kesetanan, hingga wajah tampan mantan kekasih Aleesya itu lebam kebiruan disertai darah yang keluar dari hidung dan sudut bibirnya karena robek. Suara hantaman terdengar keras hingga membuat minuman di meja sebelah tumpah "Ku peringatkan kau Maxime! Kau akan menyesal karena telah memilih wanita ini daripada Aleesya!" teriaknya setelah puas membuat Maxime lemas dan tergeletak di lantai dingin McD, ia bahkan menunjukkan jari tengahnya lalu pergi menyusul Aleesya.
Sedangkan Vira bersusah payah menolong Maxime dengan meminta bantuan orang di sekelilingnya tapi hanya beberapa yang menolong karena mereka yang ada di sana tahu bahwa kedua pasangan ini adalah kekasih gelap yang sudah membuat patah hati seorang wanita. Terlebih citra Lenz Property akan memburuk setelah ini.
Aleesya menangis hebat di dalam mobil, hatinya benar-benar sakit karena melihat pengkhianatan Maxime. Ia tidak menyangka, Maxime tega membodohinya selama satu tahun terakhir. Bahkan ia tak curiga sama sekali.
Pintu mobil terbuka, Victor masuk dan memeluk Aleesya erat-erat. "Menangislah sepuasmu... aku disini, Sya." mendengar suara Victor, isakan Aleesya semakin keras. "Kau benar, Vic... aku benar-benar bodoh! Maxime bajingan!" wanita itu membenamkan wajahnya di dada Victor. Victor hanya diam dan mengelus punggung Aleesya dengan lembut.
"Ku pikir... dia benar-benar berbeda! Ku pikir... ah sial!!" Aleesya terus meracau, Victor lantas menatap matanya, sorotnya menyiratkan ketegasan sekaligus kelembutan, ia mengusap airmata yang terus membasahi kedua pipi Aleesya. "Lupakan dia. Besok kirimkan surat pengunduran dirimu, akan aku temani. Aku akan membuat dia menyesal karena sudah meninggalkanmu, Sya. Aku janji!" nadanya begitu yakin, membuat Aleesya sedikit tenang di tengah badai yang baru saja ia terima.
Aleesya menunduk, tak berkata apapun dan menangis lagi memegangi dadanya, sesekali memukulnya. "Ini sakit sekali Victor!" isakannya masih terdengar, tangan kanan yang ia gunakan untuk memukul dadanya terhenti oleh tangan Victor. "Berhenti, Sya! Kau bisa menyakitinya! Kita pulang sekarang!" Pria itu segera menyalakan mesin lalu kembali ke rumahnya dengan emosi yang masih tinggi.
Jalanan sekitar disana seolah menjadi saksi bisu atas perjanjian Victor yang akan membuat hidup Maxime hancur.
***
Gila sih Maxime, parah
Siapa yang awalnya dukung Maxime sama Aleesya langgeng? Vira jadi orang ketiga ges, gak nyangka sih