NovelToon NovelToon
Dibuang Mokondo Diambil Pria Kaya

Dibuang Mokondo Diambil Pria Kaya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Percintaan Konglomerat / Anak Lelaki/Pria Miskin / Playboy
Popularitas:865
Nilai: 5
Nama Author: manda80

"Sella jatuh hati pada seorang pria yang tampak royal dan memesona. Namun, seiring berjalannya waktu, ia menyadari bahwa kekayaan pria itu hanyalah kepalsuan. Andra, pria yang pernah dicintainya, ternyata tidak memiliki apa-apa selain penampilan. Dan yang lebih menyakitkan, dia yang akhirnya dibuang oleh Andra. Tapi, hidup Sella tidak berakhir di situ. Kemudian dirinya bertemu dengan Edo, seorang pria yang tidak hanya tampan dan baik hati, tapi juga memiliki kekayaan. Apakah Sella bisa move on dari luka hatinya dan menemukan cinta sejati dengan Edo?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon manda80, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Darimana Kamu Tahu?

Sella merasakan semua ototnya mengeras. Ia tidak lagi peduli dengan berlian atau tuduhan legal lainnya. Gelar “Wanita Bucin Terbaik” yang dilontarkan Hartono bagaikan cap yang baru saja dicetak di keningnya, di depan pria yang ia cintai dan hormati. Itu adalah pengingat betapa bodoh dan naifnya ia dulu, label yang Andra sematkan padanya karena ia rela memberikan segalanya, bahkan kunci aset pribadi, demi mempertahankan ilusi cinta.

Ia mendongak, mencoba menemukan reaksi di mata Edo. Ekspresi CEO itu sulit dibaca, tetapi kejutan jelas terukir di sana. Hartono telah berhasil menginterogasi Edo dan Sella, bukan tentang kasus hukum, tetapi tentang detail paling intim dari hubungan gelap Sella di masa lalu.

“Pak Hartono,” potong Edo, suaranya kini kembali tenang, berbahaya. “Saya rasa Anda sudah melenceng jauh dari tujuan awal kita. Kita membahas transaksi ilegal Andra. Villa Kenangan Lama, Bima, kunci gadai, itu semua adalah informasi spekulatif yang menyerang kehormatan tunangan saya.”

Hartono terkekeh, menyilangkan tangannya di dada. “Oh, ini sama sekali bukan serangan personal, Edo. Ini hanya penemuan. Jika aset properti itu dijamin oleh kunci yang dipegang Nyonya Sella, berarti Nyonya Sella mungkin mengetahui keberadaan aset-aset lain yang kami cari.”

Sella harus membalas. Diam adalah pengakuan. Ia mengambil napas dalam-dalam. "Saya tidak tahu dari mana Bapak mendapat informasi fiksi semacam itu. Kunci apa yang saya gadai? Bapak berbicara seolah-olah saya ini kaki tangan Andra.”

Adrian, putra Hartono, ikut menimpali. “Sella, semua orang tahu Anda dan Andra dekat. Kami punya bukti visual bahwa kalian sering ke villa itu. Dan sumber kami sangat yakin Anda adalah ‘wanita bucin’ yang ia maksud. Mengapa sulit sekali mengakui kontak itu?”

“Hubungan pribadi sudah lama berakhir, Adrian,” ujar Edo, matanya mulai memancarkan kemarahan. “Sejauh ini, yang Hartono sajikan hanyalah rumor pasar gelap dan gosip mantan kekasih, yang jelas tidak bisa dijadikan alat bukti. Bisakah kita kembali ke topik? Atau saya akan mengakhiri pertemuan ini dan kita bisa lanjutkan di pengadilan dengan tim legal masing-masing.”

Hartono mengangkat kedua tangan, menunjukkan gerakan damai. “Baiklah, baiklah. Saya tahu Anda tidak ingin merusak malam yang indah ini, Edo. Tapi perlu Anda ketahui, Sella, villa itu adalah tempat persembunyian Andra. Kunci yang ada di tangan wanita yang Andra sebut 'bucin' adalah akses ke sisa harta curian kami. Jika Anda tahu di mana kuncinya, Anda akan menyelesaikan kasus kami dalam sekejap.”

Jantung Sella berdetak kencang. Villa itu. Ya, ia pernah punya kuncinya, bahkan ia ingat tempat Andra menyimpannya dulu. Namun, kuncinya telah hilang atau mungkin sudah diambil kembali oleh Andra setelah mereka putus. Ia tidak mungkin mengakui detail yang akan menghubungkannya secara langsung dengan lokasi persembunyian aset ilegal itu.

“Pak Hartono, sekali lagi saya tegaskan. Saya adalah mantan vendor, bukan kaki tangan kriminal. Kalau Andra memang menipu orang-orang, itu urusan dia, bukan saya,” bantah Sella tegas, namun tangannya meremas pahanya di bawah meja.

“Lalu, bagaimana dengan Bima?” desak Hartono, mencoba satu kali lagi. “Andra menggunakan nama Bima untuk mengurus semua aset tersembunyi. Kami menemukan percakapan di mana Andra memberi instruksi untuk melindungi 'Wanita Bucin Terbaik'-nya. Apakah itu terdengar seperti hubungan vendor biasa?”

Sella memaksakan dirinya tersenyum kecil, membiarkan Hartono percaya bahwa ia menangani tuduhan ini dengan anggun. “Dengar, Hartono. Andra bisa memanggil saya apa saja, 'wanita bucin', 'ratu penipu', 'gajah terbang' sekalipun. Saya tidak peduli. Saya sudah lama berpisah dengannya, dan sejak bertemu Edo, saya menjalani hidup yang sangat berbeda. Silakan fokus pada pencarian aset ilegal perusahaan Anda. Dan mohon, hentikan mengganggu hidup saya dan tunangan saya dengan gosip masa lalu yang sudah basi.”

Edo mengangguk, puas dengan respon Sella yang elegan dan membela diri. Ia menggeser kursinya ke belakang, berdiri. Hartono dan putranya segera berdiri mengikuti.

“Saya harap ini menjadi kali terakhir kita harus membahas masa lalu Sella. Jika ada bukti nyata tentang kejahatan yang melibatkan dia, bawa ke tim legal saya, jangan ke meja makan. Selamat malam, Hartono,” tutup Edo, suaranya penuh otoritas yang tak terbantahkan. Ia bahkan tidak menunggu balasan dari mereka, segera menggandeng Sella menjauh dari meja itu.

Saat mereka berjalan cepat keluar dari restoran mewah tersebut, Sella merasakan lututnya lemas. Pertahanan dirinya baru saja hancur di dalam mobil. Edo membukakan pintu mobil dengan tergesa-gesa, ekspresinya kini tidak lagi dingin atau protektif, melainkan penuh pertanyaan yang membara.

Begitu pintu tertutup, Sella berusaha mencari kata-kata, tetapi Edo memotongnya.

“Kunci,” ujar Edo, pelan. Bukan pertanyaan, melainkan tuntutan. “Villa Kenangan Lama, Sella. Aku tidak tahu tentang kuncinya, tapi aku tahu persis Andra memberimu vila itu sebagai tempat peristirahatan ‘rahasia’ kalian.”

Sella menoleh ke samping. Bagaimana Edo tahu? Hanya ada satu orang yang memberitahu Edo detail serinci ini.

“Dari mana kamu tahu, Edo? Apa... Andra memberitahumu?” tanya Sella, ketakutan mulai melumpuhkannya.

“Andra memberitahuku bahwa villa itu tempat rahasianya, tapi dia tidak pernah memberitahuku siapa pasangannya saat itu. Sella, villa itu memang dibeli Andra buru-buru. Dan aku tahu itu karena villa itu dulunya milik almarhum ibuku,” jelas Edo, pandangannya lurus, menusuk mata Sella. “Jawab aku. Apakah benar kunci yang Hartono maksud, kunci Villa Kenangan Lama, pernah ada di tanganmu?”

Sella menelan ludah. Jika ia mengakui kuncinya, ia mengakui dirinya adalah ‘Wanita Bucin Terbaik’ yang rela mempertaruhkan aset Andra, yang berarti Hartono benar tentang kemungkinan keterlibatannya.

“Ya, Edo. Kuncinya memang pernah ada padaku,” bisik Sella, menyerah pada kejujuran yang tiba-tiba terasa menghancurkan.

Edo mencondongkan tubuh ke depan, matanya tajam dan menyelidik. “Lalu, apa yang kamu lakukan dengan kunci itu? Dan apakah kamu tahu Hartono benar? Apakah kunci itu adalah kunci akses ke sisa aset Andra, sisa harta curian perusahaan mereka?”

Sella menggeleng, air mata mulai menggenang. “Aku tidak tahu! Kuncinya hilang! Sudah lama sekali aku tidak ke sana! Aku... aku bahkan tidak yakin kuncinya benar-benar bisa mengakses aset itu!”

“Villa Kenangan Lama. Andra menjual aset ilegalnya di sana. Kunci yang kamu pegang itu adalah satu-satunya jalan masuk rahasia ke brankas villa itu, Sella. Hartono benar. Dan kamu baru saja mengakui kamu pernah memilikinya.” Edo menghela napas panjang, kepalanya disandarkan ke kursi, frustrasi memuncak. “Kamu tahu apa artinya ini? Kunci itu masih menjadi kartu as. Dan sekarang, kita harus mencari tahu siapa yang memilikinya sekarang, sebelum Hartono mengambil tindakan yang lebih jauh.”

Sella tiba-tiba teringat detail kecil. Andra pernah bilang kunci itu ia gadaikan pada seseorang yang hanya bisa dipercaya di saat genting. Ia memegang erat ingatan itu. Kunci itu memang ia gadai, bukan untuk uang, melainkan untuk kebohongan terakhir Andra.

“Edo, aku tidak tahu siapa yang pegang kuncinya sekarang, tapi aku tahu satu hal,” Sella menarik napas, matanya penuh tekad. “Kunci itu digadaikan pada… bibiku.”

Edo segera mengangkat kepalanya, kembali menatap Sella, tatapan terkejut bercampur bingung. "Bibi? Kenapa bibimu bisa menyimpan kunci villa rahasia Andra? Dan di mana bibimu sekarang?"

1
Titi Dewi Wati
Jgn percaya sepenuhx dgn laki2, kita sebagai perempuan harus berani tegas
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!