NovelToon NovelToon
I Want You

I Want You

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Romantis / Office Romance / Cintapertama
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mapple_Aurora

Pengkhianatan yang dilakukan oleh tunangan dan kakak kandungnya membuat Rada mengambil keputusan untuk meninggalkan New York dan kembali ke Indonesia.

Pernikahan yang gagal membuat Rada menutup hati dan tidak ingin jatuh cinta lagi, tapi pertemuan dengan Gavin membuatnya belajar arti cinta sejati.

Saat Gavin menginginkan sesuatu, tidak ada yang bisa menolaknya termasuk keinginan untuk menikahi Rada. Ia tahu hati Rada sudah beku, tetapi Gavin punya segala cara untuk menarik wanita itu ke sisinya.



Cerita ini murni ide penulis, kesamaan nama tokoh dan tempat hanyalah karangan penulis dan tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 6

Mimpi apa Rada tadi sehingga dia bertemu pria aneh seperti Gavin yang saat ini sedang duduk di kursi meja makan. Pria itu duduk sambil main ponsel seolah-olah sedang berada di rumahnya sendiri.

Rada mengambil beberapa bahan masakan di kulkas, dia akan membuat bakmi ayam.

Setengah jam kemudian Rada memberikan sentuhan terakhir ke dalam bakmi tersebut yaitu bubuk cabe setan.

"Lihat saja, setelah makan ini dia pasti akan sakit perut." Rada tersenyum jahat lalu membawa nampan berisi bakmi ke meja makan.

"Nih," kata Rada sambil menyerahkan sepasang sendok.

Gavin mengambilnya lalu mulai menyendok bakmi dan mengunyah tanpa beban.

'apa dia tidak merasa kepedasan?' Rada mengamati wajah Gavin yang tidak menunjukkan ekspresi apapun.

"Kenapa?" Bibir Gavin berkedut menahan tawa, baginya wajah bingung Rada tampak sangat menggemaskan.

Rada menggeleng gugup, jangan sampai pria ini tahu kalau ia memasukkan banyak bubuk cabe ke dalam makanannya.

"Kamu harus menghabiskan makanannya, tidak baik menyisakan makanan saat di luar sana masih banyak orang yang kekurangan makanan." Ujar Rada mencoba sok bijak, padahal ia hanya ingin perut Gavin sakit sesudah makan masakannya.

"Tentu saja. Selama kamu yang memasaknya, akan aku habiskan."

Rada memutar bola matanya malas, apa yang salah dari pria ini? Dia tidak tampak seperti seorang Cassanova tetapi setiap ucapan yang keluar dari mulutnya seperti muntahan racun gombal.

Lima menit kemudian Gavin sudah menghabiskan semua makanannya.

"Terimakasih atas undangannya," kata Gavin mengelap sudut bibirnya.

Rada melotot. Tidak ada yang mengundangnya, dia datang sendiri.

"Aku sudah mengganti makananmu, jadi kamu bisa pergi karena aku harus pergi juga." Usir Rada, sudah tidak tahan dengan keberadaan Gavin yang dirasa sangat mengganggu.

"Aku pergi dulu," pamit Gavin, seperti seorang teman akrab.

"Cowok gila!" Umpat Rada dengan suara pelan, matanya melotot mengawasi punggung Gavin yang berjalan menuju pintu.

Setelah kepergian Gavin, Rada mulai membereskan meja dan mencuci peralatan yang kotor. Setelah itu barulah Rada pergi ke kamarnya untuk beristirahat.

Entah berapa lama Rada tertidur, ketika bangun hari sudah gelap. Rada menguap lebar, melompat turun dari tempat tidur lalu menyalakan saklar lampu.

Rada menyipitkan matanya, belum terbiasa dengan cahaya lampu sejak ia bangun tidur. Rada memutar kepalanya ke dinding, pada jam yang sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam.

Ting! Ting! Ting!

Bel pintu depan berbunyi, Rada terlonjak kaget. Ia meraih mantel bulu berwarna abu-abunya lalu bergegas menuju pintu.

"Selamat malam mbak, ini pesanannya." Seorang pria paruh baya mengenakan jaket ojek online menyodorkan kota berukuran sedang.

Rada tahu, itu delevary makanan tetapi seingatnya ia tidak membeli makanan atau apapun secara online.

"Sepertinya bapak salah alamat, saya nggak pesan makanan." Kata Rada.

"Nerada Athalia Argaya kan?"

Rada mengangguk.

"Berarti benar ini alamatnya," kata bapak itu memperlihatkan nama yang tertera di sudut bawah kotak.

Benar. Nama lengkap Rada tertera disana, tidak mau membuat si bapak menunggu lebih lama dengan terpaksa Rada mengambil paket tersebut.

"Terimakasih ya pak,"

"Iya mbak, saya permisi."

Rada menutup kembali pintu, matanya menatap bingung kotak di tangannya.

"Siapa yang ngirim?" Gumam Rada, membawanya ke dapur dan membukanya disana.

Steak Wagyu A5, burger, milk shake beserta struk pembelian ada dalam kotak tersebut. Tidak kaleng-kaleng, makanan tersebut dari salah satu restoran bintang lima. Juga ada secari surat yang ditulis oleh tulisan tangan.

Selamat makan malam, Rada.

Kerutan di dahi Rada semakin dalam, siapa yang mengirim?

"Mungkin Alia?" Hanya sahabatnya itu yang terlintas dalam kepala Rada. "Thanks for Alia,"

Karena menganggap makanan tersebut dari Alia, Rada pun menghabiskan makanan tersebut hingga tak tersisa.

Dua puluh menit kemudian dia sudah selesai makan. Ia membereskan sampah makanannya, lalu mandi menggunakan air hangat.

Rada berendam di bathtub penuh busa, ujung kakinya di keluarkan, matanya ditutup. Ia baru saja hendak menikmati waktu santai ketika ponselnya berdering.

"Duh, siapa lagi sih yang nelpon? Ganggu aja." Gerutu Rada keluar dari bathtub, tangannya meraih handuk biru laut dan melilitkan di badannya.

Ia mengambil ponselnya, dahinya mengerut ketika melihat nomor asing tertera di layarnya. Karena penasaran, Rada menjawab telepon tersebut.

"Hallo, siapa?" Tanya Rada dengan nada suara yang tidak ramah sama sekali.

"Rada, sayang, akhirnya kamu mengangkat teleponnya. Aku kangen..."

Rada seketika menjauhkan ponsel dari telinganya ketika mendengar suara yang sangat akrab. El yang menelpon menggunakan nomor baru.

Tadi, beberapa kali El menelponnya dan berakhir dengan Rada yang memblokir nomornya. Nampaknya El cukup gigih, dia membeli nomor baru untuk menelpon Rada.

Tut!

Rada langsung mematikan sambungan. Ia tidak ingin mendengar suara El lagi.

"Dasar bajingan! Berani sekali dia meneleponku. Kamu seharusnya menikmati pernikahanmu dengan Naysa." Sungut Rada kembali memblokir nomor baru tersebut.

Terlanjur kesal, Rada menyudahi mandinya. Ia mengambil dress selutut berwarna merah mencolok, memakai make up natural dan flatshoes sebagai alas kaki.

[ Nerada : Alia, ayo ke klub! Hanya minum-minum untuk merilekskan pikiran.]

Setelah mengirim pesan pada Alia, Rada memoles bibirnya dengan lipstik merah muda.

Ting!

Sebuah balasan masuk dari Alia.

[Alia : Okee. Aku jemput ya,]

[Nerada : Tidak perlu. Aku naik taksi saja]

Rada memasukkan ponsel ke dalam tasnya, lalu segera keluar. Setelah mengunci pintu, Rada melangkah santai ke dalam lift. Kebetulan saat lift terbuka, Gavin keluar bersama seorang pria seumuran dengan Daniel. Pria itu tampak terpaku menatap Rada sebelum buru-buru menundukkan kepalanya.

"Kamu sudah terima makanannya?"

Rada ingin mengabaikan mereka tetapi Gavin tiba-tiba bertanya. Rada mengerutkan keningnya, makanan?

Matanya seketika membola, jadi makanan itu bukan dari Alia? Makanan itu dari Gavin! Tahu begini, Rada tidak akan sudi memakannya.

"Oh, itu dari kamu? Udah aku buang," kata Rada berbohong.

Gavin memberi isyarat kepada asisten pribadinya, Alex, untuk meninggalkan mereka berdua.

Setelah Alex pergi, Gavin mendekati Rada. Kedua tangannya di masukkan ke dalam saku celana, tatapan matanya yang setajam elang menyorot penuh penuh arti.

"Kamu tahu," Gavin menurunkan sedikit kepalanya untuk melihat wajah Rada lebih jelas. "Di luar sana masih banyak orang yang kelaparan, kamu bisa makan sepuasnya tapi malah buang-buang makanan."

"Kalau mau ceramah sana pergi ke pengajian, atau cari orang yang mau mendengarkan." Dengus Rada tidak senang, ia melangkah ke kanan agar bisa pergi tetapi Gavin dengan cepat menghalangi jalannya.

"Minggir!" Bentak Rada, wajahnya memerah karena emosi.

"Mau kemana?" Tanya Gavin.

Apa-apaan! Rada ingin sekali mencakar wajah tampan Gavin, dan meneriakkan bahwa kemanapun ia pergi bukan urusan Gavin.

"Bukan urusanmu. Kamu itu cuma orang asing yang sok ikut campur," Rada menatap tajam, berharap pria itu minggir atau setidaknya membiarkan ia lewat.

Namun bukannya menuruti permintaan Rada, Gavin dengan seenaknya berdiri di depannya, menghalangi pergi.

Rada memejamkan matanya sejenak, ia baru menyadari akhir-akhir ini sering marah.

"Apa sebenarnya maumu? Kenapa menghalangi jalanku?" Tanya Rada menurunkan nada suaranya, tadi itu Rada kehilangan kendali diri. Ia tidak pernah seperti itu sebelumnya, mungkin karena pernikahannya gagal membuat Rada menjadi lebih sensitif terhadap pria.

"Kamu mau kemana?" Gavin mengulang pertanyaannya.

"Maaf? Kamu sepertinya sedang mabuk." Rada benar-benar tidak mengerti, maksudnya, ia tidak mengenal pria ini sebelumnya jadi Rada tidak mengerti kenapa pria ini ingin tahu sekali urusannya.

Gavin terkekeh kecil. "Saya tidak pernah mabuk. Jadi, kamu ingin pergi ke klub malam? Ingin mabuk?" Tanyanya tepat sasaran.

Rada melotot, keheranan dengan Gavin yang bisa tahu isi pikirannya. Jangan-jangan Gavin ini adalah penguntit? Memikirkan itu, Rada dengan cepat mundur ke belakang.

"Saya bukan orang jahat. Sebaiknya urungkan saja niatmu untuk pergi ke klub malam—"

"Kenapa aku harus mendengarkanmu?" Potong Rada cepat.

"Alkohol tidak baik untuk kesehatanmu, klub malam bukan tempat yang ramah untuk perempuan. Sebaiknya kamu tidak pergi, untuk kebaikanmu sendiri." Kata Gavin datar, lalu dengan langkah lebar meninggalkan Rada yang terpaku di depan lift. Gavin tidak menoleh ke belakang, ia masuk ke unit apartemen yang terletak disamping unit apartemen yang ditempati Rada.

...✯✯✯...

1
Lunaire astrum
💯
Lunaire astrum
Bagus juga. Nanti baca lagi, mau ke warung dulu
Ega
Suka sama karakter Gavin🥰🥰🥰
Ega
cowok kyak El nih nyebelin banget deh😏
Adit monmon
cinta dlm diam ya vin🤭
Nda
luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!