Cat Liu, seorang tabib desa, tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah menyelamatkan adik dari seorang mafia ternama, Maximilian Zhang.
Ketertarikan sang mafia membuatnya ingin menjadikan Cat sebagai tunangannya. Namun, di hari pertunangan, Cat memilih pergi tanpa jejak.
Empat tahun berlalu, takdir mempertemukan mereka kembali. Tapi kini Maximilian bukan hanya pria yang jatuh hati—dia juga pria yang menyimpan luka.
Masihkah ada cinta… atau kini hanya tersisa dendam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
“Tuan Zhang, bukankah kali ini yang kita bahas adalah pernikahan Anda dengan Flora? Kenapa tiba-tiba berubah? Cat masih belum dewasa, belum waktunya untuk menikah,” tanya Liu Zhen, mencoba mempertahankan nada suaranya tetap tenang meski jelas ada nada tertekan.
Maximilian menyandarkan tubuh ke kursi, tatapannya tajam menembus mata Liu Zhen. “Sudah tahu Cat belum dewasa, tapi kenapa masih ingin menjodohkan dia dengan pria lain? Aku tidak keberatan sama sekali. Sejak awal datang ke sini hanya satu tujuan… yaitu ingin melamar putri bungsumu. Aku akan bertunangan dengan Cat karena dia belum dewasa. Setelah dua tahun, aku akan menikahinya.”
Ucapan itu membuat Fanny langsung memegang sumpitnya lebih erat, matanya menyipit, menatap Cat dengan pandangan penuh tuduhan.
Sementara itu, Cat menunduk menyembunyikan wajahnya yang memerah—bukan karena malu, tapi karena menahan rasa kesal.
"Kenapa malah meributkan pernikahanku? batinnya. Padahal aku sama sekali tidak berencana menikah… apalagi dengan mesum ini."
“Nyonya Zhang,” Fanny bersuara, kali ini lebih tajam, “Flora adalah calon yang serasi untuk Tuan Zhang. Sedangkan Cat masih belum waktunya. Dia tidak bisa bersikap dewasa.”
Ucapan itu membuat Flora tersenyum tipis, seperti merasa mendapat pembelaan. Namun senyum itu segera memudar saat Joanna meletakkan sumpitnya dengan pelan di meja.
“Kalau Max menyukai Cat, aku sebagai neneknya pasti mendukungnya,” ucap Joanna dengan senyum lembut tapi penuh wibawa. “Yang paling utama bagiku adalah kebahagiaannya.”
"Aku membantah!" ucap Cat sambil berdiri, suaranya tegas dan memotong ketegangan di udara. Semua kepala sontak menoleh padanya.
"Cat, apa kau bisa diam!" tegur Fanny dengan nada tajam, matanya menyala penuh peringatan.
“Tidak apa-apa,” sela Maximilian, menoleh ke arah Cat dengan tatapan yang sulit dibaca. “Cat berhak untuk mengutarakan pendapatnya.”
Cat menarik napas dalam, dadanya naik turun menahan emosi. “Impianku menjadi seorang tabib terkenal, dan ini juga impian mendiang guruku. Jadi, urusan pertunangan ataupun pernikahan, aku menolak.”
Ucapan itu membuat ruangan seolah membeku. Ekin, yang sedari tadi memperhatikan, hanya bisa tersenyum tipis. "Gadis ini benar-benar hebat, batinnya. Dia adalah gadis pertama yang menarik perhatian kakak… dan yang pertama menolaknya."
Namun sebelum suasana mereda, Maximilian ikut berdiri mendekatkan wajahnya ke telinga Cat. Suaranya rendah, nyaris tak terdengar oleh orang lain, tapi tajam bagaikan pisau.
“Jangan lupa… kau adalah saksi pembunuhan yang aku lakukan. Kalau kau menolak, keluargamu akan aku kirim ke dunia lain.”
Cat menoleh cepat, menatapnya dengan mata membelalak. Detik itu, rasa dingin merayap di punggungnya, namun ia memaksa wajahnya tetap terlihat tenang. Maximilian hanya membalas dengan senyum tipis yang mengandung ancaman.
“Pertunangan akan diadakan minggu depan,” ucap Maximilian, kali ini lantang dan mengarah pada semua orang. “Aku akan mempersiapkan semuanya. Cat hanya perlu menunggu hari itu tiba.”
Keluarga Liu saling berpandangan, tak ada yang berani mengeluarkan sepatah kata pun. Fanny hanya menunduk, Flora menggigit bibirnya, dan Liu Zhen menghela napas panjang, seolah menerima kenyataan yang sulit ditolak.
Beberapa saat kemudian, jamuan makan malam akhirnya selesai.
Joanna bersama Ekin berjalan keluar, naik ke mobil yang telah menunggu dengan sopir mereka di depan.
“Cat, antar Tuan Zhang pulang,” perintah Liu Zhen dengan nada sopan namun tegas.
Cat langsung menggeleng, suaranya datar. “Dia bukan anak kecil, bisa pulang sendiri.” Ia berbalik, berniat meninggalkan ruangan.
Namun, lengannya tiba-tiba ditahan oleh Maximilian. Tatapannya menusuk, senyumnya tipis.
“Ada yang ingin aku bicarakan… tentang pertunangan kita.” Tanpa memberi kesempatan untuk menolak, ia menarik lengan Cat dan membawanya ke mobil bagian belakang.
Dari jauh, Flora memandang dengan tatapan tajam penuh amarah. Fanny, yang berdiri di sampingnya, menahan diri agar tidak mengeluarkan komentar.
Mobil melaju perlahan, Charles mengemudikannya dengan tenang.
“Katakan saja apa rencanamu,” ujar Cat ketus.
Maximilian tak menjawab. Ia justru menarik tubuh gadis itu dan mendudukkannya di pangkuannya.
“Bicara saja! Tidak usah menahanku!” Cat mencoba meronta, namun pelukan di pinggangnya semakin erat, seolah mengunci gerakannya.
“Kau menolak lamaranku?” suara Maximilian terdengar berat dan tenang. “Aku serius ingin bertunangan denganmu.”
“Tapi aku tidak mau!” balas Cat tegas. “Usiaku baru delapan belas. Aku tidak ingin terlibat hubungan asmara, apalagi bertunangan. Lagipula, aku bahkan tidak mengenalmu. Kenapa harus aku?”
Maximilian menahan bagian belakang kepalanya, memaksa tatapan mereka bertemu. “Cat Liu, aku telah memutuskan… aku akan menikahimu setelah usiamu dua puluh tahun. Jadi jangan pernah bermimpi bisa lari dari takdirmu.”
“Kenapa harus aku?” tanya Cat, suaranya bergetar, “Aku tidak menyinggungmu sama sekali. Kalau hanya karena aku melihatmu membunuh orang… itu bukan kesengajaan. Apa kau sengaja memakai cara ini untuk membalas dendam padaku?”
Maximilian tersenyum samar, dingin. “Kalau aku ingin membalasmu, aku bisa menggunakan cara lain. Untuk apa menikahimu?” Ia mendekat, wajahnya hanya sejengkal dari wajah Cat, mencoba mencium bibirnya.
Cat menoleh cepat, menghindari ciuman itu. “Lepaskan aku! Nikahi saja Flora, jangan aku! Aku masih punya banyak pekerjaan yang harus kulakukan!”
Pelukan Maximilian justru semakin kuat, matanya menyipit. “Sayangnya, Cat Liu… aku hanya menginginkanmu.”
smgat thor, up bnyk2 dong thor, tq!
thor smngat🫰di tnggu trs ni