NovelToon NovelToon
Kaisar: Dewa Immortal

Kaisar: Dewa Immortal

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Kisah cinta masa kecil / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Romansa
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Langit senja berwarna jingga keemasan, perlahan memudar menjadi ungu lembut. Burung-burung kembali ke sarang, sementara kabut tipis turun dari gunung di kejauhan, menyelimuti desa kecil bernama Qinghe. Di ujung jalan berdebu, seorang anak laki-laki berusia dua belas tahun berjalan tertatih, memanggul seikat kayu bakar yang nyaris dua kali lebih besar dari tubuhnya.

Bajunya lusuh penuh tambalan, rambut hitamnya kusut, dan wajahnya dipenuhi keringat. Namun, di balik penampilan sederhananya, sepasang mata hitam berkilau seolah menyimpan sesuatu yang lebih besar daripada tubuh kurusnya.

“Xiao Feng! Jangan lamban, nanti api dapur padam!” teriak seorang wanita tua dari rumah reyot di pinggir desa. Suaranya serak tapi penuh kasih. Dialah Nenek Lan, satu-satunya keluarga yang tersisa bagi bocah itu.

Xiao Feng menyeringai meski peluh bercucuran.
“Ya, Nenek! Sedikit lagi! Kayu ini lebih keras kepala dari banteng gunung, tapi aku akan menaklukkannya!”

Nenek Lan hanya mendengus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 – Cahaya Api yang Tersembunyi

Langit sore memerah, mentari mulai tenggelam di balik pegunungan. Desa Qinghe beristirahat setelah seharian bekerja, suara jangkrik mulai terdengar dari semak-semak.

Xiao Feng terbaring di pondok sederhana milik Wu Zhen. Bahunya diperban dengan kain kasar, tubuhnya penuh luka. Setiap gerakan kecil membuatnya meringis. Namun, meski seluruh tubuhnya sakit, sorot matanya justru dipenuhi cahaya baru—campuran antara rasa sakit, kegigihan, dan keyakinan.

“Aku benar-benar melakukannya… aku melawan binatang buas itu dan tetap hidup,” pikirnya.

“Kalau aku bisa melakukan itu, maka aku bisa melakukan lebih banyak lagi.”

Wu Zhen duduk bersila di dekat tungku api, merebus ramuan herbal pahit. Uap harum menyebar di udara, meski rasa pahitnya menusuk hidung.

“Minum ini.” Ia memberikan mangkuk kayu pada Xiao Feng.

Tanpa ragu, bocah itu menenggaknya, meski wajahnya langsung meringis karena rasa pahit menusuk lidah.

Wu Zhen terkekeh pelan. “Kau akan terbiasa. Ramuan itu akan memperbaiki sedikit aliran Qi-mu.”

Setelah beberapa saat hening, Wu Zhen menatap Xiao Feng dengan sorot tajam.

“Xiao Feng, kau sudah membuktikan bahwa tekadmu cukup kuat. Tapi tekad saja tidak cukup. Untuk melangkah lebih jauh, kau harus memiliki teknik kultivasi. Tanpa itu, Qi-mu hanyalah energi liar yang mudah menghilang.”

Xiao Feng menegakkan tubuhnya, meski terasa sakit. “Guru, tolong ajarkan padaku.”

Wu Zhen mengangguk. “Teknik kultivasi yang akan kuberikan padamu adalah warisan dari guruku dulu. Namanya ‘Nyala Api Kehidupan’ (Flame of Life Art). Meski hanya teknik dasar, tapi jika dijalankan dengan benar, ia bisa menjadi fondasi yang lebih kokoh dari seribu teknik tinggi.”

Mata Xiao Feng melebar. “Api… kehidupan?”

Wu Zhen menutup matanya, lalu perlahan membuka telapak tangannya.

Dalam sekejap, setitik api kecil menyala di tangannya—bukan api biasa, melainkan api biru pucat, berkilau seolah hidup.

Api itu menari pelan, tapi aura hangatnya menggetarkan hati Xiao Feng.

“Api ini bukan sekadar panas,” jelas Wu Zhen. “Ia adalah simbol kehidupan. Jika kau bisa menyalakannya di dalam tubuhmu, itu akan menjadi tanda bahwa kau benar-benar memasuki jalan kultivasi.”

Wu Zhen memberikan instruksi.

“Duduk bersila. Fokus pada dantian-mu, tepat di bawah pusar. Bayangkan sebuah percikan api kecil di sana. Tarik napas… biarkan Qi-mu terkumpul pada percikan itu. Jangan biarkan padam.”

Xiao Feng menurut. Ia memejamkan mata, mengatur napas sesuai arahan gurunya. Dalam kegelapan pikirannya, ia membayangkan sebuah percikan kecil, rapuh dan hampir padam. Ia mencoba mengalirkan Qi tipisnya ke arah sana.

Awalnya, Qi-nya berantakan, liar dan sulit dikendalikan. Ia batuk keras, darah segar mengalir dari sudut bibirnya.

Wu Zhen tidak menolongnya. Ia hanya berkata, “Jangan berhenti. Semua kultivator pernah mengalami kegagalan pertama. Kau harus mengendalikan Qi itu, bukan membiarkannya mengendalikanmu.”

Xiao Feng mencoba lagi. Berkali-kali Qi-nya berantakan, membuat tubuhnya gemetar kesakitan. Dadanya terasa seperti terbakar dari dalam. Namun setiap kali ia hampir menyerah, wajah orang tuanya yang samar muncul di pikirannya, juga sumpahnya pada langit.

“Aku… tidak boleh berhenti…” bisiknya dengan napas berat.

Waktu berlalu. Tubuhnya basah oleh keringat, wajahnya pucat. Namun perlahan, Qi-nya mulai lebih teratur. Ia berhasil mengarahkan seberkas kecil energi ke percikan imajinasinya.

Dan tiba-tiba, di dalam tubuhnya, ia merasakan sesuatu menyala.

Bukan api sungguhan, melainkan sebuah percikan hangat di dalam dantiannya.

Mata Xiao Feng terbuka lebar. “Guru! Aku… aku merasakannya! Ada api kecil di dalam tubuhku!”

Wu Zhen tersenyum samar. “Itu dia… benih Nyala Api Kehidupan. Kau telah berhasil menyalakan cahaya pertama.”

Cahaya kecil itu membuat tubuh Xiao Feng terasa lebih hidup. Luka di bahunya seperti sedikit berkurang sakitnya, napasnya terasa lebih ringan. Ia tahu ini bukan ilusi—api kecil itu benar-benar nyata.

Wu Zhen berkata, “Sekarang kau hanya memiliki percikan. Tapi jika kau terus memeliharanya, ia akan tumbuh. Suatu hari, api itu bisa menjadi lautan api yang mampu membakar gunung dan membelah langit.”

Xiao Feng mengepalkan tangannya. “Aku akan menjaganya, Guru. Sampai api ini menyala seterang bintang di langit!”

Wu Zhen mengangguk puas. Namun di dalam hatinya, ia bergumam,

“Anak ini… jika terus berkembang dengan tekad sekuat ini, mungkin ia benar-benar akan melampaui gurunya. Bahkan… melampaui para dewa.”

Malam tiba. Xiao Feng duduk di luar pondok, menatap bintang-bintang. Ia bisa merasakan percikan kecil itu menyala samar di dalam tubuhnya, memberi rasa hangat dan tenang.

Tangannya menggenggam batu giok hijau warisan ayahnya.

“Ayah, Ibu… aku sudah menyalakan api pertamaku. Aku akan terus melangkah, sampai aku benar-benar bisa melindungi semua yang kucintai. Suatu hari, aku akan mencapai puncak dan menantang langit itu sendiri.”

Bintang-bintang berkelip, seolah menjawab sumpahnya.

1
Nanik S
Lanjutkan dan Gas Poool
Nanik S
Warisan Darah... apakah Xiao Feng bisa menyelamatkan Ling er
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
Bikin cerita lebih hidup Tor
Nanik S
GO Liang ternyata punya niat jahat
Nanik S
Benarkah Ling er bukan manusia
Nanik S
siapa sebenarnya Ling er
Nanik S
Cengeng sekali Lin er
Nanik S
Gagal membuat pil pertama 🤣🤣🤣
Nanik S
Kapan selesai petirnya
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
Harusnya Mcnya Masuk Gua sendiri
Nanik S
Ceritanya kurang hidup dan hanya berkutat didesa saja
Nanik S
Oewaris Naga...
Nanik S
Ling er harusnya tdk mengekor... biar tidak jadi sasaran
Nanik S
Harusnya Xiao Feng secepatnya pergi dari penginapan
Nanik S
Maaantaaap
Nanik S
kenapa Shen Lao tidak membawa Xiao Feng pergi
Nanik S
NEXT
Nanik S
Orang2 sekte tidak malu mengeroyok anak kevil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!