NovelToon NovelToon
Istri Simpananku, Canduku

Istri Simpananku, Canduku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO / Ibu Pengganti
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Fauzi rema

Revana Arnelita...tidak ada niatan menjadi istri simpanan dari Pimpinannya di Kantor. namun kondisi keluarganya yang mempunyai hutang banyak, dan Ayahnya yang sakit-sakitan, membuat Revana menerima tawaran menjadi istri simpanan dari Adrian Wijaksana, lelaki berusia hampir 40 tahun itu, sudah mempunyai istri dan dua anak. namun selama 17 tahun pernikahanya, Adrian tidak pernah mendapatkan perhatian dari istrinya.
melihat sikap Revana yang selalu detail memperhatikan dan melayaninya di kantor, membuat Adrian tertarik menjadikannya istri simpanan. konflik mulai bermunculan ketika Adrian benar-benar menaruh hatinya penuh pada Revana. akankah Revana bertahan menjadi istri simpanan Adrian, atau malah Revana menyerah di tengah jalan, dengan segala dampak kehidupan yang lumayan menguras tenaga dan airmatanya. ?

baca kisah Revana selanjutnya...semoga pembaca suka 🫶🫰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fauzi rema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. Bab 6

...“Pak… saya hanya sekretaris. Apa pantas saya ikut campur dalam urusan pribadi keluarga Bapak?”...

...-Revana-...

Penampilan Adrian sudah rapi dengan jas kerjanya, duduk sambil membaca berita di tablet. Alesya keluar dari kamarnya dengan wajah lelah, seragam sekolahnya sudah terpakai, tapi sorot matanya tampak redup.

Adrian tersenyum hangat. “Pagi, Sayang. Sarapan dulu.”

“Iya Pi...” jawab Alesya lesu, ia menarik kursi lalu duduk.

Adrian menghela napas, pagi-pagi sudah melihat mood melihat Alesya yang buruk.

Nadya turun dari tangga dengan pakaian modis, rambut tergerai, dan parfum mewah menyengat. Tangannya masih sibuk bermain ponsel.

“Nadya, kita perlu bicara.” seru Adrian tegas.

Nadya menoleh sekilas, alisnya terangkat.

“Bicara apa? Aku buru-buru, ada klien yang harus aku temui pagi ini.”

Adrian meletakkan tablet, menatap istrinya tajam.

“Tentang Alesya. Dia butuh kamu. Kemarin dia minta ditemani belanja gaun pesta, tapi kamu malah menolak. Kenapa?”

Nadya mendengus, duduk sebentar sambil menyeruput kopi yang baru saja dituangkan oleh pembantu.

“Adrian, dia sudah besar. Di umur segitu harusnya Alesya bisa pilih sendiri bajunya. Lagi pula, aku sibuk. Jangan selalu salahin aku terus dong.”

“Sibuk? Untuk anakmu sendiri kamu bahkan nggak bisa meluangkan waktu meski hanya satu jam? Alesya cuma butuh ditemani, Nadya, bukan sekadar dibelikan. Kau nggak lihat dia kecewa semalam?” ujar Adrian menahan emosi.

Nadya menepuk meja, wajahnya mulai memerah.

“Jangan terlalu memanjakan dia, Adrian! Aku ini juga punya hidup sendiri. Aku nggak bisa terus-terusan terikat dengan urusan remeh anak-anak. Kalau kamu mau jadi orang tua sempurna, silakan. Tapi jangan paksa aku!”

Alesya yang masih duduk diam di meja makan, menunduk dalam-dalam. Hatinya tercekat mendengar kata-kata ibunya. Ia sudah terbiasa, tapi tetap saja terasa perih.

Adrian menoleh ke putrinya, lalu kembali menatap istrinya dengan tatapan kecewa.

“Baik. Kalau begitu, jangan salahkan aku kalau Alesya akan lebih memilih selalu datang padaku daripada padamu. Karena sejak dulu pun, memang hanya aku yang selalu ada untuk mereka.” ucap Adrian dingin.

Suasana membeku. Nadya mendengus, meraih tas mahalnya, lalu berjalan cepat keluar tanpa pamit pada siapa pun.

Adrian mengepalkan tangan di atas meja, menahan amarah sekaligus kecewa. Sementara itu, Alesya menatap ayahnya.

“Sudah, Pi… jangan ribut sama Mama terus. Aku sudah terbiasa.”

Adrian menatap putrinya, lalu menariknya ke dalam pelukan.

“Tidak, Sayang. Kamu nggak seharusnya terbiasa dengan perlakuan seperti itu. Kamu pantas dapat perhatian penuh, terutama dari ibumu. Tapi kalau dia nggak bisa… Papi janji, Papi akan selalu ada.”

Alesya memejamkan mata, mencoba menahan air mata yang hampir jatuh. Di pelukan ayahnya, ia merasa ada tempat aman yang tak pernah ia temukan dari ibunya sendiri.

Suara langkah kecil terdengar dari arah tangga. Andrew, putra bungsu Adrian yang baru berusia lima tahun, turun, anak itu sudah memakai seragam sekolah rapi lengkap dengan dasi kecil. Tangan mungilnya digenggam oleh pengasuhnya, Mbak Rini, yang selalu sabar merawatnya sejak lahir.

“Papi! Lihat, Andrew udah siap sekolah!” seru Andrew riang.

Adrian menoleh, senyum hangat langsung merekah di wajahnya. Ia bangkit, lalu jongkok untuk menyambut anaknya.

“Wah… ganteng sekali anak Papi. Udah siap sekolah hari ini?”

Andrew tertawa kecil. “Siap, Pi!”

Di sisi lain meja makan, seorang ART lain, Mbok Tati, sedang menyiapkan kotak bekal berisi nasi, lauk, dan potongan buah. Ia juga menuangkan susu ke dalam botol minum Andrew, lalu mendorongnya pelan ke arah bocah itu.

“Ini bekalnya, Den. Jangan lupa dimakan di sekolah, ya.” pesan Mbok Tati.

Andrew mengangguk sopan. “Makasih, Mbok Tati.”

Adrian terdiam sejenak. Matanya menatap pemandangan di depannya, kedua anaknya begitu dekat dengan pengasuh dan ART, bukan dengan ibu kandung mereka sendiri. Ada rasa iba yang menyesak di dada.

Ia melirik ke arah Alesya yang masih duduk diam, menatap kosong pada meja makan. Bekalnya pun sudah disiapkan oleh Mbok Tati, bukan oleh Nadya.

Adrian menghela napas panjang.

"Anak-anakku tumbuh dengan penuh kasih sayang… tapi bukan dari ibunya. Bagaimana bisa seorang ibu begitu jauh dari perannya sendiri?" batin Adrian.

Adrian meraih tangan Andrew, lalu menepuk bahu Alesya.

“Ayo, kita berangkat. Papi antar kalian ke sekolah dulu sebelum ke kantor.”

Alesya mengangguk, meski masih murung. Sementara Andrew meloncat kecil dengan gembira, sama sekali tak menyadari suasana hati kakaknya.

Di depan pintu, Mbak Rini menyerahkan tas sekolah Andrew kepada Adrian.

“Pak, ini tasnya. Bekalnya juga sudah di dalam.”

Adrian menerima tas itu, menatap sang pengasuh dengan tatapan tulus.

“Terima kasih, Mbak Rini. nanti jangan telat jemput Andrew ya, bilang sama Pak Salim, siapin mobil seperti biasa.”

Mbak Rini menunduk sopan.

“Baik Pak."

lalu Adrian menggandeng kedua anaknya masuk ke dalam mobil.

Di perjalanan menuju sekolah, Adrian terus menatap kedua buah hatinya dari kaca spion. Hatinya berjanji, apapun yang terjadi di rumah tangganya, ia tidak akan pernah melepaskan kasih sayang untuk mereka.

...☘️☘️...

Setelah mengantar Alesya dan Andrew ke sekolah, Adrian melajukan mobilnya ke kantor. Sepanjang perjalanan, pikirannya dipenuhi wajah murung Alesya dan tawa polos Andrew. Ada rasa hangat, tapi juga getir, ia tahu anak-anaknya berhak mendapatkan perhatian penuh, bukan sekadar dari pengasuh dan ART.

Sesampainya di gedung kantor, Adrian kembali mengenakan wajah tegasnya. Begitu masuk, para karyawan langsung memberi salam. Aura pemimpin yang kuat membuat semua orang otomatis menunduk saat ia lewat.

Di ruangannya, Adrian melepaskan jas, lalu duduk di kursi kulit hitam yang megah. Ia membuka beberapa dokumen di meja, tapi pikirannya tidak sepenuhnya fokus. Perlahan, bayangan semalam kembali muncul, bayangan tatapan kecewa Alesya, suara lirihnya yang berharap ditemani memilih gaun.

Adrian menekan tombol interkom.

“Revana, masuk ke ruangan saya sekarang.”

Tak lama, pintu diketuk pelan. Revana masuk dengan map di tangan, wajahnya rapi dan profesional, meski masih terlihat lelah karena pekerjaan kemarin yang menumpuk.

“Selamat pagi, Pak Adrian. Ada yang bisa saya bantu?”

Adrian menatapnya sebentar, kemudian menutup dokumen di depannya.

“Duduklah, Revana. Ada hal pribadi yang ingin saya bicarakan.”

Revana sempat terkejut. Biasanya Adrian selalu bicara soal urusan pekerjaan dengan nada dingin. Tapi kali ini berbeda. Ia perlahan duduk, menunggu dengan penuh tanda tanya.

“Ini soal anak saya, Alesya. Minggu depan dia ada acara ulang tahun temannya. Dia butuh gaun, tapi… istriku tidak bisa menemaninya.”

Revana mengerutkan dahi, lalu menatap Adrian dengan ragu.

“Maaf, Pak… jadi maksud Bapak…?”

Adrian menyandarkan tubuhnya, menautkan jari-jarinya.

“Hari ini, saya ingin kamu menemani Alesya belanja gaun. Saya butuh seseorang yang bisa dipercaya, yang bisa mendampingi dia dengan baik. Saya tahu, kamu punya selera bagus, dan Alesya butuh sosok yang bisa membuatnya merasa ditemani.”

Revana terdiam. Dadanya langsung terasa sesak. Ia tak menyangka Adrian akan menyeretnya masuk ke urusan keluarga. Sejenak, wajah Alesya yang pernah ia temui hanya sekilas terbayang samar di benaknya.

“Pak… saya hanya sekretaris. Apa pantas saya ikut campur dalam urusan pribadi keluarga Bapak?”

Adrian menatapnya tajam.

“Revana. Ini bukan soal pantas atau tidak. Ini soal kepercayaan. Saya percayakan anak saya padamu. Dan jangan lupa, kamu masih terikat syarat perjanjian dengan saya. Jadi, anggap saja ini bagian dari tugasmu.”

Kata perjanjian membuat jantung Revana kembali berdebar tak karuan. Ia menunduk, menggenggam erat map di tangannya.

“Baik, Pak. Kalau itu permintaan Bapak, saya akan menemani Alesya.” jawab Revana lirih.

Adrian mengangguk sekali, matanya sedikit melunak.

“Bagus. Saya ingin anak saya bahagia. Jangan sampai dia merasa sendirian.”

Revana hanya mengangguk. Tapi dalam hatinya, ketakutan semakin besar. Ia tahu setiap langkah bersama Adrian, baik urusan kantor maupun pribadi, akan semakin menyeretnya ke dalam lingkaran yang sulit ia hindari.

...☘️☘️☘️...

1
Ma Em
Sudahlah Revana terima saja Adrian dan menikahlah dgn Adrian .
Ma Em
Revana sdh terima saja pemberian Adrian karena kamu emang membutuhkan nya , lbh baik cepatlah halalkan segera hubungan Revana dgn Adrian .
Ma Em
Adrian kalau benar serius dgn Revana segera resmikan hubunganmu dgn Revana jgn ditunda lagi , semoga Revana bahagia bersama Adrian .
Ma Em
Adrian segera resmikan hubunganmu dgn Revana jgn cuma janji 2 doang buat Revana hdp nya bahagia cintai dan sayangi Revana dgn tulus .
Ma Em
Semangat Revana tunjukan pesonamu pada sang calon mertua agar mereka bisa melihat ketulusan dan kebaikan hatimu Revana 💪💪💪
Ma Em
Ya terima saja Revana lamaran Adrian lagian Revana tdk salah2 amat karena emang Adrian sdh tdk bahagia hdp bersama istrinya karena istrinya Adrian tdk mau mengurusi suami juga anak2 nya .
Ma Em
Bagaimana Adrian tdk terpesona sama Revana jika Adrian selalu diperhatikan dan dilayani setiap keperluannya sangat berbeda jauh dgn sikap istrinya Adrian yaitu Nadya yg tdk pernah diperhatikan dan dilayani dgn baik sama istrinya
Ma Em
Pantas Adrian cari perempuan lain yg membuatnya nyaman , dirumah nya selalu dicuekin sama Nadya istrinya dan tdk pernah diurus semua keperluan suami dan anak2 nya .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!