Seorang mafia yang kejam dan dingin menemukan dua bayi kembar yang cantik di dalam dus yang di letakkan di tempat sampah. Mafia itu merasa iba dan merawat mereka. Kadang dia kesal, lelah dan ingin rasanya melempar mereka ke belahan dunia lain. Itu karena mereka tumbuh menjadi anak yang jail, aktif dan cerewet, selalu menganggu kesenangan dan pekerjaannya. Namun, dia sudah sangat sayang pada mereka. Mereka juga meminta mami sampai nekat kabur karena tidak diberikan mami. Dalam perjalanan kaburnya, ada seorang wanita menolong mereka.
Wanita yang cantik dan cocok untuk menjadi mami mereka. Bagaimana usaha mereka untuk menjadikan wanita itu mami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dakilerr12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab.9
Alkana dan si kembar sudah berada di kediaman Leophard. Alkana sengaja mengajaknya ke sini karena oma sangat merindukan si kembar. Adhisti sangat senang saat melihat Dhara dan Dhira. Mereka bertiga langsung berpelukan dan larut dalam obrolan.
Dhara dan Dhira menceritakan pengalaman mereka saat pergi dari rumah. Awal mula bagaimana mereka bertemu dengan Kak Nita? bagaimana mereka melawan preman-preman? Semua diceritakan.
"Jadi Nita ini, yang sudah merawat kalian selama kalian pergi dari rumah?"
"Iya, Oma."
"Dia juga sudah bertemu Papi?"
"Sudah, mereka selalu bertengkar!" jawab Dhira.
"Oh ya! Bukannya terpesona sama Papi, tetapi malah bertengkar?"
"Iya, malah Papi nodong senjatanya ke pelipis Kak Nita."
"Masa! Wah ... kamu itu gimana, sih Al? Kamu itu harusnya berterima kasih, bukan ngancem dia begitu!"
"Dia aja ngeselin. Aku bertanya baik-baik, eh dia malah jawabnya muter-muter. Terus teriak ngatain kita maling."
"Oma, jadi penasaran seperti apa Nita itu?"
"Kak Nita pokoknya cantik dan baik, yang paling penting dia sayang sama kami," ucap Dhira.
"Iya Oma, Dhara mau Kak Nita yang menjadi Mami kami."
"Oma harus liat dulu orangnya, kalian ajak dia ke mari besok, ya!"
"Beres Oma."
"Kalian tunggu di sini, Papi mau pergi dulu, ada kerjaan!" sela Alkana.
"Iya Pi, hati-hati!"
"Kalian jangan nakal, jangan pergi lagi!"
"Iya Pi." Dhara dan Dhira mencium tangan Alkanan dan mencium pipinya.
Alkana pergi meninggalkan si kembar pada Mamahnya. Dia ada pekerjaan penting. Yaitu rapat dengan perusahaan Smith.
***
Alkana sudah sampai di kantornya. Dia duduk sebentar dan membaca berkas yang akan di bahas dalam rapat. Alkana merasa isi perjanjian itu akan merugikan perusahaannya.
Waktu rapat telah tiba. Smith datang dengan seorang wanita cantik yang dikenalkan sebagai anak oleh Smith. Jasmin Smith nama anaknya, berumur 28 tahun.
Selama rapat Jasmin tidak bisa melepaskan pandangannya dari Alkana. Dia sudah terpesona pada pandangan pertama. Jasmin berusaha mencari perhatian Alkana.
"Saya tidak setuju dengan beberapa hal yang tertera dalam perjanjian!" ujar Alkana tegas.
"Kenapa tidak? Isinya menguntungkan kedua belah pihak," balas Wilton Smith, pemimpin perusahaan.
"Kedua belah pihak? Saya rasa tidak, perjanjian ini hanya menguntungkan salah satu pihak. Revisi dulu perjanjian itu. Saya rasa cukup sampai di sini dulu rapatnya, rapat akan di lanjutkan jika perjanjian sudah di rubah. permisi!" Alkana pergi ke luar ruang rapat, di ikuti pengawal setianya, Anton.
"Aku menyukainya Papi, aku ingin dia menjadi suamiku." Jasmin tersenyum melihat Alkana yang sudah hilang di balik pintu.
"Kamu jangan pernah berharap sama dia. Papi peringatkan jangan dekat-dekat dia!"
"Kenapa, Pi?"
"Dia, musuh Papi!"
"Justru kalau kita bisa menaklukkannya, itu sesuatu yang hebat bukan Pi. Kita bisa kuasai hartanya juga kita bisa mengendalikannya."
"Kamu yakin, bisa menaklukan seorang Alkana?" tanya Smith pada anaknya. Jika memang Alkana memang menyukai anaknya, itu akan menguntungkan bagi perusahaan atau kelompoknya.
"Yakin, siapa yang bisa menolak Jasmin. Tidak ada!"
"Buktikan saja, tapi Papi peringatkan hati-hati dia itu psikopat kalau sudah marah!"
"Papi tenang, lihat saja nanti! Alkana akan bertekuk lutut di hadapan Jasmin!"
"Terserah kamu sajalah. Ayo kita pulang." Smith mengajak Jasmin pulang.
"Mereka bodoh sekali membicarakan aku di kantorku sendiri," ucap Alkana. Dia sedang berada di ruangannya bersama Anton, melihat layar yang menampilkan ruang rapatnya.
"Bertekuk lutut? Yang benar saja, dirimu tidak secantik itu Jasmin," ucapnya lagi.
"Lebih cantik Anita," batinnya tiba-tiba, terlintas bayangan Anita sedang marah-marah dan membela si kembar.
"Aish, ada apa denganku? Kenapa tiba-tiba ada bayangan Nita. Ih ... amit-amit!" Alkana bergidik ngeri.
"Ada apa Tuan? Anda perlu sesuatu?" tanya Anton yang mendengar Alkana bergumam.
"Tidak, lebih baik sekarang kita pulang saja, aku masih rindu anak-anak."
"Baik, Tuan."
***
Sementara Anita kembali bekerja, setelah tadi dia di culik oleh papi si kembar. Dia meminta maaf pada managernya, atas kejadian tadi. Selama bekerja Anita selalu teringat pada si kembar.
Apakah mereka baik-baik saja? Apakah Papinya mereka baik? Pertanyaaan-pertanyaan itu selalu terlintas di benaknya.
***
Di kediaman Leophard, terlihat Dhara dan Dhira sedang berlatih karate dengan bodyguard Omanya. Alkana datang dan melihat mereka. Kemampuan mereka berkembang dengan pesat.
"Bagus, Papi senang kalian terus berlatih.
Ingat dalam pertarungan itu yang penting fokus. Sekali menyerang harus cepat jangan beri kesempatan musuh melawan."
"Iya Pi."
"Selain itu kalian harus bisa mengukur kemampuan sendiri apa kelemahan kalian, dan cari caranya agar kelemahan itu tidak membuat kalian lemah."
"Kelemahan kalian yang paling terlihat adalah tubuh kalian kecil, lawan kalian besar. Cara mengantisipasinya kalian harus andalkan kecepatan dan ketepatan kalian menyerang di waktu yang tepat. Tidak akan ada kesempatan kedua bila kalian sudah di medan pertempuran.
Mengerti!"
"Iya, pi."
"Bagus, latihan lagi. Papi bangga, sama kalian!"
Alkana masuk ke dalam, dia menemui Adhisti.
"Mah, Papah ke mana?"
"Papah sedang ada pertemuan.'
"Alkan mau pulang sekarang sama Dhara dan Dhira."
"Sebentar, Alkan! Mamah mau bicara."
"Mamah dengar dari mereka tentang Nita, sepertinya mereka sangat menyukai si Anita ini, dia seperti sayang dan care sama mereka, menurut kamu bagaimana?"
"Anita itu menyebalkan, keras kepala, dan berisik."
Adhisti terkekeh mendengar Alkana, benar kata Dhara dan Dhira, Alkana tidak pernah akur dengan Anita. Justru itu yang membuat Adhisti merasa mereka cocok.
Mungkin hanya Anita, satu-satunya wanita yang tidak terpesona oleh Alkana. Dia juga tidak silau harta, dan yang paling penting wanita itu tulus mencintai anak-anak. Adhisti akan berusaha mendekatkan mereka, seperti rencananya dengan si kembar.
"Mamah rasa cuma dia yang bisa berdebat dengan kamu. Mamah jadi penasaran akan sosoknya. Besok tolong kamu jemput ke sini. Mamah ingin berterima kasih padanya."
"Jangan sama Alkan, besok Alkan sibuk. Sama supir aja atau Dhara dan Dhira." Alkana menolak, dia tidak mau bertemu lagi dengan Anita.
"Jangan begitu, kamu coba dulu pendekatan, tak kenal maka tak sayang. Anak-anak kamu aja langsung suka dengannya. Susah loh, nyari yang cocok dengan anak-anak." Adhisti menasehati Alkana.
"Memangnya kamu mau? Istri kamu, nanti cuma sayang sama kamu aja, tapi kalau kamu gak ada, mereka di siksa!"
"Jangan sampai seperti itu Mah, aku tidak akan mau menikahi wanita seperti itu."
"Nah, karena itu, coba pendekatan dengan Nita, cari tahu bagaimana dia? Demi anak-anak kamu, Alkan."
"Mamah, biarkan semua berjalan secara alami saja. Kalu memang jodoh, tar juga jadi."
"Terserah kamulah! Mamah berdoa semoga kalian jodoh."
"Amin, Eh... liat aja nanti." Adhisti tertawa melihat Alkana yang salah tingkah.
"Sudah ah, aku mau pulang dulu." Alkana beranjak bangun dan memanggil anak-anak.
.
.
.
.
jgan2 Dominic kaka na anita yg tetpisah
kayanya anita bakal menimbulkan trauma